Share

POV Zayen

Author: Risma Dewi
last update Last Updated: 2022-06-30 08:23:54

 

 

Namaku Zayelani, atau panggil saja aku Zayen. Tempat kelahiranku adalah pulau Jawa, dan aku besar di sana. Sebuah daerah yang terkenal dengan kebun apelnya. Orang-orang dari luar daerah, setiap musim liburan akan berbondong-bondong datang ke tempat asalku.

 

Kota Batu memang memiliki wahana beragam. Selecta yang memanjakan mata dengan keindahan bunga-bunga. Predator Fun Park mengenalkan hewan-hewan dari bangsa predator, termasuk buaya darat seperti diriku. 

 

Sore sampai malam hari, BNS atau Batu Night Spektakuller menyuguhkan permainan yang memacu adrenalin. Jatimpark 1, 2, dan 3 dengan ciri khas masing-masing, dan banyak lagi tempat wisata lainnya yang ditawarkan kota asalku. 

 

Namun, entah mengapa aku memilih merantau ke Kalimantan daripada mencari pekerjaan di Kota Batu. Samarinda adalah kota yang kupilih. Aku mengabdi pada keluarga kaya yang baik hati, Pak Gunawan dan Bu May.

 

Aku sering dibelikan barang-barang mewah. Mereka memperlakukan aku bukan seperti seorang supir pribadi, melainkan seperti anak sendiri. Jika semua kewajibanku sudah terlaksana, aku diperbolehkan membawa mobil ke mana saja aku suka. Tentu saja, aku tak melewatkan kesempatan tersebut untuk tebar pesona. 

 

Nasib orang … siapa yang tahu, sih? Aku ingin memberikan hadiah seorang menantu yang bisa mengangkat derajat keluarga.

 

Suatu hari, aku berkenalan dengan seorang gadis yang cantik dan berpenampilan modis. Sepertinya dia orang kaya. Aira, ia menyebut namanya. Perkenalan kami terjadi saat dia sedang  melintas dan dompetnya terjatuh di dekatku. Mungkin itu kesempatan yang Tuhan berikan padaku untuk mengenalnya.

 

Aku langsung berinisiatif untuk menjadi seorang pahlawan. Dengan penuh percaya diri aku mengejarnya untuk menyerahkan dompet yang terjatuh. Sambil tersenyum manis, dia menerima dompetnya kembali dan berkali-kali mengucapkan terima kasih.  Dia meminta nomor handphone-ku, dan berkata akan mengajakku makan sebagai ucapan terima kasih. Sebab, aku menolak saat ia ingin memberiku uang.

 

"Aseeeeek!"

 

Aku berjingkrak-jingkrak dalam hati. Umpanku kena!

 

Sejak saat itu, kami sering berhubungan melalui W******p secara intens. Setiap hari, aku mengintip statusnya yang selalu mengunjungi tempat-tempat yang serba wah. Aku tak mau kalah. Setiap Pak Gun membelikanku barang mewah, maka segera kupajang di status.

 

Pernah juga Pak Gun memintaku mencarikan kado untuk anak temannya. Aku disuruh membeli sepatu bola yang harganya fantastis untuk ukuran kantongku. Kesempatan lagi buatku untuk posting barang-barang mahal di history W*.

 

Aku semula ragu mengartikan kedekatan kami ketika sering bersama. Jujur, Aku ingin memiliki Aira. Di mataku, dia seorang gadis yang sangat manis. Ia cantik, modis, dan sederhana. Terbukti apabila diajak makan, Aira selalu memilih menu-menu yang sederhana. 

 

Namun, Aku ragu … apakah dia memiliki rasa yang sama terhadapku? Aku ingin mengungkapkan, tapi selalu saja keberanianku hilang bila berhadapan dengan Aira. Kadang terbesit keinginan untuk mengungkapkan lewat chat. Namun, kesannya kurang gentleman. 

 

Tak kusangka, Aira berani mengungkapkan rasa sukanya padaku. Ah, wanita! Ternyata enggak butuh usaha keras menaklukkan hati mereka. Tak ingin berlama-lama, aku berniat membawa keluarga majikanku melamarnya. Aku khawatir, jika dia keburu tahu tentang aku yang sebenarnya, lalu kabur. 

