Share

Bab 2 : Demi Keluarga

Author: Kafkaika
last update Last Updated: 2025-05-18 20:30:32

“Kamu mau menikah besok. Ibu mau belanja dan masak enak. Mau dimasakin apa? Rawon? Kare? Soto? Atau apa, Mel?”

Ibu tampak sumringah dan sesenang itu. Jarang aku melihat wanita itu tampak bahagia sekali. Membuat rasa kesal yang tadi sempat membuatku berpikir hanya dikorbankan saja tiba-tiba melenyap.

Aku jadi berkaca-kaca melihatnya. Berasa selama ini  sangat tidak berguna. Hanya bisa  membuat wanita ini berkutat dengan utang sana-sini dan kebutuhan yang tak ada habisnya.

Hal inilah membulatkan tekadku untuk menerima pernikahan ini apapun tujuan dan niatnya.  Setidaknya niatku hanya ingin membahagiakan ibu dan keluargaku. 

“Kamu harus bersyukur mendapat suami seperti majikan pakdemu. Dia orang kaya. Punya banyak uang. Kalau dia mau, tentu bisa membayar banyak wanita untuk memuaskannya. Tapi, dia  paham agama. Tidak mau berbuat zina.  Karenanya memutuskan untuk menikah lagi,” ujar  Ibu sembari membantuku mengoleskan lulur di kakiku.

Tahu anak perempuannya akan menikah, ibu langsung peduli dengan penampilanku.

Apalagi dia juga tahu. Tujuan pria itu menikah karena membutuhkan tubuhku saja.

Kembali sedih kalau  merasa bahwa ini sama saja aku dijadikan pelacur yang menjual diri dalam bungkus halal.

“Kasihan istrinya ya, Bu?” ucapku. Aku merasa berdosa sekali harus berada di posisi ini.

“Lebih kasihan majikan pakdemu, Mel. Pria normal yang sudah menikah apa sanggup selama itu tanpa berhubungan? Masih mending dia tidak jajan sembarangan.”

Aku tak membahasnya lagi. Mau menikah atau tidak, itu urusan pria itu. Urusanku di sini adalah untuk 1 milyarnya. Mudah-mudahan setelah ini kehidupan keluargaku bisa lebih baik. 

Kami sudah dibawa ke vila. Subuh aku dibangunkan untuk didandani dengan cantik karena paginya aku sudah akan dinikahi.

Namun karena rasa tegang dan cemas melandaku sejak semalam, tubuhku panas dingin. Rasanya lemas dan mau pingsan saja.

“Pria yang mana sih, Bu, yang mau menikahiku?” kutanya hal  itu disela debaran jantung yang sejak tadi terus membuatku tegang.

“Kata pakdemu dia akan menemuimu segera.” Ibuku masih ribet merapikan kerudungku.

Saat itu seorang pria menghampiri bersama pakdeku. Jantungku bertambah kencang debarannya. Apalagi tahu, bahwa dugaanku tidak meleset. Pria yang menikahiku itu adalah pria tua dengan perut membuncit dan memiliki kumis seperti Pak Raden.  Aku pernah melihatnya saat datang ke rumah pakde.

‘Ya Allah, pria yang begini yang akan menikahiku?’

“Dia keponakanmu, Mat?” tukasnya tersenyum penuh kepuasan saat menatapku.

“Benar Pak, kuharap tidak mengecewakan,” jawab pakdeku.

Lalu pakde memintaku mengangkat wajah.

Menatap pria itu,  hatiku menjerit, sungguh tak sedikitpun sesuai impian dalam hidupku. Dia lebih pantas menjadi ayah atau pakdeku.

Harus banget ya menikahi pria seperti ini hanya untuk 1 milyar?  

“Cantik, Mat. Tidak mungkin mengecewakan,” ujarnya sembari tersenyum menilaiku.

Aku kembali menunduk demi menghindari bersitatap dengan pria itu. Sampai mereka keluar, aku masih juga memegangi dadaku yang tak mau sebentar mengendurkan detakannya yang cepat. 

Keringat dingin kurasakan ketika Ibu dan bude sudah memintaku untuk keluar.

“Pernikahan sudah siap. Ayo, ibu dan bude antar ke depan.” Ibu menarik lenganku. 

Dan aku menahannya. Di detik ini aku sepertinya berubah pikiran.

“Bu, Melati takut, Bu.” Aku sungguh tak rela menikah dengan pria seperti itu.

“Melati?!” Bude melototiku. “Jangan bikin ulah, kamu! Di depan pernikahan akan segera berlangsung.” 

“Tapi Bude, Melati tidak akan bisa? Takut, Bude...” keluhku.

Melihat pria itu saja aku ngeri,  bagaimana kalau harus melayaninya sebagai istri?

“Bisa! Apa yang tidak bisa. Kamu tidur dengan pria yang tak kau kenal saja bisa, kok!” Karena kesal Bude kembali mengingatkanku tentang hal itu.   Dia tahu, kelemahanku ada di situ.

