Home / Gairah / Gairah di Jalur Umum / Bab 4: Hubungan Terlarang

Share

Bab 4: Hubungan Terlarang

Author: Yaya
Setelah suamiku berkata begitu, aku dan adik ipar sama-sama terdiam di tempat. 'Apa mungkin suamiku sudah tahu sesuatu?'

Aku memaksakan diri untuk menekan pikiran-pikiran penuh nafsuku. Sebenarnya, aku bisa melakukannya. Sejak mengetahui betapa besar kemampuan adik ipar, aku ingin ditiduri dengan keras olehnya.

Tapi adik ipar dengan tegas menolak, "Kakak, jangan bercanda seperti itu. Itu namanya hubungan terlarang, kamu paham nggak sih?"

Adik ipar benar-benar pandai berpura-pura, padahal di bus tadi ucapannya sama sekali nggak seperti ini.

Bibirku yang kemerahan sedikit terbuka. Tenggorokanku pun terasa kering.

Saat ini tiba-tiba suamiku menerima telepon, katanya ada urusan mendadak di kantor dan harus lembur semalaman. Setelah bicara beberapa patah kata, dia pun buru-buru pergi.

Tinggallah aku dan adik ipar saling menatap, dan di matanya terlihat sorot tajam yang nyaris membakar seolah ingin melahapku habis hingga tak tersisa sedikit pun.

Dia merentangkan kedua tangan lalu memelukku erat, hidungnya menempel di bahuku dan menghirup dalam-dalam.

"Kakak Ipar, kamu benar-benar menggoda dan harum... Aku benar-benar iri pada kakakku."

"Di dalam bus tadi aku sampai nggak sadar, cewek genit itu ternyata kakak iparku sendiri!"

Telapak tangannya yang hangat bergerak liar ke sana ke mari, seolah menganggap aku ini istrinya sendiri.

Adik ipar memang benar-benar keterlaluan, tapi terlalu sering main api dan goda-godaan diam-diam di rumah begini malah bikin tubuhku makin terangsang dan membuatku makin kehilangan kendali.

"Adik Ipar, aku mau mandi dulu." Begitu kata-kataku keluar, aku langsung pergi seperti sedang melarikan diri. Sebenarnya, aku selalu mencintai suamiku. Kalau bukan benar-benar terpaksa, aku tak mungkin mengkhianatinya. Yang di bus waktu itu cuma kecelakaan.

Entah kenapa aku punya firasat, sepertinya akan terjadi sesuatu antara aku dan adik ipar.

Setelah membersihkan diri dan berbaring di bak mandi, uap panasnya membuatku semakin terangsang. Aku menggigit bibir bawah, merapatkan kaki kiri dan kananku erat-erat, lalu mulai memainkannya dengan jari-jariku yang ramping.

Akhir-akhir ini aku nggak tahu kenapa suamiku jadi begitu. Dia sama sekali nggak memuaskanku, apa dia nggak takut aku bakal selingkuh?

Sudah lama sejak terakhir kali aku disetubuhi sampai puncak kenikmatan, orgasme sungguhan itu seperti kehilangan keperawananku.

Wajahku perlahan memerah. Dengan wajah cemberut manja, napasku makin memburu menikmati kenikmatan kosong yang menyiksa.

Andai saja tangan mungil ini berubah jadi milik pria sungguhan, pasti rasanya jauh lebih hebat ya?

Aku memang tidak mengunci pintu kamar mandi, hanya menariknya rapat pelan-pelan.

Entah sejak kapan, pintu itu sudah didorong diam-diam, dan sepasang mata merah membara sedang diam-diam mengintipku dari celah.

"Siapa?" Aku berpura-pura terkejut, lalu buru-buru menutup tubuh mungilku dengan handuk. Kulitku masih basah karena campuran keringat dan uap air. Bibirku yang lembut memerah, lidah mungilku seolah berputar di bibir menambah kesan menggoda.

"Kakak Ipar, ini aku. Aku tahu kamu sedang menungguku!" Adik ipar sama sekali tidak mengintip, malah masuk ke kamar dengan santai dan percaya diri.

Jantungku pun berdebar kencang. Aku jelas tahu tampang genit dan menggoda seperti ini, mana ada pria yang bisa tahan?

Dia sekarang hanya mengenakan celana dalam hitam, otot perutnya tersusun rapi, otot di pangkal pahanya tampak bergerak seperti barisan belatung hidup.

Benjolan besar di balik celananya begitu mencolok, gila ukurannya bahkan lebih besar dari yang biasanya hanya bisa dibayangkan!

"Aduh, aku lagi mandi, Adik Ipar, cepat keluar dong!"

Aku sudah pernah merasakan betapa ganasnya adik ipar. Apa pun yang kulakukan tetap saja tak bisa mengisi kekosongan yang terus menganga di dalam hatiku.