 

Akan tetapi, di luar dugaanku … ternyata dia ingin langsung meresmikan hubungan lewat pernikahan. Bak ketiban durian runtuh, aku segera mengurus semuanya. Dia harus menjadi istriku. Aku takut kalau terlalu lama mengulur waktu, Aira tahu tentang kebenarannya dan meninggalkanku.

 

Bagaimana jika dia marah setelah tahu? Ah, gampang! Perempuan itu kelemahannya satu, yaitu anak. Cepat-cepat saja kubuat dia hamil. Pasti dia akan berpikir seratus kali jika ingin meninggalkanku. Eh, tapi … apa Aira akan mau melayaniku setelah dia mengetahui rahasia ini?

 

Oh, iya! Aku lihat di online shop banyak yang jual obat perangsang untuk wanita. Kupesan saja 5 botol sekalian sebelum hari pernikahan. Nanti dia yang akan kepanasan mendekatiku. Aku, sih, tinggal nyanyi saja, hareudang … hareudang … hareudang …. Panas, panas, panas …, sambil buka semuanya.

 

Ah, senangnya. 

Membayangkan hal itu … sering membuatku mesem-mesem sendiri. Sebentar lagi, gadis cantik yang kaya itu akan jatuh ke pelukanku.

 

Sayangnya, orang tuaku tidak bisa hadir menyaksikan prosesi akad nikah. Mereka menyerahkan sepenuhnya kepada Pak Gun dan Bu May. Karena itulah, semua persiapanku dibantu oleh Pak Gun, termasuk menyiapkan penghulu. Sebenarnya, ada rasa tak enak hati karena melihat ketulusan mereka mengurus keperluan pernikahanku. 

 

Hari yang ditunggu pun tiba. Rombongan kami menuju ke rumah Aira. Selama ini, aku hanya mengantar atau menjemputnya sampai depan pagar saja. Aira melarangku ikut masuk karena kedua orang tuanya selalu tidak ada di rumah. Takut menimbulkan fitnah tetangga … begitu alasannya.

 

 Sungguh sempurna Aira-ku ini, begitu menjaga kehormatannya sebagai wanita.

Sebuah kejutan kecil menyambut kedatangan kami, ternyata majikanku kenal dekat dengan orang tuanya Aira. Ternyata, mereka adalah sahabat lama. Mereka terlihat berbincang dengan sangat akrab. 

 

Tiba saatnya hal tersakral dalam hidupku. Aku mengucap janji suci di depan penghulu. Namun … detik itu juga aku baru tahu nama lengkap Aira adalah Sumaira, dan yang kupikir calon mertuaku … ternyata adalah majikannya juga. 

 

Ya, Allah!

Apess! Ngenes!

 

Sirna sudah harapanku mendapatkan istri orang kaya. Jika tidak ingat ketulusan Pak Gun dan Bu May menyiapkan pernikahanku, mungkin aku sudah melarikan diri dari pernikahan ini. Namun, aku tak tega mematahkan binar bahagia dari orang yang sudah menyayangiku selama ini. 

 

Aku hanya bisa menarik napas panjang, tapi dalam hati aku meratap,

 

"Tuhan … jauh-jauh aku mencari jodoh ke pulau Kalimantan, dapat yang begini juga. Ini, sih, stoknya banyak di kampung dan sekitar rumahku."

 

Dengan terpaksa, kulanjutkan serangkaian acara sakral yang semula membuatku menggebu, seketika terasa hambar. Kulihat Bu May dan Bu Indarti berbicara pada Aira, entah apa yang mereka bicarakan. Mungkin tentang statusku. Entahlah!

 

Tiba-tiba, terdengar teriakan panik dari mulut orang-orang.

 

 "Aira pingsan!"

 

Aku menengok sebentar ke arah sumber kepanikan. Benar saja, perempuan itu roboh di depan majikanku dan majikannya. Dasar! Belum apa-apa sudah membuat keributan saja!

 

Anehnya, aku tidak panik layaknya seorang suami yang mengkhawatirkan sang istri. Apalagi istri yang baru saja dihalalkan. Dalam hati, malah aku ingin senang.

 

"Huh! Pingsan aja, Ra, enggak usah bangun-bangun!  Aku ikhlas, kok, kalau langsung menduda."

