Home / Romansa / Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA) / Episode 8-Jadi Sekretaris?

Share

Episode 8-Jadi Sekretaris?

Author: VhyDheavy
last update Last Updated: 2020-11-23 11:32:39

Ratih tidak menyangka jika hidupnya akan semakin sulit setelah terlibat pertengkaran dengan Suga. Ia tidak pernah membayangkan jika dirinya akan menjadi sekretaris dari pria itu. Bagi Ratih, seorang sekretaris tidak lebih dari seorang pembantu, hanya saja memiliki sebutan dan jaminan yang jauh lebih tinggi. Dengan pemikiran tersebut, tentu saja Ratih menganggap jika saat ini jabatannya telah diturunkan.

Kini, Ratih hanya bisa mematung di hadapan Suga. Kendati begitu, matanya terus menatap tajam ke arah pria itu. Ingin sekali, Ratih menghantamkan wajah Suga pada tembok pembatas antar ruangan, atau setidaknya menguliti atasannya tersebut. Bagaimana tidak merasa kesal jika saat ini ia justru dipermainkan tanpa adanya kesempatan untuk melawan.

Suga menghela napas sembari bergerak dengan malas. Tak berselang lama, ia melepas kacamatanya.Tentu saja mata elangnya terlihat dengan jelas.

“Kenapa?” tanya Suga dengan nada datar.

Ratih mengepalkan kedua telapak tangannya demi upaya untuk menahan rasa geram. Namun sepertinya ia tidak berhasil, sehingga melontarkan perkataan. “Kembalikan saya ke jabatan sebelumnya, Pak!”

Suga tak banyak mengubah sikap, kecuali menoleh ke arah lain. “Enggak bisa,” jawabnya enteng.

“Kenapa?!”

“Belinda sudah aku mutasi.”

“Tapi, kenapa harus saya penggantinya?!”

Suga tak menjawab. Sesaat setelah menatap Ratih dengan nanar, ia beranjak berdiri. Detik berikutnya, Suga mengayunkan sepasang kaki panjangnya itu untuk menuju keberadaan wanita cantik yang begitu berani padanya tersebut. Tentu saja, sikap Suga membuat Ratih tak berkutik sekaligus gugup.

“Kenapa kamu enggak ada sopan-santunnya padaku, hah?!” ucap Suga. Ia bahkan sampai menyodorkan wajahnya ke hadapan Ratih agar setidaknya Ratih merasa tertekan.

Reflek, Ratih menampar pria itu. Bahkan, ia sampai terkejut akan sikapnya sendiri. Atas insiden kurang menyenangkan yang ia perbuat sendiri, Ratih merutuk dalam hati. Ia menggigit bibir bawahnya dengan gelisah, karena mau bagaimanapun Suga masih merupakan atasan tertingginya. Belum lagi ancaman dua milyar rupiah menjadi ketakutan tersendiri baginya. Dan sikap kasarnya pasti akan membuat Suga semakin marah. Oh sial! Ratih hanya bisa mengumpat dan terus menunduk resah.

Suga menekan pipinya yang memerah. Tamparan Ratih yang tuba-tiba dilayangkan untuk melukai pipinya tentu saja membuat pipinya cukup perih. . Ingin sekali Suga mencambuk wanita itu, tetapi latar keberadaannya saat ini sama sekali tidak mendukung.

“Kamu enggak minta maaf padaku?!” tanya Suga lebih tegas. Bahkan, ia sengaja menyibak poninya ke atas agar tatapan tajamnya mampu menembus jantung dan hati milik Ratih.

“N-nggak!” tandas Ratih masih berusaha menjaga harga diri. “Saya enggak mau minta maaf sebelum Bapak mengembalikan jabatan saya!” lanjutnya sembari membalas tatapan Suga.

Suga hendak mengayunkan tangannya karena terlanjur kesal, tetapi ia belum sampai mendarat di pipi Ratih, ia segera mengurungkan niatnya ttersebut Wanita yang sangat pemberani itu pasti tetap tidak akan takut. Tadi malam saja, Ratih mampu melawan dua anggota yang dikirimkan oleh Suga. Dan sebuah tamparan pastinya tidak akan memberikan aturan apa-apa bagi wanita itu.

“Kenapa harus saya sih, Pak Suga! Kan karyawan Bapak ada ribuan orang! ”

“Hei!”

