Share

Bab 6

Denan berjalan ke arah Flara yang sedang bersiap akan makan. Dengan santainya ia duduk dan mengambil piring yang tersedia di sana. 

"Jangan lancang! Aku nggak nyuruh kamu makan, dan aku tidak sudi kamu makan di sini!" ucap Flara dengan tegas. 

"Ayolah, Fla. Jangan buat aku setiap waktu mengingatkan kamu dengan perjanjian kita. Turuti aku dan jangan pernah menolak apa yang aku mau. Eh, nggak apa-apa, sih kalau kamu nolak. Aku buat kekacauan saja sekarang," kata Denan merogoh ponselnya yang berada di saku celana. 

Dengan cepat Flara mencegah Denan melakukan niatnya, ia tak mau melihat keluarga suaminya berantakan. 

"Makan!" titah Flara kemudian. 

"Nah gitu dong, ngomong-ngomong kamu kenapa mau berkorban sebegitu jauhnya buat Zaki? Padahal kamu menjatuhkan harga dirimu untuk pria yang tidak tahu terima kasih itu." Denan dengan semangat empat lima mengambil nasi dan lauk pauk yang berjejer rapi di meja makan. 

"Dia sayang padaku dengan tulus, dia menerima aku apa adanya, nggak pernah sakiti aku. Dia yang selalu ada buat aku disaat aku di titik terendah sekalipun."

Denan hanya manggut-manggut seraya mengunyah sarapannya. Jujur saja masakan Flara membuatnya teringat pada masakan ibunya yang sudah lama hanya berbaring di ranjang. 

Sudah belasan tahun Bu Salma, orang tua satu-satunya yang menerima kehadirannya terbaring lemah dan tak berdaya di atas ranjang. 

"Udah selesai, kan makannya. Lebih baik kamu pulang, nggak enak di lihat tetangga." 

"Kamu berani usir aku?" tanya Denan dengan tatapan tajam. 

"Ya terus kamu mau ngapain di sini?" tanya Flara memberanikan diri.

Denan berdiri dari duduknya dan memutari kursi tempat duduk Flara. Membungkukkan sedikit badannya dan mendekatkan kepalanya di kepala Flara. Wanita itu hanya menelan ludahnya kasar, sungguh ia takut dengan setiap pergerakan yang diciptakan Denan. 

"Kita lanjutkan yang semalam," bisik Denan di telinga Flara. 

Tangan Denan mulai aktif menjelajah ke area leher depan dan bermain-main sejenak di sana. Memberikan sentuhan-sentuhan kecil di area belakang lehernya dengan mulut mungilnya. 

Pergerakan Denan semakin meliar saat merasakan nafas Flara yang sudah naik turun dengan cepat. Ia tahu betul di mana letak kelemahan Flara, jangan lupa bahwa mereka adalah sepasang kekasih beberapa tahun yang lalu. 

Denan lalu memberikan kecupan-kecupan singkat di setiap inci leher Flara. Wanita itu hanya memejamkan mata tak mampu menolak hasrat yang tiba-tiba muncul dengan sendirinya. 

Bibir Denan beralih ke atas dan sedikit menggerakkan kepala Flara agar menghadap padanya. Saat bibir mereka hampir saja bersentuhan tiba-tiba Zaki datang dan berteriak dengan lantang. 

"Biadab kalian!" teriaknya sembari berjalan ke arah keduanya. 

Tanpa pikir panjang Zaki memberikan satu bogeman di rahang Denan. Pria itu seketika terjengkang ke belakang, tak mau membuang kesempatan berharga, Zaki memberikan pukulan yang bertubi-tubi di seluruh bagian wajahnya. Zaki kembali kesetanan saat melihat istrinya yang hampir saja bercumbu dengan temannya sendiri. 

Sementara Flara hanya diam dengan ketakutan yang memuncak hingga ubun-ubun. Ia tak ada nyali untuk memisahkan keduanya. Ia takut jika ia membuka suara maka suaminya akan semakin murka. 

Beberapa kali menerima pukulan tak membuat Denan menyerah, dengan keadaan wajah yang sudah penuh dengan lebam ia bangkit dan kini posisi mereka berbanding terbalik. 

Denan pun tak mau kalah, ia juga memberikan beberapa pukulan dia wajah tampan Zaki. 

