Luo Zhen melesat keluar dari dalam Kuil Dewa Pedang. Begitu dia keluar dari tempat tersebut, ribuan Dewa telah menyambut di luar sana.
"Kalian datang kesini untuk berkunjung?" tanya Luo Zhen dengan tenang. Baginya, para dewa itu hanyalah semut yang bisa dia injak kapan pun. Luo Zhen sendiri merasa heran, Kaisar Shi Tian mengutus Dewa baru yang masih sedikit pengalaman untuk mendatangi Kuil Dewa Pedang."Kaisar Langit meminta kami untuk datang ke tempat ini setelah kemunculan Medan Darah yang sangat luas. Setelah kami kesini, ternyata ada senjata dewa yang lahir di Kuil Dewa Pedang. Jadi, kami ingin melihat senjata yang mampu membuat langit gempar tersebut," berkata salah satu Dewa dengan tubuh besar dan rambut gondrong ikal."Kalian adalah para Dewa yang bekerja di bawah Dewa Penguasa Alam Ling Xin Jiang yang saat ini sudah meninggal. Apakah kalian disuruh oleh Dewa Penguasa Alam yang baru? Atau memang Kaisar Langit yang mengutus kalian kesini?" tanya LuoAkhirnya Panglima Shi Kuang meminta semua Dewa yang ada disana untuk mundur dari tempat tersebut. Meski masih merasa penasaran dan menyimpan perasaan mengganjal di hatinya, Shi Kuang lebih memilih untuk menuruti apa kata Dewa Perang Luo Bao. Bukan hanya karena pangkat Dewa itu lebih tinggi darinya, melainkan apa yang diucapkan Luo Bao adalah sebuah kenyataan. Karena Dewa Perang itu terkenal tak pernah berbohong sama sekali di Kahyangan Utara. Apa yang dia katakan, semuanya adalah hal yang nyata.Setelah ribuan pasukan Dewa itu mundur, Luo Bao pun meminta pasukan Dewa Darah untuk kembali ke kahyangan. Dia sendiri ingin menemui Batara Geni yang masih melayang di langit dan sepertinya juga tengah menunggu dirinya."Jadi ini adalah senjata milikmu?" tanya pria bertubuh besar dengan rambut merah tersebut. Batara Geni mengangguk."Akhirnya setelah ratusan tahun aku menciptakan Pedang Mahasura, Pedang ini telah mencapai kesempurnaannya. Senjata dewa tingkat
Sosok pria berpakaian hitam menggerakkan tubuhnya hingga terdengar suara Tulang nya yang bergeser. Melihat hal itu, Jinggo si kusir kereta kuda nampak ketakutan. Dia yang juga tengah kesakitan setelah kereta kuda itu terjungkal hanya bisa merayap menjauh dari pria tersebut. Beberapa saat kemudian, lima sosok orang berpakaian sama dengan pria yang membawa clurit itu datang."Sepertinya kau kewalahan membunuh mereka Jali?' bertanya salah satu diantara lima sosok yang baru saja datang."Cih! Banyak bicara sekali kau," sahut pria yang ternyata bernama Jali. Dia segera menghunus clurit miliknya dan melesat kearah Jinggo. Pria yang bekerja sebagai kusir itu berteriak ketakutan. Namun tak ada yang bisa dia perbuat. Serangan kilat dari Jali telah memisahkan kepala dan tubuhnya. Darah menyembur dari lubang di leher Jinggo yang telah putus."Sekarang tinggal menghabisi wanita sialan itu..." ucap Jali lalu dia pun melangkah mendekati kereta kuda yang telah hancur. De
