Home / Rumah Tangga / Gelora Cinta Istri 1 Miliar / Bab 1 : Tiba-tiba Akan Menikah

Share

Gelora Cinta Istri 1 Miliar
Gelora Cinta Istri 1 Miliar
Author: Kafkaika

Bab 1 : Tiba-tiba Akan Menikah

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2025-05-18 20:14:09

~ POV  Melati ~

“Satu Milyar, Mbak?”

“Iya! Satu Milyar!”

Aku tanpa sengaja  mendengar pembicaraan ibu dan bude. Mereka pasti  membicarakan tawaran pernikahan itu.

“Jadi bujuk anakmu itu agar mau menikahi majikan masmu. Dengan uang itu, kau tidak lagi kesusahan, Mar!” kata-kata persuasi yang terus digencarkan bude pada ibuku membuatku ketar-ketir saja.

“Buat apa majikan Mas Rahmat sampai mau bayar 1 milyar?” Ibu terdengar tidak percaya.

“Kamu sudah dengar kan istrinya kecelakaan dan koma? Tiga tahun lho nganggur tanpa mendapatkan kebutuhan biologis. Mungkin sekarang sudah tidak betah. Jadi minta masmu carikan wanita untuk menikah dengannya.”

Sambil mencuci piring aku masih mendengarkan mereka. Kuharap ibu mengunakan logikanya, kalau dia kaya raya dan bisa membayar wanita lain untuk memenuhi kebutuhan bioligisnya, kenapa harus aku?

Jangan-jangan dia pria psikopat yang mau membayar wanita miskin sepertiku untuk diapa-apain.

“Enggak perlu banyak tanya. Bayangin saja uang 1 milyarnya. Kamu butuh uang apa tidak?”

Saat aku curi-curi pandang dari balik dinding dapur, rasanya sedih ketika kulihat  dengan sangat pasrahnya ibu mengangguk.

“Mbak benar. Bosan aku ditagih rentenir mlulu. Mana Iqdam terus-terusan minta dibelikan motor lagi. pakai ngancam bakar rumah kalau tidak segera dibelikan.”

“Enggak cuma belikan motor Iqdam.  Kalau kamu menikahkan Melati dengan majikan masmu, kamu juga bisa renovasi rumah dan warungmu di depan.”

Dan sebelum pembicaraan itu semakin membuat daya khayal ibuku melambung tinggi, aku datang menghampiri mereka.

Ibu spontan menatapku dengan mata membulat  penuh. Seolah melihat kilauan uang emas di depannya.

“Dipikir lagi, Bu? Jangan asal memutuskan!”

“Kamu kan  sudah umur, Mel. Di sini kamu sudah masuk kategori perawan tua yang tidak laku. Mending nikah sama majikan pakdemu itu.”

“Tapi ibu tahu kan, dia sudah punya istri, Bu!”   

“Istrinya koma, Melati! Makanya dia cari istri lagi.” Bude menyahuti obrolan kami.

“Ibu tega aku cuma dinikahi buat pelampiasan hasratnya saja?” ujarku mengingatkan ibu tujuan pernikahan ini.

Walau dibilang tidak laku di lingkunganku, aku tidak masalah. Daripada harus menjadi istri ke dua yang katanya akan sewaktu-waktu dilepas kalau istri tercinyanya itu sadar dari komanya.

“Ya emang tujuan nikah apa lagi  coba kalau bukan buat begituan?” Bude bersih keras memaksaku.  Karena aku tahu, dia juga sudah pasti meminta jatah.

“Tapi aku akan dicerai setelah istrinya sembuh, Bu.” Kubujuk ibuku agar tidak terpengaruh. Sayangnya 1 milyar yang sudah didengarnya dari bude tadi membuatnya sulit mendengarku.

“Kalau kamu dicerai, uangnya kan masih bisa buat modal kerja, Mel. Sekarang semuanya butuh uang, Mel!” Tak kusangka ibu malah bertutur seperti itu.

Saat hendak kembali melempar protes, bude mengangkat telunjuknya tepat di depan mataku. 

Dengan suara tertahan dia berkata, “Jangan membuat bude mengingatkan tentang statusmu yang sudah jebol, Mel. Kau sudah tidak perawan lagi, lho! Mana ada laki-laki yang masih mau menikahi wanita yang sudah diobok-obok pria lain?”

Deg!

Kalau sudah diingatkan hal itu, aku jadi sedih. Apa iya tidak ada pria yang melirikku selama ini hanya karena aku yang sudah tidak perawan lagi?

Kenyataannya memang sampai 25 tahun usiaku belum  ada yang mau melamarku. Padahal teman-temanku sudah pada menikah dan punya anak. 

Apa ucapan budeku  itu ada benarnya?