Tapi aku masih berusaha  memohon dengan sangat kasihan pada ibuku. Hanya saja uang 250 juta sudah dipegangnya kemarin. Sebagian sudah habis untuk membayar utang. Apa iya aku akan membatalkannya? 

 “Mel, jangan berulah lagi. Kasihanilah kami yang akan menanggung hal besar kalau kau membatalkan pernikahan ini.” Ibu sudah cemas saja.

“Mereka orang kaya, lho! Bisa dihabisi kita kalau kau macam-macam!” Bude ikutan menyahut sambil melototiku.  

Pakde yang bertanggung jawab atas  pernikahan ini. Mereka pasti tidak akan membiarkan hidup pakdeku mudah kalau sampai mempermalukannya.   

Sekali lagi aku mencoba menenangkan diriku.

Seharusnya aku berpikir dengan baik sebelum memutuskan kemarin. Tidak apa tidak menikah, tidak apa  diusir dari rumah, aku bisa cari pekerjaan dan hidup dengan baik.  

Tapi sudah terlanjur begini, apa aku bisa membatalkannya?

“Mar, bawa Melati keluar!” suara bude lagi karena sudah diminta membawaku keluar.

Aku  gugup setengah mati sampai tak merasakan kakiku menapak di tanah. Hingga berjalan menuju tempat akad pernikahan, tiba-tiba pandangan mataku menggelap.

Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.

Hanya saja ketika aku mulai tersadar, hanya ada ruangan besar dan sepi.  Kepalaku sedikit pusing apalagi memikirkan, bagaimana pernikahannya?

Perlahan aku duduk di kepala ranjang  dan memeluk lututku sambil terisak dengan sungguh kasihan.

Terlintas kemalangan yang selalu  menerpa hidupku sejak masa SMA-ku. Dijebak teman untuk minum alkohol sampai mabuk. Begitu sudah mabuk berat, aku malah diperkosa orang yang aku sendiri tidak pernah kenal.

Sejak itu hidupku seolah hanya aib bagi keluargaku. Hingga nasib membawaku harus menikah dengan pria seusia pamanku yang hanya butuh tubuhku untuk pelampiasan hasratnya saja.

“Sudah sadar kamu?” suara bariton itu membuatku meremang.

🌹🌹🌹

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 124 : Pergi Bersama

    Sore hari pun tiba. Bian sudah mengirim pesan bahwa dia sudah di perjalanan menjemputku.Sudah kuputuskan seperti yang kuinginkan ahir-ahir ini. Dan aku tak mau banyak pikiran lagi untuk meragu.Hanya saja aku merasa tidak enak kalau tidak memberitahu Tante Aini. Dia selama ini selalu mendukungku agar tetap bertahan dengan Bian. Jadi kuharap dia memahami situasiku saat ini.Sayangnya, panggilanku tak juga tersambung. Kutunggu sebentar barangkali dia repot ada kajian yang harus diisinya. Aku tahu itu karena sering melihat statusnya di medsosnya. Tante Aini sosok wanita perpengetahuan luas yang sering diminta mengisi kajian di majlis-majlis.Tanganku menyapu layar ponsel dan kebetulan melihat status Tante Aini. Dia memang sedang ada di sebuah acara bersama beberapa wanita berhijab yang lain dengan caption, [Jalan menuju surga untuk wanita muslimah] Mungkin itu tema kajiannya kali ini.Hingga beberapa slide terakhir, aku terkejut ada Miranda yang berfoto bersamanya dan Om Damar.Mirand

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 123 : Memutuskan

    "Tidak enak kalau kita ngomong ditelepon Mel, kita ketemu ya?"Terdengar suara Bian masih mencoba membujukku untuk bertemu.Kutarik napas dalam-dalam beberapa kali agar aku kembali tenang. Berasa cengeng sekali kalau di depan Bian. Tapi tak semestinya aku memperlihatkan kerapuhanku ini pada pria yang sama sekali tidak pernah menghargaiku selayaknya wanita pada umumnya.“Aku jemput, ya?” Bian. Baru kusahuti dengan lirih, "Enggak mau, Mas.""Kenapa?" tanyanya dengan setenang mungkin, karena sejak tadi aku tidak berhenti terisak. Mungkin Bian hanya ingin aku kembali tenang dulu agar bisa melanjutkan obrolan kami. "Bisa tidak menjamin bahwa kita hanya bertemu?""Maksudmu?" suaranya terdengar heran.Seharusnya dia tahu apa yang kumaksudkan. Mana bisa dia mengajakku bertemu tanpa meniduriku?"Aku tidak mau berhubungan, Mas. Aku mau pisah." Kujelaskan hal itu sekalian."Oke, kita ketemu dulu, ya?"Akhirnya aku mengiyakan ajakannya untuk bertemu. Biar sekalian kami tuntaskan semuanya.

