Beranda / Rumah Tangga / Gara-gara Jatah Sepuluh Ribu / KERICUHAN DI PEMAKAMAN MAMA

Share

KERICUHAN DI PEMAKAMAN MAMA

Penulis: Maia Kirei
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-24 20:35:33

"Buuu ... buuu ... coba ini lihat bu!" Mba Retno berlari tergesa mendekati Ibu. Gawainya diperlihatkan ke arah Ibu dan Bapak yang belum menggunakan kacamatanya.

"Opo sih ... opo? Nggak keliatan Ret!" Bapak segera mengambil kacamata milik Ibu dan miliknya.

"Ya, Tuhan Aksa ini, Ret? Kawin lagi dia ... ini anak beneran kena covid atau alasan aja buat kawin lagi? Gambar dari siapa itu, Ret?" Bapak kaget melihat foto Mas Aksa yang ternyata kawin lagi.

"Dari Mas Pras, Pak. Liat aja tanggal di fotonya. Itu kan kemarin." Mba Retno menimpali.

"Aksa itu keterlaluan banget ya. Kurang ajar, biar Bapak yang telepon dia." wajah Bapak memerah, kemudian dia buru-buru menelpon Mas Aksa.

Kudengar Bapak marah-marah pada Mas Aksa sedangkan Ibu masih menenangkanku. Aku tak dapat membendung air mataku, mengapa nasibku harus seperti ini. Apa salahku selama ini, Tuhan?

"Nduk, maafin Aca ya, Nduk. Ibu tau rasanya sakit sekali dihianati oleh pasangan kita, Nduk. Ibu mohon orangtuamu jangan sampai tau ya, Nduk." Ibu mertuaku mengelus-elus kepalaku.

"Nggih, bu. Fa juga nggak mau kalo sampe Mama tau. Pasti Mama langsung drop." Aku masih menahan kekesalanku pada Mas Aksa.

"Nduk, cobalah kamu menenangkan diri. Pergilah kemanapun, biar masalah ini kami yang tangani, Nduk. Biar Ibu kasih bekel kamu ya, Nduk. Tiga hari atau seminggu. Nanti kalo suasana sudah kondusif kamu bisa pulang lagi kesini." Ibu tiba-tiba memberikan solusi yang cemerlang untukku.