Aku juga sangat menginginkannya... tapi itu terlalu memalukan! Harga diriku sebagai perempuan membuatku terus menyangkal, padahal hatiku berkata sebaliknya.

Tapi adik ipar sama sekali tidak peduli. Seperti binatang buas yang sedang kalap, ia menerkamku begitu saja dan mengangkat tubuhku lewat ketiak.

Handuk yang kupakai jelas tak mampu menutupi lekuk tubuhku yang menggoda dan kulitku yang telanjang masih basah, penuh tetesan air yang mengilap.

Lidahnya yang kasar langsung menerobos masuk ke dalam mulutku, menekan sampai ke tenggorokan. Seluruh tubuhku bergetar hebat tak mampu menahan sensasi itu. Dengan tatapan penuh godaan dan pesona, aku mendongak menatap adik ipar dari bawah.

Lidahnya tebal dan besar. Memang benar, pria seperti dia, bagian mana pun pasti besar!

Tangan itu mulai bergerak liar, menjelajah dari betis putih dan licin ke atas, lalu berhenti di bagian paling empuk. Pinggulku yang lembut dan montok, diremas-remas sampai aku nyaris lemas seperti cair.

Tubuhnya yang basah terasa lebih bernafsu dari biasanya. Adik iparku begitu panas sampai-sampai aku tak kuat menahan erangan malu.

Jangan salahkan aku karena terlalu menggoda, salahkan saja adik iparku karena terlalu memikat. Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa menikmati sepuasnya.

Tapi saat ini tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang membuat kami berdua terkejut.

Suara suamiku terdengar dari luar, berteriak keras, "Alvin, Sayang, cepat buka pintunya! Aku lupa bawa kunci!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gairah di Jalur Umum   Bab 8: Cerai

    Hatiku benar-benar hancur. Seperti ada pisau yang ditusukkan ke dalam dada, lalu diputar dengan kejam sampai remuk."Ardhan Herman, kamu tega sekali. Demi memaksaku cerai tanpa harta apa pun, kamu bahkan rela membiarkan adikmu sendiri dipakai! Jadi kacaukan hidup orang lain gitu enak, ya?"Wajah suamiku langsung berubah drastis. Dia menatapku dengan mata membelalak, jelas tak percaya kalau aku bisa tahu semuanya. Seolah pikirannya masih berusaha mengolah apa yang barusan aku katakan.Tapi mulutnya tetap jahat seperti biasa. "Selina, kamu lebih baik nurut saja dan ceraikan aku. Kalau tidak, rekaman ini akan kuungkap ke publik. Nama baikmu bakal hancur total, kamu ngerti!?"Heh... sampai di titik ini pun, dia masih begitu sombong dan lancang.Aku benar-benar heran, apa sebenarnya daya tarik si rekan kerjanya itu sampai-sampai bisa membuatnya berbelok arah sepenuhnya?Senyum sinis makin terpahat di wajahku. Menarik. Ini benar-benar menarik sekali."Ardhan, sekarang giliran aku kasih kamu

  • Gairah di Jalur Umum   Bab 7: Kebenaran

    Obat yang bisa diminum itu juga nggak begitu manjur, kalau sebelumnya nilainya cuma 30, sekarang paling naik jadi 50. Tapi adik ipar dari dulu memang selalu nilainya penuh.Ada pepatah yang bilang, kalau kamu belum pernah melihat cahaya, kamu nggak akan menolak kegelapan.Haaah...Aku memang sayang sama suamiku, tapi hari-hari ke depannya harus gimana? Masa iya aku balik lagi ke adik ipar?Karena benar-benar suntuk, aku akhirnya cerita soal kondisi suamiku ke sahabatku, Lili Santoso.Kalau aku ini ibaratnya gelombang tenang di bawah permukaan, dia itu terang-terangan menggoda.Sudah sekian tahun dia nggak menikah, malah asyik main-main dengan berbagai pria.Kata dia, kalau seumur hidup nggak bisa main sama seribu pria, hidup ini terasa sia-sia.Dia sudah ketemu terlalu banyak tipe pria, pengalamannya segudang. Aku cuma bisa berharap dia bisa kasih saran yang benar-benar berguna buat bantu suamiku pulih. Kalau nggak, aku bisa-bisa meledak karena nahan semua ini.Begitu mendengar ceritak

