Share

Episode 7-Tak Menyangka

Penulis: VhyDheavy
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-23 11:31:37

Baru memasuki pintu utama perusahaannya sendiri, Suga sudah dikejutkan dengan sesuatu yang seharusnya menjadi kemustahilan. Sosok cantik tengah berjalan begitu tegas sesaat setelah melakukan scan absen. Bagaimana bisa wanita itu masuk hari ini? Pertanyaan itu terlintas di benak Suga bersama pemberhentian laju kakinya.

“Apa rencana itu nggak berhasil?” gumam Suga sembari memicingkan mata memastikan kembali jika wanita itu adalah Ratih Kembang.

Namun sama seperti penglihatan Suga, ia memang Ratih!

Suga segera menepis keterpanaan itu dan kembali melaju kakinya. Seiring langkah yang ia ambil, pikirannya dibuat kacau atas keberadaan Ratih di perusahaannya. Tampaknya dugaan yang ia berikan memang benar, bahwasanya kedua bawahannya tidak berhasil membawa Ratih.

Suga mengira jika ada orang yang menyelamatkan wanita itu ketika misi sedang dijalankan. Hanya saja terlalu mustahil jika tengah malam masih ada orang yang terjaga, kecuali sistem keamanan yang diterapkan merupakan ronda malam. Namun, bukankah menyusup bukan perkara sulit bagi orang yang sudah berpengalaman?

“Pagi, Pak,” sapa Nurma pada Suga sembari tersenyum manis.

Suga tersentak seketika. Namun ia tetap berusaha bersikap tenang agar tidak jatuh malu di hadapan bawahannya itu. Hanya tatapan sekilas yang ia berikan pada Nurma sebagai balasan. Kemudian, ia kembali mempercepat langkah untuk menuju ruang kerja.

Nurma menghela napas. Bukan perkara asing jika Suga tidak ramah. Hanya saja, cukup membuatnya tersinggung. Membalas dengan kata 'ya' saja sepertinya sangat mudah, tetapi Suga tetap tidak melakukannya.

Tiba-tiba tubuh Nurma disenggol oleh seseorang, yakni Ratih Kembang.

“Judes, ya?” tanya Ratih pada sahabat sekaligus bawahannya itu.

Nurma tersenyum kecut. “Udah jadi pamornya dia, Tih, enggak kaget lagi,” jawabnya.

“Dan kamu masih tetap menyapa? Aku sih enggak sudi!”

“Beliau tetap atasan kita, Tih. Sudah sepatutnya memberi sapa pagi.”

“Ah, kamu terlalu baik, Nurma. Hmm ... padahal orang itu enggak sedikit pun menghargai.”

“Mm ... aku bersyukur kalau aku masuk dalam kategori baik, Tih.” Nurma mengulas senyuman. “Sampai saat ini, aku masih penasaran sama wajah di Pak Suga tanpa kacamata. Kayaknya lumayan manis.”

“Mm? Tunggu! Jangan-jangan kamu naksir dia, ya?”

Nurma gelagapan. “En-enggaklah mana ada. Lagian kalau aku suka sama dia, enggak mungkin kemarin bilang ke kamu lama-lama jadi suka.”

“Mm ... tapi, kenapa kamu penasaran?”

“Entah, aku cuma merasa kalau Pak Suga itu ganteng, Tih. Cuma berrharap saja, semoga beliau mengobati mata yang barangkali ada minus maupun silinder, terus taaaar! Ganteng deh, dengan begitu orang-orang enggak akan menghina tampang dia. Sedih enggak sih, kalau atasan kita dihina sama bawahan sendiri? Padahal dia yang kasih gaji ke kita lho.”

“Enggak sih, aku biasa saja tuh!”

“Ih, Ratih!”

“Sudahlah, ayo. Jangan memikirkan dia, terus Nurma!”

Berkat tarikan tangan Ratih di lengannya, Nurma melaju kakinya mengikuti sahabatnya itu. Kedua wanita yang memiliki tipikal berbeda, tetapi bisa berteman dengan baik. Mungkin karena sosok Nurma begitu polos bisa menerima keberadaan Ratih yang palsu. Palsu dalam artian sifat saat di kantor itu, bukan Ratih ketika sedang bersama Gatra atau di rumahnya sendiri.

****

Suga menggebrak meja kerja setibanya di ruang pribadinya. Keberadaan Ratih pagi ini benar-benar membuatnya tak habis pikir. Mengurus seorang wanita saja kedua anak buahnya tidak becus sama sekali. Lantas, dengan cara apa lagi ia bisa menekan Ratih? Jika wanita itu terus dibebaskan tentu saja identitasnya akan terbongkar!

