Mag-log inBara Sena menatap wanita yang ada di depannya. Dewi Perang Athena masih duduk sambil menatap kearah api unggun. Pemuda itu tersenyum kecil."Kalau begitu, kapan kita akan bertarung?" tanyanya kemudian."Secepatnya. Karena kau tak memiliki banyak waktu. Dua bulan lagi babak kedua akan dimulai, belum lagi kau akan pergi ke Gerbang Dunia Harta." sahut Athena. "Hm, dimana kita akan bertarung? Bukankah pertarungan antar Dewa akan mencitakan kehebohan? Itu bisa memancing Dewa-Dewa yang lain untuk ikut campur." kata Bara."Ada satu tempat yang tak bisa dikunjungi oleh siapa pun kecuali diriku. Dan disana bisa meredam kekuatan Dewa yang keluar dari tubuh kita. Dengan kata lain, itu adalah tempat terkuat di Olimpus yang tak bisa ditembus oleh siapa pun termasuk Zeus. Jadi, disana sangat aman untuk bertarung kita." kata Athena.Bara terdiam, menimbang perkataan Athena."Tempat yang sulit ditembus...? Apakah dia memiliki niat lain dibalik semua ini...? Sepertinya aku harus menyusun satu rencana
Bara membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk di kamarnya sendiri. Ketiga temannya pun nampak lebih memilih untuk beristirahat setelah menjalani pertarungan jiwa yang melelahkan. Sukma Geni yang tinggal terpisah pun sudah masuk ke dalam penginapan lebih awal karena luka yang masih dia derita.Mata Bara terpejam namun dia memasuki Alam Jiwa miliknya. Disana dia melakukan semedi untuk meningkatkan kekuatan. Hingga akhirnya Bara membuka mata karena merasakan adanya aroma harum dari arah jendela kamar."Wewangian ini..." "Tuan Bara, bisakah kita berbicara sebentar? Aku menunggu di tepi laut tak jauh dari tempat tinggalmu. Kau ikuti saja aroma wangi ini," terdengar suara wanita seperti berbisik. Suara yang terdengar merdu."Dengan jarak sejauh ini dia bisa memberikan pesan kepadaku hingga tak ada satu orang pun yang menyadari. Sepertinya dia bukan wanita sembarangan...Siapa Dewi ini sebenarnya? Untuk apa dia mengundang diriku?" batin Bara.Karena rasa penasaran yang tinggi, dia pun
Ledakan yang sangat dahsyat melanda Lubang Neraka. Gelombang mengerikan disusul awan jamur raksasa membubung tinggi ke langit. Bola api raksasa yang ukurannya setara dengan beberapa gunung dijadikan satu itu membuat tempat tersebut ditutupi aura merah dan biru.Gelombang ledakan itu bahkan menyapu ke segala arah hingga jarak ratusan ribu tombak. Badai hitam pun sempat tersingkir oleh ledakan mengerikan tersebut.Para Dewa yang menyaksikan hal itu sampai berdiri karena saking terkejutnya. Mereka seolah-olah bisa merasakan dampak ledakan yang mengerikan dari Pukulan Neraka Es milik Bara Sena."Mustahil...! Pukulan sehebat ini dilakukan oleh Dewa yang masih baru...?" seru salah satu Dewa.Bersama dengan ledakan sebesar itu, tentu saja Dewa Bumi Ruka tidak akan bisa selamat. Tubuhnya langsung musnah seketika itu juga bersama benteng tanah yang ia ciptakan.Dia kembali di atas arena dalam keadaan terluka setelah jiwanya musnah di dalam lubang Neraka. Namun bibirnya sunggingkan senyum bangg
Balok raksasa yang dikerahkan oleh Dewa Ruka mulai hancur secara perlahan. Saat tanah itu berjatuhan, tercipta gemuruh hebat yang menggetarkan langit. Itu seperti dua gunung yang bertabrakan dan hancur hingga pecahannya jatuh laksana hujan meteor.Dewa Ruka terpana melihat Pukulan Bumi Menelan Gunung miliknya yang tengah hancur secara perlahan."Habis sudah...Pukulan itu tidak akan hancur jika bukan aku yang membatalkannya. Saat dia hancur dengan sendirinya, itu berarti sosok yang menjadi sasarannya bukanlah Dewa biasa...Bara Sena, kekuatannya benar-benar tak terukur..." batin Ruka.Para Dewa yang menonton pertarungan terakhir di babak pertama pun takjub dengan apa yang terjadi di Lubang Neraka sana. Mereka tak menyangka, Dewa Cahaya masih bertahan dan tidak terluka sedikit pun meski sudah terhimpit oleh kekuatan hebat pukulan Bumi Menelan Gunung milik Dewa Ruka."Dewa bernama Bara memang luar biasa...Selain membantai semua musuhnya yang merupakan Dewa-Dewa andalan, dia juga memiliki
Dewa Ruka tertegun melihat ledakan besar tersebut. Beruntung dia berada cukup jauh dari tempat terjadinya ledakan. Jika tidak,mungkin dirinya pun akan ikut lenyap seperti yang terjadi pada Dewi Naga Api tersebut.Setelah keadaan menjadi tenang kembali, terlihat sosok Dewa Cahaya Bara Sena yang berdiri sendirian di tengah pusat ledakan. Area di sekitar kakinya nampak menyala merah. Ruka menelan ludahnya sendiri sambil menatap kearah Dewa Cahaya tersebut."Dia sangat kuat...Bahkan dia sudah mengalahkan para dewa berturut-turut tanpa mengalami kelelahan sama sekali. Sekuat apa sebenarnya Dewa Baar Sena ini...? Uh...sekarang hanya tinggal diriku...Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus bunuh diri untuk mengakhiri pertarungan ini dan menjadi juara kedua? Tapi..." "Aku akan memberimu tiga kesempatan, Ruka." kata Bara tiba-tiba sambil menunjuk kearah Dewa Ruka."Apa maksudmu saudaraku?" tanya Ruka sambil mengernyit."Tiga kesempatan untuk menyerang diriku. Setelah kau menyerang tiga k
Ezumi yang tengah bertarung melawan Ruka teralihkan pandangan matanya karena ledakan besar yang membuat sebagian bukit hancur. Ruka memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang dan menyarangkan tinjunya tepat di dada sang Dewi Naga Api tersebut.Buk!"Akhh!" pekik Ezumi bersamaan dengan tubuhnya yang terpental beberapa tombak ke belakang. Namun dia masih bisa menahan tubuhnya agar tidak terjatuh dengan kedua kakinya. Darah mengalir dari sela bibirnya. Tinjunya terkepal dengan mata menatap marah kearah Dewa Ruka. "Padahal aku tidak berniat membunuhmu...Tapi kau malah memukul seorang gadis tanpa belas kasihan..." geram Ezumi mulai marah.Aura di tubuhnya nampak berbeda dari sebelumnya. Kekuatan api membakar tanah di sekitarnya hingga menjadi merah membara. Ruka menatap tak berkedip saat wujud Ezumi secara perlahan berubah menjadi sosok yang diselimuti sisik merah dengan nyala api yang membara. Mata Ezumi nampak terpejam."Sisik Naga Api...Kekuatan pertahanan yang sulit untuk di tembus.