Kaki Gunung Slamet...Gubrak! Gubrak!Terdengar suara kereta kuda yang bergerak cepat di atas jalan batu sehingga menciptakan suara berisik di tengah gelapnya malam. Terlihat sang kusir yang begitu terburu-buru memacu kudanya untuk bergerak cepat lagi."Tuan Putri, sepertinya kita tak bisa bergerak lebih cepat lagi! Apa yang harus kita lakukan!?" teriak si kusir yang mengenakan cadar hitam dengan ikat kepala berwarna merah."Tak ada cara lain Jinggo. Aku akan bertarung melawannya," sahut seseorang dari dalam kereta kuda tersebut."Kau yakin Tuan Putri!? Mereka adalah para pendekar hebat yang ditakuti di Lembah Hitam! Kita tak mungkin bisa menang melawannya! Lebih baik kita terus bergerak dan mencari bantuan Kerajaan Purba!" seru pria bernama Jinggo.Wanita yang ada di dalam nampak terdiam. Lalu beberapa saat kemudian dia segera mengambil anak panah beserta busurnya keluar dari dalam kereta melalui jendela. Dengan ilmu merin
Luo Bao dan para pengikutnya yang juga berasal dari Keluarga Luo sama-sama tak habis pikir dengan kekuatan Awan Darah yang dikerahkan oleh Dewa Pedang Yu Sha. Mereka masih penasaran, apakah benar Dewa itu yang menciptakan kekuatan tersebut. Karena kemampuan itu, hanya bisa dimiliki oleh mereka yang berasal dari garis keturunan keluarga Luo.Sementara itu, para dewa yang lain merasa marah karena banyaknya korban yang berjatuhan dari dalam Awan Darah yang menyegel Kuil Dewa Pedang dari luar. Bahkan Panglima Dewa yang merupakan anggota Keluarga Kaisar Shi Tian juga sama-sama geram dengan apa yang dia lihat di depan mata kepalanya sendiri."Bagaimana mungkin ribuan Dewa mati dalam sekejap! Yu Sha benar-benar berani membunuh para dewa tanpa berpikir sama sekali! Hari ini juga, aku perintahkan untuk melenyapkan Kuil Dewa Pedang!" teriak Panglima Dewa Shi Kuang.Para Dewa bergemuruh mendengar perintah tersebut. Mereka pun mulai berbaris dan membentuk formasi
Luo Zhen melesat keluar dari dalam Kuil Dewa Pedang. Begitu dia keluar dari tempat tersebut, ribuan Dewa telah menyambut di luar sana."Kalian datang kesini untuk berkunjung?" tanya Luo Zhen dengan tenang. Baginya, para dewa itu hanyalah semut yang bisa dia injak kapan pun. Luo Zhen sendiri merasa heran, Kaisar Shi Tian mengutus Dewa baru yang masih sedikit pengalaman untuk mendatangi Kuil Dewa Pedang."Kaisar Langit meminta kami untuk datang ke tempat ini setelah kemunculan Medan Darah yang sangat luas. Setelah kami kesini, ternyata ada senjata dewa yang lahir di Kuil Dewa Pedang. Jadi, kami ingin melihat senjata yang mampu membuat langit gempar tersebut," berkata salah satu Dewa dengan tubuh besar dan rambut gondrong ikal."Kalian adalah para Dewa yang bekerja di bawah Dewa Penguasa Alam Ling Xin Jiang yang saat ini sudah meninggal. Apakah kalian disuruh oleh Dewa Penguasa Alam yang baru? Atau memang Kaisar Langit yang mengutus kalian kesini?" tanya Luo
Bara Sena tertegun setelah mendengar penjelasan dari Yoriyu. Dia pun semakin erat memegang tangan gadis itu."Lalu, apakah ada lagi yang lain?" tanyanya kemudian. Yoriyu menganggukkan kepala."Aku juga melihat masa depanku saat aku menjadi bagian dari Pedang Mahasura yang tengah Batara Geni ciptakan...Pedang itu, akan menjadi penolong umat manusia dari kejamnya Dewa jahat dari alam lain...Aku merasakan semangat peperangan yang Batara Geni kerahkan di dalam Pedang itu..." ucap Yoriyu membuat Bara menoleh kearah Batara Geni.Mahadewa tersebut membungkukkan tubuhnya lalu kembali menyentuh kening Yoriyu. Dia tersenyum kearah gadis itu."Aku tidak akan memaksamu jika kau memang tidak suka menjadi bagian dari Pedang ini," berkata Batara Geni sambil mengeluarkan Pedang hitam dari dalam tanganya. Aura yang begitu menekan membuat Bara, Luo Zhen dan Yoriyu sama-sama kesulitan untuk bernapas."Senjata yang mengerikan! Baru saja muncul sudah mem