Tak terasa sudah seminggu berlalu sejak Alf menghindari Inn. Dalam waktu seminggu itu pun, Inn tidak jua menghubungi Alf lagi. Hanya Karlinda yang terus menghubungi Alf, entah basa-basi menanyakan kabar, sudah makan atau belum, hingga bagaimana kerjaan Alf di kantor. Perhatian Karlinda, tentu saja membuat Willy uring-uringan. Ditambah lagi, Alf selalu kedapatan sedang senyum-senyum sendiri saat chatting dengan Karlinda. Willy jadi curiga, jangan-jangan Alf mulai ada rasa sama Karlinda. Atau paling enggak, mulai nyaman.
Sama seperti sore ini di kosan. Alf baru selesai chatting sama Karlinda, hanya membicarakan masalah tabungan. Tapi, raut wajah Alf yang berseri-seri, membuat Willy tak suka. Jiah?! Willy macam pacar yang lagi cemburuan aja!
"Ya, kan gak mungkin gue masang tampang jutek," Alf membela diri saat Willy menceramahinya.
"Gue liat hari ke hari macam hubungan lo sama Karlinda makin dekat! Udah lebih dari nasabah dan karyawan bank!" sindir Willy.<
"OM ALF!" Teriakan bahagia dari Shafa tertangkap telinga Alf, saat dia baru saja tiba di taman hiburan, sore itu.Alf segera mengangkat tubuh gadis mungil bermata bulat itu. "Waduhh! Makin berat aja, nih! Kapan-kapan, kakak Alf gak bisa gendong Shafa lagi!"Shafa tertawa dengan riangnya. "Shafa kan rajin makan, om! Karna kata mama, kalau Shafa rajin makan, om Alf mau ngajak Shafa jalan!""Iya, dong! Kalau Shafa rajin makan, kakak Alf seneng main sama Shafa!" Alf menimpali."Kok manggil kakak, sih? Kan oooommm, bukan kakak... Karena om kan mau jadi papanya Shafa!" lanjut Shafa dengan polosnya.Alf hanya menjawab dengan mengulum senyum. Sedangkan Karlinda malah tampak tenang."Ya, udah! Sekarang, kita mau main kemana, nih?" tanya Alf sambil berjalan pelan, disusul Karlinda."Di sana, om!" tunjuk Shafa pada sebuah wahana kincir angin. Alf dan Karlinda pun menyetujuinya, dan segera mengantri. Entah kenapa mereka kelihatan seperti kel
Alf terpaku menatap plafon kamarnya, sedangkan Willy menganga menatapnya. Beberapa kali terlihat Alf menggelengkan kepalanya, sambil jemarinya mengacak kasar rambutnya yang mulai memanjang. Willy hanya mengerjapkan mata dengan pikiran penuh tanya pada tingkah laku sahabatnya.Memang, sih... Alf sering banget bertingkah aneh, dan Willy sudah biasa dengan hal itu. Tapi, masalahnya saat ini, tingkah aneh Alf dilakukan setelah pria itu bertemu si high quality—janda, Karlinda. Willy jadi ber—negative thinking pada Alf. Jangan-jangan dugaannya kalau Karlinda menyatakan cinta, benar terjadi?!Willy menghitung-hitung, sudah kesepuluh kali Alf menarik-narik ujung rambutnya, karena kemungkinan-kegalauan di hatinya. Atau mungkin sebenarnya, Alf sedang berencana untuk membotakkan kepalanya, dengan cara menarik perlahan helaian rambutnya hingga putus?! Hmph!"Jadi... Lo gak mau jelasin ke gue, apa yang terjadi tadi?" Willy mulai membuka
Suasana laboratorium siang itu sepi dari bahan ghibahan. Para laboran sedang berkutat dengan kerjaan mereka masing-masing. Tatapan mereka rata-rata menunjukkan fokus penuh pada setiap sampel yang sedang diperiksa. Hingga tiba-tiba, Ibu Nover muncul di ambang pintu, mengagetkan semua yang sedang berkonsentrasi. Dalam hatinya, mereka sedang bertanya-tanya, siapa yang membuat kesalahan sampai Ibu Nover tiba-tiba muncul. Hmm... Macam Ibu Nover muncul kalau ada yang salah aja..."Diego... Ke ruangan saya," ujar Ibu Nover dengan nada biasa saja, tidak melengking seperti saat memanggil Alf atau Willy. Wanita itu segera kembali ke ruangannya, meninggalkan tatapan melotot semua laboran pada Diego."Lo ngebuat kasus apa?" tanya Merlin. "Padahal tadi gue pikir Alf atau Willy yang bakal dipanggil, loh!""Emak pikir kita berdua ini tukang buat onar, apa! Makanya dipanggil terus?" Willy menimpali."Ember!" sahut emak Merlin jutek."Mending cepetan lo ke ruan
Alf duduk termenung di depan teras rumahnya Ibu Budi, sambil memutar-mutar ponselnya, saat Ibu Budi sekeluarga sedang keluar. Dahinya berkerut, menyiratkan pria itu sedang berpikir keras. Sesekali terlihat dia menarik napasnya panjang. Alf melirik ke nama-nama teman perempuannya di kontak, untuk diajak ke acara nikahannya si Diego. Sebenarnya, Alf tidak perlu susah-susah memikirkan hal itu. Karena nyatanya, Diego hanya berkelakar saja saat mengatakan perihal datang bareng gandengan. Tapi, hati kecil Alf juga ingin sesekali ke kondangan bareng wanita, jangan sama Willy terus. Berbicara tentang Willy, si gempal itu sedang sedih. Karena si pujaan hati, menolak ajakan Willy untuk pergi bareng. "Sorry, Wil... Gue udah janji sama orang lain..." sahut Jessy saat itu. Dan Willy hanya membalas dengan desahan panjang. Willy beranjak dari rebahan di dalam kamarnya, dan menuju ke kamar Alf. Tapi, mendapati kamar Alf yang tanpa penghuni, Willy menge