Tidak! Suga tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Ia harus mencari jalan lain untuk menangani wanita itu. Pun, jika ia harus turun tangan sendiri. Namun untuk jalan keluar terakhir, jika cara lanjutan tetap gagal.

Tanpa pikir panjang, Suga segera mengambil ponselnya dari dalam kantong celana. Ia mencari nomor kontak sesuai nomor keanggotaan anak buah yang menangani Ratih semalam.

“Kalian tidur, ya?!” tanya Suga dengan nada tegas sesaat setelah panggilan itu dijawab dari kejauhan.

“A-anu, Bos, kami semalam melakukan tugas i-itu kok,” jawab sang anak buah dari kejauhan sana.

“Lalu? Kalian kepergok warga? Untuk menyusup daerah komplek saja kalian enggak becus?!”

“Ti-tidak, Bos, kami tidak ketahuan warga, B-bos.”

“Lalu, bagaimana bisa cewek itu masih masuk kerja, hah?! Kalian kerja enggak sih? mengurus satu wanita saja enggak bisa! Haaaa, sial. Persiapkan saja kedua tangan kalian!”

“Ma-maaf, Bos, kami mo-mohon ampun. Ta-tapi, se-sepertinya wanita itu pemegang sabuk hitam kelas taekwondo. Kekuatan dan ilmunya bahkan melebihi kami, Bos. Sepertinya dia sudah sering berkelahi.”

“Apa ...?”

Suga mematikan panggilan itu secara sepihak, bahkan tidak menunggu jawaban dari anak buahnya. Jika informasi yang ia terima adalah suatu kebenaran, maka keberadaan Ratih memang bukan sebuah kemustahilan.

Seperti dugaannya di kala bertengkar dengan Ratih, wanita itu memang berbeda. Ada sesuatu yang dimiliki Ratih dan itu jarang dimiliki oleh wanita lain. Seperti sebuah nyali yang begitu besar, Ratih sedikit pun tak gentar ketika menghadapi Suga dengan jabatan tinggi jika pria itu merupakan atasannya.

“Ratih ... dia benar-benar merepotkan!” ucap Suga sembari menggertakkan gigi. Entah cara apa lagi yang perlu ia gunakan untuk membungkam wanita itu. Sebab jika hanya berpegang pada rasa percaya, tentu resiko besar kemungkinan akan terjadi. Tanpa ancaman, Ratih bisa membeberkan gosip seputar wajah di balik kacamata tebalnya.

Dalam kegemingan itu, tiba-tiba Suga mendengar suara pintu ruangan diketuk oleh seseorang. Tak lama kemudian, muncullah Belinda ketika pintu telah dibuka. Wanita yang merupakan sekretaris Suga berjalan begitu elegan menghampiri sang atasan.

“Selamat siang, Pak Suga,” sapa Belinda seiring senyum yang ia ulas.

Namun sama ketika Nurma yang menyapa, Suga hanya menatap sekilas tanpa memberikan jawaban. Hal itu membuat Belinda tersenyum kecut, meski bukan hal asing baginya.

Hari ini pun, Pak Culun tetap cuek! Pikir Belinda. Sekian detik tak ada tanggapan, ia lantas menyerahkan sebuah tablet dengan merk dari Daichi Elektronic, dengan kata lain produk perusahaan itu sendiri.

“Ini jadwal hari ini, Pak, mohon diperiksa,” ucap Belinda dengan sikap santun.

Namun lagi-lagi Suga tidak menjawab. Pria itu justru terpaku dengan sosok Belinda. Tentu saja, Belinda merasa canggung sekaligus salah tingkah. Apakah ada yang salah pada dirinya? Pertanyaan itu terlintas di benaknya.

“Pak ...?”

“Belinda? Apa kamu ingin memimpin salah satu perusahaanku? Dengan kata lain menjadi seorang direktur dari cabang kantor kami?” tandas Suga atas panggilan Belinda padanya.

Belinda reflek membelalakkan mata. “Kok? Kenapa tiba-tiba ...?”

“Enggak, aku pikir kamu sudah harus memiliki jabatan itu. Ini akan sulit didapatkan lagi jika saat ini kamu enggak menerima tawaranku.”

“Tapi, mm ... cabang di mana?”

“Jepang.”

“Woaah! Oops ... ma-maaf, Pak.”

”Bagaimana?”

Belinda merasa takjub. Benar seperti yang Suga katakan bahwasanya kesempatan itu tidak akan muncul dua kali. Meski masih merasa bingung karena penawaran itu dikatakan secara tiba-tiba, Belinda tetap menganggukkan kepala.

“Baik, Pak, saya akan terima! Saya berjanji akan bekerja dengan baik!” ucap Belinda antusias sembari merundukkan badannya berkali-kali.