  • Gairah di Jalur Umum   Bab 6: Terjerat

    Tubuhku terasa panas sekali, rasanya seperti jiwaku hampir tercabut. Dia benar-benar makin keterlaluan, selalu saja suka menyentuh dan menggoda aku.Tangan besar yang gelap dan kasar itu menyapu bokongku dengan suara nyaring dan bokongku hampir terbelah. Rasanya memalukan sekaligus menggairahkan, dan gelombang panas masih terasa di perut bagian bawahku.Dia menatapku dengan penuh gairah dan tertawa lebih riang, "Kakak Ipar, aku tidak akan memaksamu. Perasaan itu nggak bisa dipaksain. Kau sudah melihat bentuk tubuh dan kelaminku. Aku belum menemukan wanita selama bertahun-tahun ini. Semua kemampuanku itu menunggumu untuk dilepaskan!"Kata-kata itu membangkitkan hasrat yang kuat dalam tubuhku, dan aku ingin merasakan kenikmatan ekstasi.Dia seperti tuan besar yang mengendalikan segalanya, melambaikan tangannya padaku, memperlakukanku seperti anjing kecil paling rendah dan hina!Aku perempuan jalang yang mendambakan pria. Aku merasa senang saat dia mempermainkanku dan aku menunggu ledakan

  • Gairah di Jalur Umum   Bab 5: Mulai Curiga

    Suamiku bukannya lembur? Kenapa tiba-tiba pulang?Kalau sampai dia memergoki kami, habislah semuanya. Memang sebelumnya dia pernah bicara kotor dan menyuruhku bantu adiknya melepaskan, tapi aku paham maksudnya, paling jauh cuma pakai tangan, bukan benar-benar melakukannya seperti ini.Tapi sekarang, adik ipar malah seperti anjing liar yang nempel terus dan nggak mau lepas. "Kakak Ipar, lagian dia nggak punya kunci, ya kita lanjut aja. Dia nggak bakal bisa masuk!" katanya tanpa sedikit pun berniat mundur.Dia memang lagi kecanduan, nggak tahu ya kalau nafsu itu bisa bikin celaka?Akhirnya, karena aku terus memaksa, adik ipar pun tidak melanjutkannya. Mungkin dia sendiri sebenarnya juga belum benar-benar siap untuk memaksaku.Entah kenapa, saat melihat matanya yang memerah dan tubuhnya yang gemetar, ada bagian lembut di hatiku yang ikut tergerak. Pria ini pasti sedang menahan diri dengan sangat tersiksa.Setelah kembali mengelap tubuh dengan handuk mandi dan mengenakan piyama, aku membuk

  • Gairah di Jalur Umum   Bab 4: Hubungan Terlarang

    Setelah suamiku berkata begitu, aku dan adik ipar sama-sama terdiam di tempat. 'Apa mungkin suamiku sudah tahu sesuatu?'Aku memaksakan diri untuk menekan pikiran-pikiran penuh nafsuku. Sebenarnya, aku bisa melakukannya. Sejak mengetahui betapa besar kemampuan adik ipar, aku ingin ditiduri dengan keras olehnya.Tapi adik ipar dengan tegas menolak, "Kakak, jangan bercanda seperti itu. Itu namanya hubungan terlarang, kamu paham nggak sih?"Adik ipar benar-benar pandai berpura-pura, padahal di bus tadi ucapannya sama sekali nggak seperti ini.Bibirku yang kemerahan sedikit terbuka. Tenggorokanku pun terasa kering.Saat ini tiba-tiba suamiku menerima telepon, katanya ada urusan mendadak di kantor dan harus lembur semalaman. Setelah bicara beberapa patah kata, dia pun buru-buru pergi.Tinggallah aku dan adik ipar saling menatap, dan di matanya terlihat sorot tajam yang nyaris membakar seolah ingin melahapku habis hingga tak tersisa sedikit pun.Dia merentangkan kedua tangan lalu memelukku e

  • Gairah di Jalur Umum   Bab 3: Adik Ipar

    Dari mulutku keluar suara lirih penuh rasa malu dan permohonan. Hanya dalam hitungan detik, aku sudah nyaris tak sanggup menahannya.Tubuhku seakan terbakar oleh hasrat yang tak terkendali. Gairah ini hampir membuatku gila. Aku menginginkannya... kenikmatan itu yang manis dan menyiksa, menggoda sampai ke tulang.Kenikmatan yang bisa membuatku melayang tinggi lalu jatuh seperti antara hidup dan mati... antara rasa asam yang menyesakkan dan gatal yang menggoda.Aku menggeliat dan bergesekan dengannya penuh hasrat seperti seseorang yang lapar akan sentuhan. Kepalaku sudah melayang, pikiranku kabur dan tanpa sadar tanganku menyentuh bagian belakang tubuhku sendiri, mencari sensasi yang lebih dalam."Aku... aku nggak tahan lagi... aku mau... aku..."Leher seputih salju itu sedikit terangkat, dan mulutku terbuka dan tertutup penuh kenikmatan mengeluarkan desahan yang memalukan dan cabul.Sekarang yang lain sudah turun dari mobil, dan hanya aku dan dia yang tersisa!Adik iparku langsung mende

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status