Share

Page three

Book 1

"Aku melihatnya sendiri dan itu benar-benar luar biasa! Dia berjalan di dinding gedung begitu saja! Apa dia pria laba-laba yang sedang populer i ... Ray? Kau mendengarkanku, 'kan? 'kan?"

Beritahu aku bagaimana caranya agar aku tidak mendengarkanmu saat kau bicara dengan suara yang begitu keras?

Beritahu aku bagaimana caranya agar aku bisa melepaskan tanganmu yang sibuk menarik kerah seragamku?

Aku tidak mengerti, anak perempuan ini berusaha bicara denganku atau sedang merampok?

Kulirik anak perempuan berambut cokelat muda di hadapanku, tatapannya tertuju padaku, penuh curiga.

"Dengar, tentang pria laba-laba, 'kan? Aku dengar semuanya dari awal hingga akhir. Karena itu bisa kau ... "

Brak-

Mejanya.

Mejanya retak. Anak perempuan ini memukul meja sampai retak begini, padahal aku yakin meja di sekolah terbuat dari kayu kualitas terbaik.

Aku menelan ludah, perlahan menatap ke arah perempuan yang masih berada di hadapanku. Iya, aku yakin sekali jika dia ini seorang perempuan, dia memakai rok dan punya sesuatu yang ... lebih baik tidak aku lanjutkan.

"Aku tahu kau tidak mendengarkanku, aku tidak mengerti kenapa kau tidak tertarik dengan berita seperti ini. Apa kau salah satu dari pengkhianat yang tidak percaya akan adanya manusia yang memiliki kemampuan luar biasa?"

Aku hanya tidak mengerti bagaimana kau bisa memukul mejanya sampai seperti itu dan sekarang aku berharap jika kepala atau wajahku tidak jadi korban selanjutnya.

Sebenarnya membicarakan tentang manusia berkemampuan, bukannya aku tidak percaya. Aku percaya, tentu saja, aku mempercayai kehadiran Limmerence di antara kita meski mereka hidup dengan bersembunyi. Tapi aku juga tidak punya epiphany atau semacamnya. Hanya begitu saja, seolah ada yang menanam pikiran seperti itu di kepalaku.

Hm?

Apa itu? 

Bayangan putih bertopeng? Siapa?

Manusia? Bagaimana dia bisa sampai di atap gedung seberang?

Mana mungkin Limmerence, 'kan?

Jangan-jangan mereka bisa membaca pikiran seseorang? Lalu karena pikiranku tadi mereka akan mengincarku!?

Aku bahkan belum pernah pacaran!

Ya Tu ...

"Ray!"

Dua kali.

Dua kali aku merasa terlonjak karena perempuan bernama Naya ini, aku berharap jantungku akan tetap sehat ke depannya.

"Apa yang kau lihat? Ada apa di gedung sebelah? Kau seperti sedang melihat hantu saja."

"Iya, sepertinya aku sedang melihat hantu. Dan karena habis melihat hantu, aku jadi lapar. Aku akan makan siang sekarang, jadi, bisa kau biarkan aku makan bekal siangku?"

"Baiklah, baik. Dasar Ray tidak seru, aku akan mengajak bicara yang lain saja."

Aku menghela napas lega, akhirnya dia membiarkanku sendiri. Akhirnya aku bisa menikmati waktu makan siangku yang berharga dan menunggu hingga jam pulang. Aku berharap tidak akan melihat hal aneh seperti ... pria tadi? Pria aneh dengan rambut panjang, tapi bagaimana aku bisa yakin jika makhluk itu pria? Lalu bagaimana juga aku bisa melihat jelas dengan jarak sejauh itu?

Kepalaku sakit. Aku sudah cukup lelah karena pelajaran matematika, aku sungguh tidak mau jadi gila karena masalah ini. Baiklah, aku akan beranggapan jika aku sedang berilusi.

***

Namaku Rayshane, teman-teman biasanya memanggilku Ray. Aku cukup normal di kalangan remaja ibu kota, tinggiku mencapai 178 senti, wajahku tidak benar-benar buruk. Setidaknya aku dapat satu, dua pernyataan cinta dari perempuan, meski itu terjadi saat aku masih di sekolah dasar. Tidak masalah.

Aku sudah tidak punya orang tua, sudah tiada sejak aku masih bayi. Satu-satunya keluarga yang aku punya, nenek, juga sudah meninggal dua tahun yang lalu. Karena itu, aku mengurus semua keperluanku sendiri, dari memasak hingga menjemur pakaian. Kau tidak akan bisa bayangkan bagaimana kesepiannya aku saat menonton film romansa sendirian.

Tapi aku bersyukur aku punya tetangga yang baik, Naya adalah salah satu tetangga juga teman sekelasku. Meski aneh dan mengerikan, dia sering membantuku memasak dan memberi nasihat tentang keberadaan harga telur termurah. Ada juga Diaval, laki-laki kurang waras yang bercita-cita ingin mengadopsiku di usianya yang kedua puluh lima. Tapi karena pekerjaannya, dia jarang ada di rumah, dan hal itu membuatku lega.

Aku hidup mengandalkan tabungan yang ditinggalkan nenek dan orang tuaku, aku dapat beasiswa sehingga tidak perlu memikirkan biaya sekolah. Aku mendapatkannya setelah hampir koma karena terlalu banyak belajar. Itu adalah asal usul kenapa aku phobia pada pelajaran, bukan, bukan karena aku bodoh, jelas berbeda.

Kami hidup dengan baik di sini, semua warga yang tinggal tidak berat tangan untuk membantu. Memang ada beberapa yang keji, mereka yang menjual bahan baku tanpa pernah berikan diskon. Sungguh perbuatan tidak terpuji. Sejujurnya aku tidak benar-benar ingat masa laluku, tidak tahu bagaimana karena itulah kenyataannya. Tapi aku bisa pastikan jika tidak ada kekacauan yang terjadi selama aku masih anak-anak.

Kota yang kutinggali bernama Panacea, salah satu ibu kota di Ilicit. Para pendeta menyebut Ilicit sebagai dimensi, karena mereka percaya adanya keberadaan dimensi lain. Sebagian masyarakat mengikuti dan percaya, sebagian lagi tidak ikut andil, hanya diam dan memilih hidup dengan tenang sepertiku.

Dan tiba-tiba saja, tahun lalu muncul satu kelompok yang menolak untuk percaya adanya dimensi lain secara keras dan menganggap Ilicit adalah negara tanpa pimpinan yang nyata hingga menimbulkan keributan.

Anehnya, para Limmerence yang disebut sebagai penjaga tidak muncul untuk menahan mereka.

Mereka memang tidak melukai, tidak seperti pemberontak yang dengan sengaja merusak barang atau rumah, yang mereka lakukan hanya berteriak menyuarakan pendapat.

Mungkin karena tidak menyebabkan kerusakan, jadi Limmerence tidak merasa perlu untuk muncul? Aku tidak tahu.

... aku berkata begini hanya iseng saja, jangan datangi aku kumohon.

Dan sekarang malah muncul kabar angin dari para pendeta yang mengatakan jika Limmerence kehilangan pimpinan mereka yang baru.

Lagi-lagi aku tidak mengerti hal seperti ini, yang aku tahu pemimpin mereka adalah sang Karael. Apa Karael menghilang? Atau mungkin hanya sedang liburan? Apa sang bijaksana butuh liburan? Memangnya siapa yang tidak butuh? Aku.

Aku tidak butuh liburan, aku hanya butuh uang yang banyak hingga tidak perlu lagi memusingkan bagaimana cara berhemat bulan ini!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status