Suara lantang milik Suga membuat Ratih tersentak sampai kedua bahunya terangkat. Ia menunduk tanpa bisa memberikan perlawanan lagi. Akan sulit jika pada akhirnya Suga mengungkit penalti dua milyar tersebut.

“Ratih?”

“I-iya, Pak Suga.”

“Kenapa sejak awal kamu justru lebih mendominasi dan begitu berani? Aku ini atasan kamu, 'kan? Kenapa lagakmu justru terkesan mengatur semua yang aku kehendaki, hah?! Apa kamu mau bayar dua mil—”

“Pak!”

“Kamu barusan berteriak lagi?”

Ratih menelan saliva. Mulutnya memang sulit di-rem jika sedang menghadapi orang yang ia benci. Bahkan tak hanya pada Suga, melainkan juga pada Kani—bibinya.

Namun jika berkaitan dengan uang yang tidak wajar sebagai biaya penalti itu, tentu saja Ratih tidak bisa tinggal diam. Ia akan melawan! Bukankah hal paling lumrah adalah perusahaan membayar pesangon untuk karyawan yang mengundurkan diri, dan bukan malah meminta penalti itu? Mungkin memang begitu, sayangnya sosok Suga memang nerd yang gila!

Suga menghela napas, kemudian kembali bertanya, “Apa alasan kamu, Nona Buruk Rupa?”

Mendengar penghinaan atas fisiknya itu, tentu saja Ratih merasa sangat kesal. Namun ia hanya mampu menggertakkan gigi demi melindungi isi ATM-nya yang bahkan isinya tidak sampai sepuluh juta.

“Bapak mau saya berkata jujur atau bohong?” balas Ratih tanpa memberikan tatapan, ia lebih memilih menundukkan kepala.

“Katakan.”

“Karena saya benci sama Bapak sejak lama. Karena Bapak sewenang-wenang menurunkan jabatan saya sebagai pembantu Bapak. Karena Bapak enggak memberikan kesempatan bagi saya untuk menolak. Karena Bapak memberikan biaya penalti secara enggak wajar, padahal saya yang dipecat dan tentunya bukan saya yang melanggar kontrak. Karena Bapak mengejek saya bodoh dan buruk rupa. Kare—”

“Mau kupotong lidahmu, Ratih?!”

“Bukankah Bapak sendiri yang meminta saya untuk mengatakannya?”

Suga terdiam. Hanya embusan napas kasar yang ia terdengar sedang ia lakukan. Baginya, Ratih tak sekadar mengganggu, tetapi memang unik dan mengesalkan untuk ukuran seorang wanita biasa. Bahkan bisa dibilang, Ratih tidak normal sesuai apa yang Suga pikirkan. Wanita itu akan menyulitkannya jika tidak diawasi secara ketat. Membunuhnya tentu bukan keputusan yang benar, sebab selain sabuk hitam yang Ratih kuasai, Suga tetap tidak bisa melakukan pembunuhan.

Sepertinya ucapan Daichi Lesmana memang benar, jika Suga merupakan mafia berhati lembut. Kendati cara penyiksaan yang ia terapkan selama ini cenderung kejam dan tetap tidak bisa dibenarkan.Bagi beberapa anggotanya, justru cara itu yang paling menakutkan dari sosok Sugantara. Namun pada akhirnya Suga tetap membiarkan hidup, karena mungkin dirinya memang masih terlalu pengecut untuk menjadi seorang pembunuh.

“Terakhir, ... karena saya menyimpan rahasia Bapak. Rahasia Bapak yang saya ketahuilah membuat saya menjadi lebih berani dan saya bisa melawan Bapak!” Ratih sudah tidak bisa menahan dirinya lagi.

“Jadi, kamu mau melawanku dan mengancamku? Dengan uangmu yang bahkan enggak sampai sepuluh juta itu? Memangnya kamu bisa membayar nominal penalti yang aku inginkan? Karena sekeras apa pun kamu melawan, kamu tetap akan kalah dariku, Ratih. Lagi pula bagaimana kamu akan menyebar soal identitasku?” tandas Suga. Ia tahu jika Ratih tidak memiliki bukti apa pun mengenai wajah di balik penampilan culunnya, tetapi sekali Ratih menyebar rumor, orang-orang akan mulai tertarik untuk mencari tahu tentang dirinya. Dan alasan inilah yang membuat Suga tetap ingin mengawasi Ratih.

Ratih menelan saliva. “Ba-bagaimana ...?”

“Wajah miskinmu menggambarkan digit angka di rekening bank kamu, Ratih. Tipikal wanita sederhana yang bahkan pin kartu saja bisa ditebak olehku.”