"Cukup, Denan! Jangan pukul suamiku lagi atau kamu akan ku bunuh!" ancam Flara menodongkan sebuah pisau di leher Denan. 

Dengan senyum dan tatapan menyeringai ia menatap Flara. 

"Lakukan kalau kamu berani, ayo!" tantang Denan. 

Tak mau membuang waktu, Zaki bergerak cepat dengan menyeret Denan keluar rumah. 

"Dasar manusia tidak punya harga diri! Pergi lu, rawat saja nyokap lu yang nggak bisa apa-apa itu. Nggak usah buat masalah baru!" Emosi yang memuncak membuat Zaki hilang kendali. 

Tatapan jalang Denan semakin mematikan saat mendengar kata-kata Zaki. 

"Nyokap gue memang nggak bisa apa-apa. Tapi jauh lebih baik nyokap gue dari pada nyokap lu. Gue bersumpah gue akan buat lu sujud di kaki gue karena ucapan lu itu. Lu itu cuman mainan, kalau lu tahu. Lu itu bodoh, terlalu mudah di tipu karena cover seseorang." Denan melenggang pergi setelah mengatakan itu. 

Zaki tak peduli dengan sumpah serapah Denan. Ia kembali ke dalam rumah lalu menyeret Flara ke dalam kamar. Wanita itu hanya pasrah saat suaminya menyeretnya dengan kasar. Ia sadar ia salah, meskipun ia melakukan ini bukan karena keinginan dan kehendaknya, ia tetaplah salah di mata suaminya. 

Begitu sampai kamar, Zaki melempar istrinya ke ranjang. Menatap dengan tatapan jalang dan penuh amarah. Tiba-tiba tangannya tergerak untuk melepaskan gesper yang mengelilingi pinggangnya. 

"Kamu mau apa, Mas?" tanya Flara dengan suara bergetar menahan takut. 

Zaki tak menjawab, namun ia memajukan langkahnya agar lebih dekat dengan ranjang Flara. Sementara wanita itu semakin ketakutan dan terus memundurkan tubuhnya. 

Ctas! 

Entah setan apa yang merasuki tubuh Zaki, pria itu berkali-kali mencambuk tubuh Flara dengan gesper miliknya. Sementara wanita itu hanya mampu menangis dan memohon pada suaminya untuk berhenti memperlakukannya dengan kasar. 

Melihat tubuh Flara yang sudah penuh dengan bekas cambukan, akhirnya pria itu berhenti melakukan aktivitasnya. 

"Kamu tahu? Aku bersedia menikahimu bukan berarti aku mau kamu perlakukan seperti ini, Fla. Jangan buat aku semakin benci dan muak dengan semua ini. Kamu masih cinta sama Denan? Mau balik lagi kamu sama dia?" Zaki bertanya dengan suara pelan namun penuh penekan. 

"Nggak! Aku sama sekali nggak ada perasaan lagi sama dia, Mas," jawab Flara dengan sesenggukan. 

"LALU KENAPA KAMU MAU DIPERLAKUKAN SEPERTI ITU? Atau kamu yang memang murahan? Kalau kamu bahagia dengan apa yang dia lakukan Denan terhadapmu, tinggalkan rumah ini dan kembalilah padanya. Aku tak sudi melihat wanita menjijikkan seperti kamu ada di rumah ini." 

Belum sempat Flara mengucapkan sesuatu, Zaki keluar kamar dan berjalan keluar rumah lagi. Flara membiarkan suaminya itu pergi entah kemana. Lagi-lagi ia hanya menangisi nasibnya yang buruk. 

*

Denan yang sakit hati dengan ucapan dari Zaki melampiaskan amarahnya di rumah. Sudah menjadi kebiasaannya jika ia sedang marah akan menyendiri di kamar dan melukai dirinya sendiri. Lalu darahnya akan ia keringkan di foto orang-orang yang akan menjadi targetnya. 

Dari dulu hingga sekarang, foto dua orang yang sudah merusak hidupnya dan ibunya tetap terpajang rapi di kamarnya. Sudah menjadi sumpahnya untuk menghancurkan kedua orang tua yang kini masih menikmati keindahan dunia fana ini. 

"Dengaan cara apapun dan bagaimanapun kondisinya, aku bersumpah, aku sendirilah yang akan membunuh kalian."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status