Suga masih tetap berekspresi datar. “Baiklah, aku beri waktu satu minggu untuk berberes. Dan selama itu, kamu nggak perlu berangkat kerja ke tempat ini.”

“Mm? Lalu, yang mendampingi Bapak sebagai sekretaris?”

Suga menurunkan pandangan. Ia menelan saliva sebelum memberikan jawaban. “Ratih.”

“Ra-ratih?”

“Ya, panggil dia untukku. Ajari dia untuk hari ini saja. Ancam dia dengan dua milyar jika memberikan penolakan.”

Belinda tertegun sebentar, hingga pada akhirnya ia menyadarkan dirinya. “Ba-baik, Pak!”

Setelah itu, Belinda berbalik badan. Wanita itu hendak memenuhi tugas terakhirnya sebagai sekretaris Sugantara, yakni membantu melatih Ratih hari ini. Tak peduli dengan rasa heran yang masih bersarang, yang pasti Belinda tahu jika Suga sedang menghukum Ratih. Di sisi lain, Belinda berterima kasih karena berkat Ratih, ia memiliki kesempatan naik jabatan sekaligus bekerja ke luar negeri.

Sementara itu, Suga masih merenungkan keputusan spontannya. Untuk saat ini berhadapan dengan Ratih tentu membuatnya akan tidak nyaman, terlebih ketika sudah berjanji untuk tidak bertemu wanita itu lagi. Namun mengawasi Ratih dari dekat tanpa mengotori tangannya, merupakan cara terakhir.

Ya! Keputusan telah Suga ambil untuk mengangkat Ratih sebagai sekretaris pribadinya.

****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 30-Perbicaraan Penuh Pertentangan Antara Sugantara dan Daichi Lesmana

    Pipi Suga sampai memar karena sambaran tangan Daichi Lesmana yang belum lama ini melampiaskan kemarahan cara memberikan tamparan keras. Namun setelah dipukul, Suga masih saja berdiri tegak, mungkin hanya kepalanya saja yang tertunduk. Bukan hanya perkara seorang wanita saja. Hal yang membuat Daichi Lesmana sampai murka, tidak lain dan tidak bukan adalah Suga yang tidak lekas datang ketika diminta untuk pulang, lebih tepatnya menghadap dirinya. Cara Suga yang membangkang, bahkan meski hal itu jarang Suga lakukan, tetaplah membuat Daichi Lesmana tidak terima. "Apa sekarang kamu sudah mulai berani pada Ayah?!" ucap Daichi Lesmana yang belum berkenan untuk menyudahi kekesalannya. "Kamu pikir, usia Ayah yang sudah tua ini, justru mengurangi kekuasaan dan kekuatan yang Ayah miliki, Sugantara? Tidak! Ayah masih bisa membunuhmu kapan saja, atau mungkin sekadar mengganggu kedua adikmu itu!"Mendengar ancaman yang keluar dari mulut sang ayah angkat, Suga lantas menelan saliva. Kedua telapak t

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 29-Obsesi Sugantara Terhadap Ratih

    "Aku ingin memintamu turun, tapi ...." Usai berkata demikian, Suga berangsur meraih tangan Ratih. Genggaman erat ia lakukan terhadap lentiknya jari-jemari milik wanita itu. Dan ketika ia menoleh, Ratih malah sibuk menatap ke arah depan. "Kamu masih saja merasa canggung ya? Kenapa? Apa suasana di hubungan kita ini benar-benar membuatmu enggak nyaman, Ratih?"Ratih menelan saliva dengan susah-payah. Nyatanya meskipun jago bela diri, pemberani, serta berharga diri tinggi, ia tetap mati kutu ketika Suga memperlakukan dirinya dengan cara yang berbeda. Belum lagi, status hubungannya dengan Suga yang belum jelas, sejatinya membuat Ratih terus berpikir keras; rasanya tidak pantas jika ia dan Suga sampai berciuman ketika tak ada hubungan spesial apa pun, selain atasan dan bawahan. Namun sekali lagi, ia tidak cukup percaya diri untuk menuntut kejelasan hubungan yang ia pikirkan tersebut. "Saya mau turun sekarang, Pak," ucap Ratih setelah sekian detik mampu menentukan langkahnya. Detik berikutn

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 28-Suga yang Juga Belum Berpengalaman