“Kamu sudah tua, Mel. Tidak laku. Sana nikah! Seenggaknya berguna bisa kasih kita uang banyak. Enggak nyusahin mlulu!” Adik lelakiku ikut-ikutan.

Geram padanya karena yang selama ini menyusahkan keluarga adalah dirinya. Kenapa malah menuduhku?Siapa yang selama ini bantu-bantu di warung kalau bukan aku? Sementara dia, hanya sibuk kluyuran tidak jelas dengan teman-temannya.

Sayangnya aku lupa, Iqdam anak kesayangan ibuku. Mau benar atau salah tetap akulah yang selalu salah.

“Cukup,  jangan bertengkar!. Udah pada gede bukannya ngebahagiain orang tua, tapi malah bikin stres kalian. Kamu Mel,  kalau emang enggak mau nikah minggat saja sana!”

"Minggat, Bu? Ibu ngusir Melati?" tanyaku dengan perasaan yang terbanting. Hanya demi 1 milyar ibu sampai mengusirku. 

Pergi ke mana coba? Ibu tega  sekali padaku.   

Setelah aku berpikir dengan baik, daripada diusir tidak jelas, akhirnya aku menerima tawaran itu. Aku juga tidak betah terus dibeginikan di rumah. “Baik, Bu. Aku terima!”

“Bagus itu,  Mel. Masih mending lho ada yang mau nikahi kamu!” Iqdam tampak gembira.  Dia butuh uang untuk beli motor. Jadi sudah barang tentu ikut mendesakku.

Ibu yang sedari tadi jutek padaku, kini mendekatiku dengan wajah yang mulai menghangat. “Serius, Mel? Kamu mau?”

‘Itu kan yang ibu inginkan? Aku tidak lagi jadi beban keluarga,’ batinku yang tak mungkin kuucapkan dengan terang-terangan.

Senyumnya merekah ketika sorenya pakde datang menunjukan transferan 250 juta di rekeningnya. Katanya karena aku sudah mengiyakan, jadi itu sebagai uang muka dari pembayaran 1 milyar.

Sudah seperti membeli barang saja ada uang mukanya? Dan barang itu adalah aku. Tak ada bedanya ini dengan menjualku.

“Besok Pak Fabian akan datang ke kota ini untuk urusan bisnis. Dia pria sibuk, jadi minta sekalian saja kalian menikah.”

“Be-besok, Pakde?” suaraku sampai tercekat mengucapkannya.

“Iya, kau bersiaplah. Malam ini aku antar  kau ke villa yang sengaja di beli Pak Fabian sebagai tempat pernikahan.  Kau juga sementara akan tinggal di sana.”

Deg!

Apa iya tiba-tiba aku akan menikah dengan pria yang bahkan aku tidak tahu seperti apa dia? 

🌹🌹🌹

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Marlien Cute
Ya Allah bude nya kompor banget...
goodnovel comment avatar
Mirielle
curiga nih sama budenya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 19 : Selalu Disalahkan

    ~POV Fabian~ “Mas Bian tumben lama di kampung halaman?” tanya Kino, sepupu Miranda yang ikut membantuku mengurus perusahaan.“Ada peluang bisnis yang harus ku observasi di sana,” jawabku santai. Pria ini mata-mata mertuaku. Aku tidak mau salah bersikap yang membuatnya curiga hingga harus mengadu yang tidak-tidak.“Apa itu, Mas?” Kino kepo ingin tahu peluang bisnis apa yang kumaksudkan.“Ada yang menawarkan kerjasama untuk bangun kafe atau vila mengingat daerahku itu pegunungan. Sepertinya daerahnya berpotensi sekali dikunjungi wisatawan untuk berlibur.”“Kalau untuk urusan bisnis, Mas Bian memang sudah jagonya. Percaya deh...” tukas Kino manggut-manggut seolah jaksa yang sudah bisa menerima alasanku.Aku tidak terlalu mengurusi pria itu. Karena sudah ad

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 18 : Hadiah

    Aku sampai menjatuhkan ponselku karena saking terkejutnya Bian tiba-tiba saja sudah ada di kamar.Apakah pria ini mendengar pembicaraanku dengan ibuku tadi? Bisa malu aku kalau dia tahu seperti apa ibuku itu.“Hei, telponmu jatuh.” Bian dengan cepat mengambil ponselku.Sejenak Bian memperhatikan benda itu lalu menatapku dengan sedikit kasihan. Pasti karena melihat ponselku yang murahan itu dengan layar kaca yang sudah retak .“Uangmu cukup kan untuk beli ponsel baru?” Bian menyodorkan benda itu padaku. dia pasti berpikir bahwa uag 500 juta yang sudah ditransfernya lebih dari cukup sekedar membeli sebuah ponsel baru.“Eng, tidak apa, ini masih bisa digunakan juga kan?” ujarku meraih benda itu sembari tersenyum.“Kau tidak terima uangnya?” Bian nampak curiga. Aku jadi bingung. Bagaimana kalau nan