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 122 : Pulangkan Aku

    Hingga larut malam aku mondar mandir di kamar, tapi tak juga Bian datang.Jadi penasaran, apa yang sedang dia bicarakan dengan Tom Lee di depan.Aku memutuskan keluar dan mencari tahu. Tidak tenang saja kalau aku tidak tahu apa-apa.“Sudah malam, Mel. Kenapa tidak tidur?” tanya Iqdam yang juga masih belum tidur.“Mas Bian masih di depan?” tanyaku menoleh ke ruang depan. Tapi kosong dan sepi.“Sudah pergi tadi.” Iqdam kembali menjawab dengan cuek.“Pergi? Mas Bian juga?” tanyaku lagi.Iqdam yang sibuk dengan ponselnya melirikku. “Bukannya kau tidak mau bertemu dengan Mas Bian? Dia pergi kamu cari-cari?” ucapnya menyindirku.Aku tak membahasnya. Malas saja sudah malam. Dan lagi, aku juga lelah dan mengantuk. Tidak baik sedang hamil begini tapi masih begadang.Teringat hal itu aku sebenarnya merana. Biasanya ada suami yang akan mendampingiku dan menjagaku di masa kehamilan. Tapi itu tidak akan bisa jika statusku hanyalah istri simpanan Bian.Hingga saat aku masuk, kutemukan ponselku sud

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 121 : Bertemu Bian

    ~ Pov Melati ~Ketika hendak memesan ojek online di aplikasi yag ada di ponselku, aku menyadari ponselku tak ada di tas.Baru kuingat, tadi aku sempat mengeluarkannya dari tasku untuk melihat jam. Kuletakkan di nakas dan kutinggal ke kamar mandi.Sekeluarnya aku lupa tidak memasukan lagi ke dalam tasku. Karena terburu-buru, takut keduluan Bian bangun dan akan sulit baginya membiarkanku pergi.Aku masih labil. Belum bisa bicara dengan baik dengannya. Percuma juga karena nanti kami hanya akan bertengkar dan selalunya aku yang merasa sakit hati.Aku hanya mencoba menjaga emosiku saat-saat masih trimester pertama ini. Takut mahluk kecil di rahimku ini terimbas buruk dari keadaanku.Hujan yang tiba-tiba turun membuatku harus mencari tempat untuk berteduh. Tidak mungkin juga harus balik ke vila itu. Jadi aku melangkah ke minimarket yang tak jauh dari vila itu.Masuk ke dalam untuk membeli air mineral, tak tahunya melihat susu formula untuk ibu hamil, aku jadi ingat stok susu ibu hamil di

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 120 : Pesan Yang Dikirim Dini

    “Aku akan berubah Bian. Aku janji tidak lagi membiarkan mama dan Tio menguasaiku. Aku janji akan memperbaiki semuanya. Aku bahkan sudah menerima Melati menjadi maduku. Jadi jangan ceraikan aku, Bian.”Miranda memohon-mohon padaku dengan keseriusannya itu.Aku hanya menghela saja. Meruntuk karena selalu diposisi yang sulit begini. Tegaspun akan terkesan salah karena tak mau memberi kesempatan pada wanita yang sudah beritikad untuk berubah ini.Meski aku tak mudah luluh dengan kesungguhannya itu. Kusimpan saja sendiri dan tak mau banyak berspekulasi. Syukur-syukur kalau memang Miranda benar-benar mau berubah. Jika tidak, akan sangat mudah bagiku untuk melepasnya.Setidaknya, aku sudah jujur bagaimana perasaanku saat ini padanya, juga tentang perasaanku pada Melati. Poin pentingnya adalah Miranda membiarkanku masih bersama Melati. Artinya, tidak akan ada masalah jika aku melegalkan pernikahanku dengan Melati. Bukankah yang selama ini Melati inginkan hanyalah sebuah kepastian pernikahan

  • Gelora Cinta Istri 1 Miliar   Bab 119 : Menerima Melati

    Tante Aini memanggilku dan Miranda. Sepertinya dia juga terpikirkan tentang masalah perasaanku. Dia paham, aku dan Melati saling mencintai. Karenanya sebagai orang tua, dia ingin membantu meluruskan.“Kau serius ingin berubah, Miranda?” tanya Tante Aini pada Miranda.Miranda mengangguk pasti.Hingga Tante Aini bertanya tentang Melati.Saat itu aku mulai tegang.“Kau pasti sudah tahu kan, bahwa Bian juga memiliki istri lainnya yang baru dinikahi secara siri?”“Tante?” selaku cepat.Miranda sangat sensitif kalau membahas tentang Melati. Biar aku saja yang menyelesaikan masalah ini secara pribadi tak perlu Tante Aini ikut campur.Aku sudah bertekad setelah semua beres, aku akan lanjut menceraikan Miranda.Kedengarannya kejam dan hanya memanfaatkannya saja. Tapi akan kuberitahu Miranda baik-baik, bahwa aku tidak lagi mencintainya.Percuma dipaksakan kalau kenyataannya Melatilah yang sudah menguasai hatiku. “Bian, ini harus ditegaskan sekarang. Mumpung Miranda memang bertekad berubah.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status