Waktu berjalan begitu cepat, dan tidak terasa sudah Jumat malam, tapi tanpa mbak Kunti—hanya Alf yang sedang menikmati malam dingin, tanpa selimut tetangga. Eh?!Alf baru selesai mencuci si kuda besi, dan sedang mengistirahatkan otot-otot perutnya. Hm, hubungannya apa, ya...Terkadang si Alf aneh juga. Harusnya, Sabtu besok, saat tanggal merah, libur nasional, baru dia mencuci motornya, karena mau digunakan untuk ke acara nikahan si Diego di sore harinya. Tapi, si Alf malah mencuci motor itu hari Jumat malam. Katanya, karena besok seharian mau digunakan Alf untuk perawatan diri sebelum ke pesta. HMPH!By the way, besok si Alf bakalan menjemput Karlinda di rumahnya, karena si cantik ingin ke pesta dengan diboncengi Alf. Walaupun Alf jadinya insecure sendiri. Tak habis pikir dengan para wanita cantik, baik Inn maupun Karlinda, yang senang diboncenginya dengan si butut.Lalu, bagaimana dengan Willy? Kebetula
Willy tersentak mendapati Alf yang sedang berbaring dengan wajah bermasker dan mata ditutupi potongan mentimun. Mulut Willy membulat, sampai-sampai dikira gua oleh lalat-lalat."Ngapain lo, Alf?" tanya Willy sambil mengamati masker berwarna gold yang sedang digunakan si Alf. "Dapet darimana semua bahan ini?"Alf hanya menggerakkan tangannya ke arah rumahnya Ibu Budi. Artinya, masker dan mentimun itu kemungkinan dibeli Alf dari Ibu Budi. Yah, Ibu Budi memang tidak menjual bahan-bahan itu, hanya saja semua yang Alf gunakan, kebetulan saja merupakan persediaannya Ibu Budi untuk perawatan diri. Tapi, kalau ada anak kosan yang mau beli, Ibu Budi sih, gak bakalan nolak. Namanya juga rejeki. Tinggal dibeli lagi.Willy menggelengkan kepalanya, dengan wajah tidak habis pikir. Hanya karena gandengannya Karlinda, sahabatnya rela melakukan perawatan diri sejak pagi tadi.Yap! Alf sudah bangun subuh-subuh, hanya untuk joging. Katanya, menyiapka
Setengah jam perjalanan, karena memang Alf mengendarai motornya pelan-pelan, akhirnya mereka tiba juga di tempat acara. Sebelum melangkah memasuki taman, yang sudah ditata sedemikian indahnya, Alf dan Karlinda masih menyempatkan diri memeriksa penampilan mereka. Setelah dirasa baik, keduanya melangkah perlahan memasuki area yang sudah disiapkan untuk para tamu. Terdengar lantunan lagu-lagu romantis yang didendangkan seorang wedding singer cantik di atas panggung khusus pengantin. 'Hm... Kenapa gak manggil penyanyi dangdut aja, sih! Kan gue pengen joget juga! Gue harus protes sama Diego nanti,' batin Alf menggerutu. Wajah Alf tiba-tiba berhias kecanggungan, saat Karlinda menggandeng tangannya. Mereka terlihat seperti pasangan beda kasta. Wkwkw... Pada area pesta, tampak sudah tertata meja-meja bundar, dengan enam pasang kursi, yang semuanya berwarna biru muda-warna kesukaan istrinya Diego. Di atas meja juga sudah tersedia hidangan selamat datang untuk para tam
Acara pesta berlangsung dengan meriah dan penuh sukacita. Setelah beberapa sambutan, termasuk sambutan dari Ibu Nover, kini tibalah acara ramah-tamah. Semua tamu yang diperkirakan sekitar 500 orang, dipersilahkan menikmati santapan yang telah disediakan di beberapa bagian taman. Makanan Indonesia maupun luar, tersaji di atas beberapa buah meja panjang, yang dijaga oleh para pramusaji. Alf, Karlinda, Jessy dan Boy pun segera melangkahkan kaki menuju meja yang ingin mereka cicipi makanannya. Dan tidak disangka, mereka berpapasan dengan Ellen, Willy, serta Merlin yang datang sendirian. Alf bisa menangkap raut wajah tak percaya dari Willy, saat mendapati wanita pujaannya datang bersama si sekuriti yang baru sebulan bekerja di Lab. Sisilia. Tapi, berbeda dengan Willy, Merlin malah memperlihatkan tatapan 'apa gue bilang!' Tatapan Willy juga serupa tatapan Ellen, saat melihat gandengan Alf adalah temannya, Karlinda. Ellen hanya mengangkat telunjuknya sambil mengarah