    Jantung Ratih tak bisa berhenti berdebar, sejak Suga merenggut ciuman pertamanya. Bahkan sekarang, ketika telah kembali ke kantor dan jam kerja sudah hampir selesai, Ratih masih belum bisa merasa lebih tenang. Konsenterasinya terus terganggu dengan bayangan keromantisan itu. Sentuhan bibir Suga seolah masih tersisa di bibir, pipi, hingga kening Ratih. Wajahnya kerap memerah setiap kali ia membayangkan itu semua.“Ugh ... bagaimana bisa aku menjadi orang yang semesum ini sih?” ucap Ratih. Detik berikutnya ia lantas mengutuk dirinya sendiri. “Kalau begini terus, aku enggak akan bisa bekerja dengan baik. Ck ....”Usai mengeluh, seulas senyuman justru tampak tertera di bibir Ratih. “Tapi, tadi ... Pak Suga ... apa dia memiliki banyak pengalaman? Kenapa dia selihai itu? Yah, enggak heran sih. Toh, tampang aslinya memang luar biasa tampan. Wanita mana yang akan menolak pesonanya itu?”“Ah, enggak boleh begini terus. Aku harus bekerja. Dan aku harus menemuinya. Mau enggak mau aku memang haru

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 27-Ciuman Pertama Ratih yang Dirampas Sugantara

    "Kenapa malah membawa saya ke apartemen sih, Pak?! Katanya tadi ada kerjaan!" omel Ratih usai dibawa ke apertemen milik atasannya tersebut. Suga tidak menjawab dan justru memasang ekspresi yang cukup datar. Meski kacamata tebalnya belum ia lepaskan, dan poni panjangnya tak ia singkirkan, rona kekesalan terlihat jelas di wajah berpenampilan culunnya tersebut. Sikap Suga tentunya membuat Ratih menjadi heran sekaligus penasaran. Namun untuk kembali mengomel, Ratih sudah tidak berani. Pasalnya, ia sendiri cukup takut dengan apa yang akan Suga lakukan terhadapnya. Terlebih ketika pria itu terus melangkah maju di hadapannya, yang otomatis membuat dirinya terpaksa berjalan mundur. "Aaaakh!" pekik Ratih saat tubuhnya menabrak sebuah meja bundar berukuran lebih kecil daripada meja lain yang juga ada di ruang tamu dari apartemen tersebut. Dengan cepat, Suga menangkap pinggang Ratih, sehingga wanita pemberani itu tak sampai terjatuh. Berkat penyelamatan dadakan yang Suga lakukan, Ratih semak

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 26-Ratih Berasa Diperebutkan-Munculnya Sang Penguntit

    "Baik, Ayah, akan saya usahakan datang secepatnya. Setidaknya sampai urusan saya kelar," ucap Suga pada sang ayah ketika ia diminta untuk pulang, usai ia menjawab panggilan dari ayahnya tersebut. "Pulanglah sekarang. Ayah tahu kamu enggak ada agenda penting! Ayah ingin bicara denganmu, Sugantara!" sahut Daichi Lesmana. Suga menggertakkan giginya usai sejenak menurunkan ponsel dari telinga dan wajahnya. Sebelum memberikan jawaban pada Daichi Lesmana, Suga lantas menatap Ratih yang masih sibuk berbincang dengan Gatra, bahkan saat ini keduanya akan melangsungkan makan siang bersama."Saya akan datang, Ayah," ucap Suga kemudian berangsur mengakhiri panggilan tersebut. Dan seharusnya ia memutar badan, lalu berangkat menuju rumah Daichi Lesmana. Sayangnya, kebimbangan justru terus menyiksa batin dan pikiran seorang Sugantara, yang otomatis membuatnya kebingungan. Ia harus segera merealisasikan perintah Daichi Lesmana, tetapi di sisi lain, ia tidak rela ketika melihat Ratih tertawa bersam

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 25-Melihat Ratih Duduk Berdua Bersama Gatra

    Ratih menuju salah satu restoran yang cukup mahal. Ia mencoba untuk melampiaskan kekesalannya pada Suga dengan membelanjakan sedikit uangnya demi seporsi steak yang lezat. Sekali-kali jajan mahal, tak masalah, bukan? Lagi pula, akhir-akhir ini Ratih juga tergolong lebih hemat, lantaran Suga selalu membayari makan siangnya sekaligus juga memberikan tumpangan untuknya. Hanya saja, dengan sikap yang sebaik itu, masih sangat disayangkan ketika Suga malah bersikap plin-plan. Pria itu sangat ambigu, bukan? Perasaan? Yang benar saja! Mengapa kata perasaan harus keluar dari mulut Suga, jika pada akhirnya tak ada kejelasan apa pun tentang hal tersebut? Yang pada akhirnya malah membuat Ratih semakin tidak habis pikir, bahkan geram. Sikap Suga yang awalnya lebih memilih dirinya daripada ajakan makan siang dari Rinjani, sang adik, mulai tak bisa membuat hati Ratih bergetar lagi."Ck, mungkinkah kebaikannya selama ini padaku memang digunakan untuk menghentikan pendekatan yang dilakukan oleh sang a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status