“Woah!” Ratih tersenyum kecut, matanya bergerak tidak menentu. Harga dirinya kembali diremehkan oleh pria itu. Ia tidak bisa menerima semua itu. “O-oh, ya? Bapak tahu dari mana? Co-coba sebutkan!”

“Kamu memerintahku lagi, Ratih?”

“I-itu ssayaenggak memerintah, Pak, hanya ... hanya meminta bukti saja.”

Suga kembali memajukan wajahnya ke hadapan Ratih. Secara otomatis, Ratih memundurkan kepalanya. Matanya yang sempat bergerak tak menentu, kini justru berkedip-kedip dengan ekspresi lugu.

Di depan mata indah milik Ratih, Suga menyunggingkan senyum begitu manis. Matanya yang tajam begitu jernih ketika dilihat dari dekat, termasuk halusnya kulit wajah milik pria itu sendiri. Orang dengan wajah semenarik itu mengapa berusaha untuk menyembunyikan identitas? Untuk apa? Ratih mempertanyakan hal yang memang mulia membuatnya penasaran sejak tadi malam.

“910217 ... itu kata sandi ATM kamu, bukan?” ucap Suga sembari menarik kepalanya.

Mata Ratih membelalak dengan rahang menganga.

“Aku benar?”

“Ba-bapak menguntit saya, ya?! Mau merampok saya?!”

“Kamu lupa siapa aku, Ratih Kembang? Aku si jenius Sugantara.”

“Ta-tapi, enggak mungkin, 'kan, Bapak tahu sampai sedetail itu?”

“Jadi, ... tebakanku benar?”

Ratih menunduk diam.

“Dari segi penampilan saja, kamu ini sangat sederhana, Ratih. Menunjukkan bahwa pikiranmu juga sangat sederhana. Kamu bukan orang yang mau ambil pusing pada hal-hal kecil. Sementara, pihak bank kerap kali melarang penggunaan tanggal lahir. Dan akhirnya, kamu membalik tanggal lahir kamu sebagai pin kartu ATM kamu, begitu, 'kan?”

Luar biasa! Batin Ratih.

Suga berjalan menuju meja kerjanya sendiri. Sikapnya begitu angkuh dan membuat Ratih tak bisa berkutik. Pria itu memang luar biasa! Sepertinya mitos mengenai orang memakai kacamata yang berarti orang pintar memang benar. Selain dari mitos itu, Suga memang terkenal memiliki otak yang cemerlang. Hanya saja ....

“Tunggu! Bapak tahu tanggal lahir saya dari mana?”

Sesaat setelah duduk di kursi kerjanya, Suga melemparkan sebuah map cokelat. Ia menyerahkan benda itu pada Ratih.

“Kamu sekarang merupakan sekretaris pribadiku, Wanita bodoh! Belinda telah menyerahkan berkas lamaranmu lima tahun silam, sehingga aku tahu identitas kamu dari situ,” jelas Suga.

“Tapi, saya tetap menolak, saya—”

“Dua milyar, Ratih.”

“Aarrrggghhh! Sial, menyebalkan sekali!”

”Kamu mau mengumpat padaku?”

Ratih mendengkus kesal. Sepertinya memang sudah tidak ada celah untuk kabur dari sosok Sugantara. Pria itu sangat menyeramkan! Surat kontrak yang mencantumkan biaya penalti bisa saja diubah isinya sesuai digit yang Suga inginkan. Hal itu akan membuat Ratih semakin kesulitan jika melawan hanya karena menolak menjadi seorang sekretaris.

“Baiklah,” ucap Ratih yang akhirnya menyerah. “Tapi, seenggaknya kasih tahu saya dulu mengenai alasan Bapak menarik saya untuk menggantikan Nona Belinda,” pintanya.

“Karena kamu harus diawasi, Nona Buruk Rupa," sahut Suga.

“Kenapa? Bukankah Bapak sendiri yang enggak mau bertemu dengan saya dan kita telah sepakat akan hal itu? Lagi pula, Bapak kan tahu jika saya tidak bisa membuktikan kalau Bapak punya wajah mm, agak mendingan.”

“Harusnya begitu, sayangnya kamu bukan orang yang bisa dipercaya. Terlebih, ketika wanita memang suka sekali bergosip. Bisa saja kamu menyebar rumor mengenai aku.”

