"Tembak kak Galang sekarang."
Tantangan Lady tersebut mendapat respon tak percaya dari Kesya, Fira, dan tentunya Gladis. Mereka sama sekali tak percaya Lady akan memberi tantangan yang sangat menguji nyali seperti itu. Gladis menganga sambil mengerjap-ngerjapkan matanya
"Wha ... what?!" tanya Gladis masih belum percaya.
"Iya, lo harus nembak kak Galang. Terserah deh mau di lapangan, di kelas, di lab, di kantin, atau di toilet juga gak apa-apa. Yang penting lo harus nembak kak Galang, titik," ucap Lady dengan menekankan perkataannya.
"Wah, gak waras lo Lad," ucap Gladis seakan tak percaya.
"Gue waras, lo kali yang gak waras, punya perasaan kok di pendam," ucap Lady tersenyum miring.
"H-ha? Ya, kali gue ngedeketin cowok duluan, ada-ada aja lo Lad, gengsi dong gue," ucap Gladis dengan sok marah padahal jantungnya sudah berdetak tak menentu saat ini.
"Lo lupa, beberapa menit yang lalu lo malah nyaranin Fira buat nyatain perasaannya ke Raka, lo juga bilang banyak kok cewek jaman sekarang yang ngedeketin cowok duluan, itu berarti engga apa dong kalau lo ngedektin kak Galang duluan?" tanya Lady seolah mengek.
Gladis dibuat bungkam oleh perkataan Lady.
"Kok gue di bawak-bawak sih? Gue gak suka ya sama si Raka," ketus Fira.
"Dih, apaan lo sebut-sebut nama gue? Gue juga gak suka ya sama lo," sahut Raka dari depan kelas yang sedang bersama kedua temannya.
"Apasih lo nyambung aja, lo kira Raka cuma lo doang? Ge-er banget lo," balas Fira mengelak.
"Alah bohong lo, ngaku aja udah lo lagi ngomongin gue kan?" tanya Raka lagi.
Sepertinya perang akan terjadi jika tidak segera dihentikan.
"Udah-udah. Raka jangan dilawan Firanya. Raka kan cowok, Fira cewek jadi ngalah aja ya," ucap Gladis.
Raka mengangguk, lalu kembali fokus ke teman-temannya.
"Kenapa lo suruh diam, biarin aja di ngomong biar gue sumpel mulutnya pakai kaos kaki Udin yang bau itu," ucap ketus Fira. Diam-diam Raka melirik ke arah Fira tapi tak berniat menanggapi ucapan cewek itu.
"Udah lah gak usah di perpanjang," ucap Kesya datar.
"Udah siap dramanya? Lo jangan ngalihin perhatian Dis, buruan tembak kak Galang sekarang," ucap Lady.
"Asli aneh banget dare dari lo, Lad. Lo tau kan gue gak bisa deket-deket dia?" tanya Gladis berharap Lady akan menghanti tantangannya.
"Yang gue tau lo suka sama dia tapi gak berani ngungkapin perasaan lo," ucap Lady.
"Gue emang suka sama dia tapi gue gak niat ngungkapin perasaan ini ke dia, Lad. Kalau gue ungkapin terus dia jadi ilfiel sama gue gimana? Terus dia ngejauh dari gue gimana? Terus gue di serang fans dia di sekolah ini gimana? Gue gak mau kehilangan dia, Lad. Lo paham dong," ucap Gladis panjang lebar.
"Harusnya lo bersyukur gue kasih tantangan ini ke lo, Dis. Lo tinggal jalanin aja. Dia gak bakal ilfiel sama lo cuma karena lo ngungkapin perasaan lo ke dia, dia juga bakal bersikap biasa aja seandainya dia engga suka sama lo, engga bakal dia ngejauh dari lo. Lo masih bisa ngelihat dia dari jauh, setidaknya sekarang lo udah usaha jadi gak bakal nyesel seandianya dia sama orang lain. Soal fans fanatiknya itu, gue, Kesya, sama Fira yang bakal urus. Lo tinggal ngungkapin perasaan lo doang," ucap Lady panjang lebar.
"Engga Lad, lo engga ngerti. Dia bakal ngejauh, dia itu gak suka sama gue, buktinya setiap dia natap gue, matanya tajam banget. Gue gak apa-apa gak bisa bersama dia asal gue masih bisa merhatiin dia dari jauh, itu doang cukup bagi gue Lad," balas Gladis.
"Tapi lo bakal tersakiti saat melihat dia sama yang lain, Dis," ucap Lady.
"Engga, gue gak apa-apa, gue ikhlas Lad," balas Gladis.