Untung saja masih ada Ibu mertuaku yang walaupun sedikit tapi masih memberikan perhatian pada menantunya. Malam itu aku segera packing baju-bajuku untuk dibawa lusa nanti. Belum terfikirkan aku akan kemana, tapi aku benar-benar jenuh dengan sandiwara dunia ini.

~~~~~~

Empat hari sudah berlalu tetapi bukannya kabar baik yang kuterima, malah kabar buruk yang mengharuskan aku pulang ke rumah orangtuaku.

Air mata terus mengalir semenjak dalam perjalanan menuju rumahku tadi. Kulihat bendera kuning terpampang nyata di rumahku. Mama, iya Mama pergi meninggalkan aku untuk selamanya.

Kulihat dia dibungkus kain putih dengan dilapis kain jarik, kupandangi wajahnya begitu putih dan pucat. Maafkan aku Mama, belum sempat aku membahagiakanmu.

Kakak-kakakku nampak berkumpul diantara saudara-saudara kami. Kulihat juga Ibu Mertua, Mba Retno dan Mas Aksa ikut berkumpul juga. Ish ... aku malas sekali melihat muka Mas Aksa. Rasanya ingin ku gugat cerai saja agar aku tak perlu bertemu dia lagi.

Mama kemudian dibawa ke masjid terdekat untuk disolati selanjutnya dibawa ke area pemakaman dekat rumah kami. 

Ibu mertua, Mbak Retno dan Mas Aksa kemudian menghampiriku ketika kami semua sudah dirumah.

"Dek, kemana aja kamu seminggu ini?" Mas Aksa membuka percakapan.

"Ngapain masih ngurusin aku, Mas. Urus aja istri baru kamu. Setelah pemakaman Mama beres semua, aku mau ajuin cerai sama kamu, Mas." Aku menjawab ketus.

"Alaaah ... sok suci kamu, Dek." Suara Mas Aksa agak meninggi membuat saudara-saudaraku melirik kearah kami. Untung saja tamu-tamu yang lain sudah mulai pulang.

Akhirnya aku menarik Mas Aksa ke kamar agar kami tak jadi pusat perhatian.

"Maksud kamu gimana ya Mas? Aku sok suci?" Kekesalanku sudah sampai ubun-ubun.

"Kamu seminggu pergi itu kan sama Si Pras? Kemana aja kamu? Lebih hina kamu, suami kakak iparmu sendiri kamu embat," pupil mas Aksa semakin melebar seakan-seakan ingin keluar dari kelopaknya.

"Tunggu ... tunggu. Maksud kamu gimana ya?Aku pergi sendiri dan ingin menenangkan diri biar aku nggak gila karena kelakuanmu." Aku semakin tak bisa mengontrol emosiku.

"Uang darimana kamu bisa pergi-pergian kaya gitu kalo bukan dari Si Pras? Udah ngaku aja, Dek!" Mas Aksa masih kekeuh sama pendapatnya.

Belum juga aku ingin menjawab, Ibu dan Mba Retno masuk ke kamar. Seketika aku seperti mendapat pertolongan atas kedatangan Ibu Mertuaku.

"Bu, tolong jelasin ke Mas Aksa kalo Ibu yang kasih aku bekel buat pergi dari rumah dan menenangkan diri kan, Bu?" Kupandangi Ibu mertuaku penuh harap. Sementara dia masih diam seperti bimbang mencari kata- kata.

Duh, gimana ini. Drama apalagi dalam hidup aku?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Gara-gara Jatah Sepuluh Ribu   SELAMA INI KAMU DIMANA, MAS?

    Setelah pembicaraan itu, aku segera pamit pulang ke rumahku. Sekarang aku lebih siap menghadapi cucian segunung, sampah sekeranjang ataupun lantai yang lengket karena tidak disapu dan di pel berhari-hari. Oke aku sudah siap! Dengan semangat empat lima aku membuka kunci pintu rumah. Taraaa….Ternyata rumahnya masih rapih kawan-kawan, apakah Mas Aksa sedang kerasukan jin baik? Aku tak percaya, ku putari sekali lagi dari ruang tamu ke dapur, dari dapur ke ruang tamu, kamar mandi, gudang dan juga kamar tingkat diatas. Semua rapih sama seperti sebelum kami berangkat ke Jogja. Jadi yang kudapat dari hasil memutari rumahku adalah, Mas Aksa belum pulang ke rumah semenjak dia balik dari Jogja sendiri. Kemana dia pergi coba? Ibu mertuaku saja bilangnya dia tak mampir-mampir ke rumahnya.Apakah pemikiranmu sama seperti pikiranku sekarang kawan? Pasti sama kan? Instingku mengatakan jika Mas Aksa menginap dirumah sundal itu. Pasti sudah pasti tak akan bisa lagi Mas Aksa mengelak atas semua ini, ke

  • Gara-gara Jatah Sepuluh Ribu   KEBAIKAN IBU UNTUKKU

    Aku menghabiskan sisa waktu liburan bersama keluarga Tante Mela tanpa berkabar dengan suamiku, memang benar pada akhirnya kita tidak saling peduli saja jadi membuat hidupku tak banyak fikiran seperti kemarin-kemarin. Aku harus mulai meregangkan otakku, membuang fikiran negatifku dan mungkin sekalian harus juga mencari pelarian agar pikiranku tak melulu soal Aksara Diningrat.Aku diantarkan oleh Tante Mela langsung kerumah mertuaku karena katanya dia ingin memberikan oleh-oleh untuk mertuaku, untung saja Tante Mela tak minta langsung ke rumah karena tau sendiri rumah yang aku tinggalkan hanya kepada Mas Aksa pasti sekarang bentuknya melebihi seperti kapal pecah. Keburukan Mas Aksa kali ini terselamatkan lagi.“Ini Tante Mela, nggak nginep dulu aja sehari disini? Biar nanti Ibu ajakin ke restoran di baturaden yang baru itu loh.” Ibu mertuaku memang selalu royal pada saudara-saudaraku yang datang.“Waduh, makasih Ibu. Kapan-kapan saja ya karena ini saja liburannya sudah terlalu lama. Ini