“Hanya karena itu? Bahkan, saya enggak tertarik mengenai identitas Bapak. Ya, mungkin saya memang masih memiliki rasa penasaran, selebihnya rasa heran. Tapi, saya enggak pernah berniat membeberkan gosip itu.”

“Siapa yang tahu.”

”Ck, aaah! Saya akui, padahal itu wajah yang tampan. Bukan wajah monster yang menyeramkan. Ada-ada saja.”

Tepat ketika Ratih mengucapkan kata 'monster', lidah Suga mendadak kelu. Matanya memang melebar, tetapi sorotnya begitu lemah. Ratih menganggap wajah di balik kacamata tebalnya tidak terlihat seperti monster. Namun kenyataannya kehidupan lain Suga yang justru berbanding terbalik dengan penilaian wanita itu. Sudah lama, Suga menjadi monster penyiksa!

Ekspresi Pak Suga berubah? Kenapa? Ratih menangkap perbedaan mimik wajah itu. Setelah mengakui tidak tertarik akan siapa Suga, kenyataan justru berbicara jika ia harus segera mengungkap mengenai kehidupan Suga yang sebenarnya.

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 30-Perbicaraan Penuh Pertentangan Antara Sugantara dan Daichi Lesmana

    Pipi Suga sampai memar karena sambaran tangan Daichi Lesmana yang belum lama ini melampiaskan kemarahan cara memberikan tamparan keras. Namun setelah dipukul, Suga masih saja berdiri tegak, mungkin hanya kepalanya saja yang tertunduk. Bukan hanya perkara seorang wanita saja. Hal yang membuat Daichi Lesmana sampai murka, tidak lain dan tidak bukan adalah Suga yang tidak lekas datang ketika diminta untuk pulang, lebih tepatnya menghadap dirinya. Cara Suga yang membangkang, bahkan meski hal itu jarang Suga lakukan, tetaplah membuat Daichi Lesmana tidak terima. "Apa sekarang kamu sudah mulai berani pada Ayah?!" ucap Daichi Lesmana yang belum berkenan untuk menyudahi kekesalannya. "Kamu pikir, usia Ayah yang sudah tua ini, justru mengurangi kekuasaan dan kekuatan yang Ayah miliki, Sugantara? Tidak! Ayah masih bisa membunuhmu kapan saja, atau mungkin sekadar mengganggu kedua adikmu itu!"Mendengar ancaman yang keluar dari mulut sang ayah angkat, Suga lantas menelan saliva. Kedua telapak t

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 29-Obsesi Sugantara Terhadap Ratih

    "Aku ingin memintamu turun, tapi ...." Usai berkata demikian, Suga berangsur meraih tangan Ratih. Genggaman erat ia lakukan terhadap lentiknya jari-jemari milik wanita itu. Dan ketika ia menoleh, Ratih malah sibuk menatap ke arah depan. "Kamu masih saja merasa canggung ya? Kenapa? Apa suasana di hubungan kita ini benar-benar membuatmu enggak nyaman, Ratih?"Ratih menelan saliva dengan susah-payah. Nyatanya meskipun jago bela diri, pemberani, serta berharga diri tinggi, ia tetap mati kutu ketika Suga memperlakukan dirinya dengan cara yang berbeda. Belum lagi, status hubungannya dengan Suga yang belum jelas, sejatinya membuat Ratih terus berpikir keras; rasanya tidak pantas jika ia dan Suga sampai berciuman ketika tak ada hubungan spesial apa pun, selain atasan dan bawahan. Namun sekali lagi, ia tidak cukup percaya diri untuk menuntut kejelasan hubungan yang ia pikirkan tersebut. "Saya mau turun sekarang, Pak," ucap Ratih setelah sekian detik mampu menentukan langkahnya. Detik berikutn

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 28-Suga yang Juga Belum Berpengalaman

    Jantung Ratih tak bisa berhenti berdebar, sejak Suga merenggut ciuman pertamanya. Bahkan sekarang, ketika telah kembali ke kantor dan jam kerja sudah hampir selesai, Ratih masih belum bisa merasa lebih tenang. Konsenterasinya terus terganggu dengan bayangan keromantisan itu. Sentuhan bibir Suga seolah masih tersisa di bibir, pipi, hingga kening Ratih. Wajahnya kerap memerah setiap kali ia membayangkan itu semua.“Ugh ... bagaimana bisa aku menjadi orang yang semesum ini sih?” ucap Ratih. Detik berikutnya ia lantas mengutuk dirinya sendiri. “Kalau begini terus, aku enggak akan bisa bekerja dengan baik. Ck ....”Usai mengeluh, seulas senyuman justru tampak tertera di bibir Ratih. “Tapi, tadi ... Pak Suga ... apa dia memiliki banyak pengalaman? Kenapa dia selihai itu? Yah, enggak heran sih. Toh, tampang aslinya memang luar biasa tampan. Wanita mana yang akan menolak pesonanya itu?”“Ah, enggak boleh begini terus. Aku harus bekerja. Dan aku harus menemuinya. Mau enggak mau aku memang haru