"Lo bisa bilang gitu karena lo belum pernah lihat dia sama cewek lain kan, Dis? Coba kalau lo udah lihat, engga akan lo ngomong begitu. Lo coba aja, Dis, ditolak ataupun diterima urusan belakang, setidaknya lo udah ngungkapin perasaan lo, setidaknya lo udah mencoba, dan nantinya gak bakal ada penyesalan," ucap Lady.
"Gue gak mau, Lad," ucap Gladis tegas.
"Dis, lo--" ucapan Lady terhenti oleh ucapan datar Kesya.
"Udah lah, Lad, lo jangan maksain sesuatu ke orang yang jelas-jelas gak mau ngelaksanain apa yang lo bilang. Dia berhak nentuin apa yang mau dan gak mau dia lakuin, sekalipun itu adalah sesuatu yang bodoh," ucap Kesya menohok hati Gladis.
"Iya, biarin aja, itu dirinya, dia tau yang terbaik buat dirinya sendiri. Saran lo bagus gue akuin, tapi kembali lagi Gladisnya engga mau dan lo gak bisa maksa," Sahut Fira.
"Kalian berdua bisa diam gak sih, bawel amat, gue cuma mau yang terbaik buat sahabat gue, lagian ini kan tantangan dari gue, Gladis harus jalanin dong biar sportif," kesal Lady.
"Ganti tantangan lain aja, ya, Lad. Kalau tantangannya ini gue gak bisa ngelakuin," ucap Gladis.
"Oh lo mau lari dari tanggung jawab? Oke, gue gak mau temenan sama lo sebelum lo ngelakuin tantangan dari gue karena gue gak punya teman yang pengecut alias lari dari tanggung jawab," ucap Lady bersiap pergi dari tempat itu.
"Astaga Lady, ini cuma permainan lo jangan lebay deh, jangan kekanak-kanakan," ketus Fira.
Lady tak mempedulikan ucapan Fira, dia beranjak pergi dari sana.
"Lad, lady!" teriak Gladis memanggil Lady.
"Udah lah biarin aja palingan ngambeknya bentar doang, dia kan gitu kalau keingannya gak dikabulin bakalan ngambek, kekanak-kanakan," ucap Fira.
"Tapi gue takut kalau Lady marahnya lama, nanti gue gak punya temen sebangku yang gila lagi," ucap Gladis.
"Gak usah lo pikirin besok juga dia balik gila," ucap Kesya.
"Tapi kok Lady bisa ngasih tantangan aneh itu ke gue? Apa dia mau buat gue malu?" tanya Gladis lirih.
"Engga, lo salah, justru dia mau yang terbaik buat lo, dia engga mau lo nyesel kedepannya karena gak pernah ngungkapin perasaan lo yang sebenarnya. Cuma cara dia yang memaksa terkesan jahat." Kesya mengambil hp nya, lalu melihat jam. Sementara Gladiz terdiam.
"Lady sahabatnya memikirkan dia kedepannya, sebenarnya dia baik tapi memaksa," batin Gladis.
"Jam sepuluh lewat sepeuluh, kita lihat aja nanti sebelas lewat sebelas dia masih ngambek gak, kalau masih berarti disitu tugas lo harus ngebujuk dia, karena kalau dia ngambek dan lo diamin aja, gue yakin dia nganggap lo emang gak peduli sama marahnya dia, dia kan baperan." ucap Kesya hampir menggunakan nada datar di setiap kata yang diucapkan
Happy Reading!***Bel pulang sekolah telah berbunyi lima belas menit yang lalu, tapi kelas Gladis masih belum pulang, hal ini di karenakan XI IPA 1 ada ulangan mendadak. Banyak yang tidak belajar sehingga mereka sulit untuk menjawab soal ulangan yang diberikan Bu Siska.Tidak dengan Gladis, gadis itu sudah siap mengerjakan ulangannya tepat saat bel pulang sekolah berbunyi. Tapi dia terpaksa tetap berada di dalam kelasnya karena sang guru mengatakan mereka akan pulang bersamaan setelah semuanya selesai mengerjakan ulangan. Jadilah Gladis badmood dibuatnya. Gladis sangat yakin saat ini pasti papanya sudah menunggu dirinya di luar."Duh, susah banget sih!" gerutu Kamal."Makanya belajar!" ucap Gladis dengan kesal."Yee, kalau gue tau hari ini bakalan ulangan pasti gue udah siapin contekan," ucap Kamal.Gladis memukul kepala Kamal me
Setelah semalam dirinya seharian beristirahat di kamar, kini Gladis merasa tubuhnya sudah jauh lebih baik. Panas tubuhnya juga sudah menurun walaupun masih sedikit terasa hangat. Tidak ingin lebih lama untuk berada di rumah, Gladis memutuskan untuk ke sekolah walaupun Reta belum tentu mengizinkannya. Setelah bersiap-siap, Gladis segera memasukan buku sesuai jadwal pelajaran ke tas sekolah miliknya. Dia memakai sepatu sekolahnya Serta menyemprotkan parfum ke seragamanya. Setelah itu, gadis itu langsung turun menuju dapur untuk sarapan."Pagi, Ma," ucap Gladis lalu mengecup pipi kanan dan kiri ibu nya."Pa-pagi, sayang," balas Reta bingung."Masak apa, Ma?" tanya Gladis bersiap ingin membantu Reta."Nasi goreng." jawab Reta masih bingung."Kamu ngapain pakek seragam sekolah?" tanya Reta."Ya, mau sekolah dong, Ma," jawab Gladis agak takut-takut.