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 17 : Panggilan Dari Ibu

    Ponsel berdering dan Bian langsung mengangkatnya. Sepertinya dari anak buahnya.“Pomo sudah datang, kau mau balik sekarang?” tanya Bian padaku.Aku mengangguk.Hujan sudah reda, kami segera masuk ke dalam mobil jeep yang dibawa Pomo. Baru kulihat beberapa pengunjung mulai berdatangan dan memasuki area yang menuju air terjun.Pura-pura tidak paham, aku bertanya, “ Kok baru rame ya, Mas? Tadi pas kita ke air terjun, sepi sekali?”Bian hanya menjawab tanpa menoleh, “Mungkin baru datang. Tadi kan mendung dan hujan.”Aku hanya tersenyum kecil tapi tak akan mengusiknya lagi untuk mengakui kenapa tadi tempat itu ditutup. Yang ku kenang keintiman kami di bawah air terjun itu. Mendebarkan sekaligus menyenangkan.Ternyata semua tidak seperti yang kubayangkan saat menerima perjodoha

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 16 : Sengaja Ditutup

    “Bisa-bisanya kau tidak membawa baju ganti?” Bian menyelimutkan handuk tebal ke tubuhku. Untung masih ada penjual pakaian dan handuk di bawah tangga yang menuju air terjun. Jadi kami bisa berganti baju seadanya.Sadar ternyata ada orang yang tak jauh dari tempat kami melakukan kegiatan panas tadi, aku jadi serba salah sendiri. Berharap dia tidak mengetahui kegiatan mesum kami di bawah air terjun itu.Oh, memalukan sekali kalau sampai ada yang mengintip kami. Hatiku merutuk, Bian yang tampak dingin dan tidak terlalu jelatatan itu ternyata menyimpan fantasi yang gila. Sampai-sampai menggarapku di tempat terbuka begini. “Aku tidak bawa ganti karena tidak mengira kalau kita ... “ tak kulanjutkan ucapanku karena Bian pasti paham.“Ya, aku juga tidak ada niat begituan. Tapi kalau sudah kepengen gimana? Apalagi kau cantik sekali, Mel,” tukas Bian tak pelit memuji. Pipiku selalu merona mendapat pujiannya. Dia juga mulai terlihat bersikap hangat padaku. lebih-lebih lengannya merangkul p

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 15 : Di Air Terjun

    “Ma-maaf. Saya kurang memperhatikan.” Dini menunduk ketika melihat kami langsung memisahkan diri saat sesi berciuman tadi.Kulihat Bian sedikit kesal ada yang mengganggu kebersamaan kami.“Saya tidak akan mengganggu Pak Bian dan ibu. Permisi...”Dini menarik diri. Namun Bian memanggilnya kembali.“Ada apa?” tanyanya tak mau memperpanjang masalah.“Paman Pomo menyampaikan ada panggilan penting dari Surabaya, Pak. Pak Bian mau menemui Paman Pomo atau memintanya ke atas?”Bian tak menyahut. Dia hanya bangkit dan berlalu tanpa kata. Pasti menemui pria kepercayaannya itu.Dini tak langsung pergi. Tapi menanyaiku apakah aku membutuhkan sesuatu.Jiwa melayani wanita ini sungguh tinggi. Aku yang biasanya di rumah apa-apa sendiri bahkan melayani ibu dan adikku, terkadang merasa sungguh tidak enak.

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 14 : Bermain Dengan Lembut

    Aku tak menjawab. Mau bilang takut tentu aku tidak berani. Padahal sebenarnya aku memang takut.Takut diperkosanya seperti semalam.“Sebenarnya, bagian yang itu masih terasa sakit. Semalam Mas Bian kasar sekali padaku!” kukatakan dengan jujur agar dia memaklumi reaksi tubuhku.Fabian tertegun sejenak seperti sebuah rasa bersalah. baru dia berkata,“Aku minta maaf untuk itu. Aku janji, setelah ini akan bermain dengan lembut.”Karena menyangsikan ucapannya, aku reflek meliriknya sesaat. Semalam dia begitu ganas dan hampir membuatku dedel duel. Lalu apa bisa dia bermain dengan lembut?Hanya saja aku terkejut karena mendengar sendiri pria ini tidak gengsi meminta maaf.Sementara mengetahui ekspresi yang kurang percaya dariku, Bian menggelengkan kepalanya. “Jangan perhitungan untuk ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status