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 27-Ciuman Pertama Ratih yang Dirampas Sugantara

    "Kenapa malah membawa saya ke apartemen sih, Pak?! Katanya tadi ada kerjaan!" omel Ratih usai dibawa ke apertemen milik atasannya tersebut. Suga tidak menjawab dan justru memasang ekspresi yang cukup datar. Meski kacamata tebalnya belum ia lepaskan, dan poni panjangnya tak ia singkirkan, rona kekesalan terlihat jelas di wajah berpenampilan culunnya tersebut. Sikap Suga tentunya membuat Ratih menjadi heran sekaligus penasaran. Namun untuk kembali mengomel, Ratih sudah tidak berani. Pasalnya, ia sendiri cukup takut dengan apa yang akan Suga lakukan terhadapnya. Terlebih ketika pria itu terus melangkah maju di hadapannya, yang otomatis membuat dirinya terpaksa berjalan mundur. "Aaaakh!" pekik Ratih saat tubuhnya menabrak sebuah meja bundar berukuran lebih kecil daripada meja lain yang juga ada di ruang tamu dari apartemen tersebut. Dengan cepat, Suga menangkap pinggang Ratih, sehingga wanita pemberani itu tak sampai terjatuh. Berkat penyelamatan dadakan yang Suga lakukan, Ratih semak

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 26-Ratih Berasa Diperebutkan-Munculnya Sang Penguntit

    "Baik, Ayah, akan saya usahakan datang secepatnya. Setidaknya sampai urusan saya kelar," ucap Suga pada sang ayah ketika ia diminta untuk pulang, usai ia menjawab panggilan dari ayahnya tersebut. "Pulanglah sekarang. Ayah tahu kamu enggak ada agenda penting! Ayah ingin bicara denganmu, Sugantara!" sahut Daichi Lesmana. Suga menggertakkan giginya usai sejenak menurunkan ponsel dari telinga dan wajahnya. Sebelum memberikan jawaban pada Daichi Lesmana, Suga lantas menatap Ratih yang masih sibuk berbincang dengan Gatra, bahkan saat ini keduanya akan melangsungkan makan siang bersama."Saya akan datang, Ayah," ucap Suga kemudian berangsur mengakhiri panggilan tersebut. Dan seharusnya ia memutar badan, lalu berangkat menuju rumah Daichi Lesmana. Sayangnya, kebimbangan justru terus menyiksa batin dan pikiran seorang Sugantara, yang otomatis membuatnya kebingungan. Ia harus segera merealisasikan perintah Daichi Lesmana, tetapi di sisi lain, ia tidak rela ketika melihat Ratih tertawa bersam

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 25-Melihat Ratih Duduk Berdua Bersama Gatra

    Ratih menuju salah satu restoran yang cukup mahal. Ia mencoba untuk melampiaskan kekesalannya pada Suga dengan membelanjakan sedikit uangnya demi seporsi steak yang lezat. Sekali-kali jajan mahal, tak masalah, bukan? Lagi pula, akhir-akhir ini Ratih juga tergolong lebih hemat, lantaran Suga selalu membayari makan siangnya sekaligus juga memberikan tumpangan untuknya. Hanya saja, dengan sikap yang sebaik itu, masih sangat disayangkan ketika Suga malah bersikap plin-plan. Pria itu sangat ambigu, bukan? Perasaan? Yang benar saja! Mengapa kata perasaan harus keluar dari mulut Suga, jika pada akhirnya tak ada kejelasan apa pun tentang hal tersebut? Yang pada akhirnya malah membuat Ratih semakin tidak habis pikir, bahkan geram. Sikap Suga yang awalnya lebih memilih dirinya daripada ajakan makan siang dari Rinjani, sang adik, mulai tak bisa membuat hati Ratih bergetar lagi."Ck, mungkinkah kebaikannya selama ini padaku memang digunakan untuk menghentikan pendekatan yang dilakukan oleh sang a

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status