Di sekolahan, seorang remaja laki-laki sedang bermain basket di lapangan sekolah bersama teman-temannya. Laki-laki itu begitu fokus pada permainannya hingga tidak sadar dirinya menjadi bahan tontona siswi sekolahnya. Tubuh tinggi, badan tegap, wajah tampan ditambah keringat yang bercucuran dari tubuhnya menambah kesan cool pada laki-laki itu. Tidak salah jika banyak siswa yang menyukainya.Puas dengan permainannya kali ini, dia memilih duduk di pinggiran lapangan diikuti oleh teman-temannya."Kantin yuk, haus nih," ucap Adit yang diangguki oleh ketiga temannya.Keempat most wanted itu berjalan beriringan menuju kantin. Tatapannya lurus kedepan membuat siapa saja yang di depannua memilih menepi. Mereka duduk di meja biasanya, di pojok dekat jendela kantin. Jendela itu dibuka sehingga angin yang masuk mengenai keringat membuat tubuh serasa sejuk."Doi mana, Lang?" tanya Adit membuka suara
"JANGAN!""Adis, bangung Nak!" ucap Reta khawatir."Dis, bangun sayang," ucap papa Gladis seraya menepuk-nepuk pipi putri nya.Gladis bangun dari tidurnya dalam keadaan yang buruk, keringat memenuhi wajahnya, tubuhnya panas dingin. Ketakutan menjalar dalam hatinya."Kamu kenapa, Dis?" tanya Reta panik.Perlahan, Gladis mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tempat ini berbeda, tempat ini tidak asing baginya. Gladis mulai berfikir bahwa kejadian tadi hanya mimpi. Mimpi yang sangat buruk.Gladis masih syok dengan kejadian yang berada di mimpinya tadi sehingga dia tidak menjawab pertanyaan mamanya. Dia hanya terdiam membisu sembari masih mengamati kamar tidurnya."Adis, kamu kenapa?" tanya papa Gladis lagi.Gladis sadar dari lamunannya lalu dia menatap orangtuanya lamat-lamat, tidak berapa lama Gladis langs
"Assalamualaikum, Adis pulang," ucap Gladis saat memasuki rumah."Walaikumsallam, tumben pulang telat, Dis?" tanya Reta bingung."Iya, tadi neduh dulu Ma, soalnya hujan," jawab Gladis tidak sepenuhnya berbohong."Oh, gitu. Yaudah sekarang kamu ganti baju habis itu makan, biar mama siapain makanannya, ya," ucap Reta tersenyum manis."Gak usah Ma, soalnya Gladis udah makan tadi," jawab Gladis."Makan dimana?" tanya Reta."Waktu neduh tadi, Gladis mampir ke cafe dekag sekolah soalnya udah laper," jawab Gladis lagi-lagi tidak sepenuhnya berbohong."Kelaperan kamu? Lagian pakek segala engga mau dijemput supir tadi," ujar Reta pura-pura kesal."Sekali-sekali Gladis balik bareng temen-temen, Ma," jawab Gladis."Oh, yaudah kamu langsung istirahat aja," ucap Reta yang dianggukin oleh Gladis.&n
Jam pelajaran baru saja selesai dan guru baru keluar dari kelas tetapi kelas langsung seperti kapal pecah. Semua sibuk membereskan peralatannya termasuk Gladis. Gadis itu secepat kilat memasukkan alat-alat belajar miliknya ke dalam tas."Dis, lo mau kemana sih, buru-buru banget?" ucap Lady tidak suka."Pulang," jawah Gladis sambil memasukan peralatannya."Biasa aja kali, Dis. Kayak gak pulang setahun aja ke rumah," ucap Fira menimpali.Gladis berhenti memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Sejenak dia mengehela nafas. "Gue kan mau balik bareng kak Galang jadi harus buru-buru dong, ya, kali gue yang nebeng tapi gue yang ditungguin," ucap Gladis kembalu memasukan alat-alatnya ke dalam tas."Oh, gara-gara itu," ucap Fira manut-manut.Tanpa mereka sadari, wajah Lady berubah saat Gladis mengucapkan akan pulang bersama Galang. Wajahnya yang awalnya suda