  • Gara-gara Jatah Sepuluh Ribu   KEINGINAN AKSARA DININGRAT

    Kurebahkan badanku diatas kasur empuk yang tak kutemukan di rumah, aku mulai berniat untuk mengirimkan gambar yang barusan aku terima dari Mas Pras kepada suamiku tapi bulir bening yang semenjak tadi kutahan akhirnya turun juga dari mataku. Kuratapi lagi betapa hidupku hancur karena mengenal seorang Aksara Diningrat, andai Ibu masih ada mungkin aku sudah memeluknya hari ini dan akan diusapkannya kepalaku dengan tangannya yang lembut. Ibu aku rindu masa kecilku, masa dimana hanya PR matematika yang membuatku pusing. [Mas ini kamu ya? Senang ya karokean sama mantan istri atau jangan-jangan masih nikah ya kalian? Jangan sampai aku nekad kirim gambar ini ke Bapak ya!] Aku segera kirim pesan itu kepada Mas Aksa, sudah seharusnya orang seperti itu kuberi ancaman dari dulu. Kita lihat apalagi alasan dia kali ini? [Apaan sih, Dek. Itu cuma kebetulan ketemu dan kami cuma nostalgia karokean aja, lagian kita rame-rame kok perginya nggak berduaan aja. Udah nggak usah macem-macem kirim gambar in

  • Gara-gara Jatah Sepuluh Ribu   KEJUTAN DARI MAS AKSA

    “Ada apa nelpon, Mas?” Aku penasaran.“Kamu lagi dimana, Fa? Di rumah apa dimana?” Mas Pras memberondongku dengan pertanyaan.“Lagi di Jogja liburan, emangnya kenapa? Jangan bilang kamu mau nyamperin, aku udah balikan loh sama Mas Aksa, kamu tau kan?” Dengan tegas aku menembaknya dengan kalimat itu.“Tau lah, aku kan selalu tau kabar update tentang kamu, kukira kamu nggak bakalan mau lagi sama Si Aksa, udah disakitin kaya apa tetep aja bertahan. Sekarang kamu emang tahu Aksa lagi dimana?” Mas Pras membuatku membuatku penasaran.“Di rumah lalu kerja lalu pulang lalu paling nginep di rumah Ibu.”“Kamu nggak penasaran, coba sebentar aku kirim fotonya ke whatsup kamu ya, Fa.” Mas Pras sukses membuatku berhenti dan duduk di taman pinggir jalan tanpa menghiraukan Tante Mela dan keluarganya yang sudah menghilang entah kemana.Sebuah pesan gambar masuk ke gawaiku, aku segera membukanya karena penasaran. Kulihat wajah seorang Aksa suamiku yang sedang asyik karokean sambil memeluk seorang wanit

  • Gara-gara Jatah Sepuluh Ribu   KEMBALI MENGHUBUNGI

    “Sama siapa tadi, Fa?” Tante Mela penasaran dengan mobil yang mengantarku barusan. “Oh, tadi sepupunya Mas Aksa yang polisi. Dia lagi pulang kuliah di luar negri karena anaknya baru lahir kemarin.” “Oh, gitu. Ya udah kita masuk yu. Nanti kamu sekamer sama anak-anak nggak apa-apa ya? Pas kita pesen dua kamer satu single bed satu double bed tapi yang double bed kasurnya meuni gede-gede pisan.” Tante Mela menempelkan kartu kunci hotel ke tombol lift agar lift berjalan sesuai lantai tempat kamar kami menginap. “Iya, nggak apa-apa yang penting jadi liburannya nih, hehe.” Aku merasa senang seperti anak kecil yang baru saja diberikan loilipop. “Aksa gimana? Mobilnya sudah diambil kah?” “Udah, Tan. Nah itu tadi yang bantuin kami ambil mobil, Si Reval itu polisi tapi lagi sekolah lagi di Singapura. Pas banget coba kami ketemu dia lagi tugas ke Jogja gitu, dasar ya rejeki ada aja.” Kami berjalan keluar dari lift. “Wah iya rejeki banget ya. Ini Aksa nggak apa-apa ditinggal sendirian pulangn

  • Gara-gara Jatah Sepuluh Ribu   SULIT MENGUBAH SIKAPNYA

    Hanya setengah jam mobil sudah bisa kembali lagi kepada kami, sakti juga Reval yang belum mulai masuk kerja lagi tapi bisa membantu kami yang kesusahan. Uang di tangan pun tak banyak raib karena bantuannya, alhamdulillah aku bersyukur ternyata memang Allah tak membolehkan kami memakai uang hasil penjualan handphone itu.“Tuh kan, Mas. Emang kita nggak boleh make uang itu kali. Untung ada si Reval kalo nggak coba sih kita kaya apa?”“Nggak lah, Dek. Kan uangnya bisa dipake buat benerin mobil. Nggak liat apa kamu mobil gompel dimana-mana? Berabe urusannya kalo nggak dibenerin.” Mas Aksa melihat mobil bekas kecelakaan penuh dengan baret-baret.“Dosa loh, Mas. Ya udah aku mau ke tempat Tante Mela aja kalau gitu. Daripada pusing kepalaku liat kelakuan kamu. Sini aku minta uang yang buat liburan kemarin!” aku mengulurkan tanganku meminta uang hasil menggadaikan handphone ijonkku kemarin daripada nanti uangnya ujung-ujungnya nggak jelas kemana.“Tau apa kamu tentang dosa? Sok suci banget, u

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status