 

Perempuan ini … belum apa-apa sudah merepotkan. Kulihat majikannya panik dan berupaya menyadarkan Aira. Sedangkan aku? Malah bingung.

 

Entahlah! Setelah ini bagaimana aku menjalani hidup dengan Aira. Apakah kami bisa membangun rumah tangga? Atau kami malah membangun rumah duka? 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gara-Gara Status Palsu   Akhir Sebuah Cerita (Ending)

    4 tahun kemudian ....Sebuah keluarga kecil beranggotakan 4 orang melangkah turun dari pesawat. Kedua orang tuanya tersenyum lebar, doa mereka terkabul untuk bisa kembali menjajakkan kaki di pulau Kalimantan.Setengah berlari mereka mengejar langkah kedua bocah yang tak pernah lelah berlari."Ragil ... Rasya ... jangan lari-lari terus, bunda capek, Nak!" Seru Ibunya yang menggunakan baju gamis berwarna merah maron dengan jilbab hitam. Ia nampak kesulitan, mengejar dua bocah yang sedang lincah-lincahnya.Sang Bapak, yang mengenakan jaket berwarna senada, hanya geleng-geleng kepala sambil tertawa melihat tingkah kedua bocahnya.Dari jauh tampak dua orang berdiri, untuk menyambut kedatangan mereka. "Ibuuuu ....""Airaaa ...."Kedua wanita tersebut saling berpelukan menumpahkan kerinduan. Sementara kedua bocah yang tadi berlari-lari menyembunyikan wajah di belakang ayahnya."Hey, Ragil! Rasya! Sini ... ini juga Nenek dan Kakek" ucap Aira memperkenalkan Bu Indarti dan Pak Margono pada ked

  • Gara-Gara Status Palsu   Rejeki Nomplok

    Aira dan Zayen baru saja selesai salat subuh. Zayen masih saja mengajak Aira bermanja-manjaan dan melarang Aira keluar dari kamar. Aira terpaksa menuruti kemauan bayi besarnya tersebut."Zayen, Bank jauh gak dari sini?" Tiba-tiba Aira bertanya.Zayen diam tak menjawab."Zayeeen! Dengar enggak sih Aku nanya!" Sungut Aira kesal."Enggak!""Enggak kok jawab.""Panggil Aku, Mas dulu ... baru aku jawab!""Hedeeh! Iya ... iyaaa ... Mas Zayen Zeyeeeenggg. Bank jauh enggak dari sini?""Mau ngapain ke Bank?"Aira duduk di samping Zayen dan meraih tangan suaminya. "Kalau aku panggil sayang aja, enggak papa kan?"goda Aira tanpa menghiraukan pertanyaan Zayen sebelumnya."Terserah dah, penting jangan panggil nama, ya! Mau ngapain ke Bank?" Ulangnya."Ya ... ya ... ya ... Sayaang, tadi malam, Bu Indarti transfer uang kita yang udah masuk untuk bayar rumah sama motor yang disana dia bayar juga. Karena rumahnya sekarang ditempatin sendiri ama Niko, jadi uang kita total di ganti.""Oh, Gitu! Tapi bia

  • Gara-Gara Status Palsu   Akhirnya

    Zayen melihat raut wajah istrinya yang nampak gelisah. Ingin sekali ia membawa istrinya ke kamar dan bertanya. Tapi kerabat dan tetangga masih datang silih berganti. Bisa jadi bulan-bulanan dia, jika siang bolong ketahuan mengajak Aira ke kamar.Zayen tersenyum sendiri, ingat bagaimana pernikahan pertamanya dengan Aira yang penuh kepalsuan, bagaimana Aira pingsan setelah ia mengucapkan Ijab qobul, bagaimana mereka bertengkar sepanjang bulan madu yang penuh kepalsuan.Zayen sedikit heran dengan reaksi sebagian orang. Ia diam-diam memperhatikan mereka seperti menemoohkan istrinya. Mungkin itu sebabnya Aira gelisah. "Ah ... lambat kali matahari tenggelam," gumam Zayen dalam hati.Menjelang Ashar, kerabat sudah mulai pulangan. Rumah mereka mulai sepi. Aira dan Alya membersihkan sisa-sisa piring kotor yang belum di cuci. Sebagian tadi sudah di cuci oleh orang-orang yang berdatangan secara bergantian. Sementara itu Zayen membersihkan sisa-sisa sampah tisu dan Aqua yang masih berceceran.K

  • Gara-Gara Status Palsu   Yang Kedua Kali

    "Ada yang ngebet minta di halalin nih! Kayaknya ....""Ihhh ... Zayeeen!" Aira memukul lengan Zayen pelan."Eh, bukan ngebet ... kebelet!""Iiihhhh ...." Aira mencubit tangan Zayen sambil menunduk malu.Zayen tertawa gemas melihat tingkah Aira. Jika tidak berada ditempat umum sudah pasti di peluknya wanitanya itu."Yakin? Mau dihalalin lagi sama aku?"Aira mengangguk malu-malu."Tapi ..."Aira mendongakkan wajahnya harap-harap cemas, mendengar kata tapi dari mulut Zayen."Tapi apa?" Aira tak sabar."Tapi, aku enggak punya mobil. Enggak bisa beliin kamu berlian," ucap Zayen sambil tersenyum simpul.Aira mencubit pinggang Zayen berkali-kali dan menjawab," tapi kamu masih punya uang buat bayar penghulu kan?Lalu mereka tertawa berdua."Tapi, Zayen! Darimana dulu kamu bisa berpikir menyerahkan aku ke Niko, kaya barang aja!" Aira kembali merengut.Zayen menarik nafas panjang. Lalu mulai bercerita."Waktu malam, sebelum pagi-pagi Aku marah itu, ada nomor enggak kukenal ngirim video ke Aku."

  • Gara-Gara Status Palsu   Pertemuan Kembali

    "Tunggu!" Suara wanita memanggilnya. Aira membalikkan badan, rupanya mempelai wanita yang memanggil."Apa ... kamu bernama Aira?" Tanyanya."I-iya!" Aira menganggukkan kepalanya dan lanjut menunduk lagi."Masuklah!" Perintahnya kembali.Aira diam, tidak melangkah masuk juga tidak meneruskan keluar. Mempelai wanita tersebut berbisik ke telinga calon suaminya. Lalu suaminya mengangguk-angguk.Mempelai wanita tersebut mengisyaratkan kepada seseorang untuk membawanya ke kamar."Ayo!" Ia menghampiri Aira dan membawanya masuk ke kamar yang nampaknya merupakan kamar pasangan yang akan menikah. Aira menurut saja arah wanita tersebut menariknya, ia tak mengerti maksud perlakuan mereka."Disini dulu, ya! Sampai akad selesai. Kami khawatir kamu membuat keributan lagi!" ucap wanita tersebut sambil mengunci pintu kamar dari luar.Aira yang masih bingung dan malu hanya pasrah. Entah setelah itu apa yang akan mereka lakukan padanya, ia benar-benar sudah pasrah.Aira duduk di pinggir ranjang yang su

  • Gara-Gara Status Palsu   Ceroboh

    Aira mengecek jarak tempatnya berada dengan alamat Zayen. 30 menit, tertera. Aira segeara memanggil Gojek."Selama janur kuning belum melengkung, masih ada harapan," Aira nekad ingin menggagalkan akad nikah Zayen bagaimanapun caranya.Beruntung jalanan tampak senggang. Aira bisa sampai di alamat tujuan sesuai perkiraan waktu. Aira membayar gojek lalu melangkah menuju ke sebuah rumah yang nampak ramai. Aira melirik ke kanan-kiri, alamat tidak mencantumkan nomor rumah. Tapi ia yakin, di tempat yang ramai itulah akan berlangsung akad nikah.Aira berlari dan menerobos kerumunan orang. Belum nampak kedua mempelai yang akan melangsungkan akad nikah, karena acaranya masih setengah jam lagi."Hentikan!" Teriak Aira dengan suara lantang.Orang-orang yang semula riuh melihat kedatangannya, mendadak diam. "Ada apa ini? Kamu siapa?"Seorang lelaki tua menghampiri Aira yang masih berdiri dengan tubuh bergetar."Aku Aira, aku calon istri dari mempelai laki-lakinya," jawab Aira lantang.Suara orang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status