Share

Gelora Hasrat Istri Kedua
Gelora Hasrat Istri Kedua
Author: Na_Vya

Queen yang nekad!

Malam itu semua orang sedang menikmati menu santap yang sangat lezat dan beraneka macam. Meja jati itu bahkan hampir penuh saking banyaknya aneka makanan yang disajikan sang empunya rumah.

Suasana pun sangat ramai, karena acara makan malam yang sengaja diadakan untuk melepas kepergian Queen dan Samudra yang akan kuliah di Singapur. Samudra tak merasa keberatan bila harus pindah universitas demi mengemban amanah dari Alex. Kesiapannya untuk menjaga Queen sudah seratus persen.

Samudra pamit undur lebih dulu dari meja makan karena hendak menjawab panggilan telepon dari seseorang. Queen yang sedari tadi diam-diam memerhatikan Samudra, juga ikut pamit dari meja makan.

Alasannya yang ingin ke kamar nyatanya sama sekali tidak benar. Queen mengikuti Samudra yang berjalan menuju taman belakang. Gadis delapan belas tahun itu merasa penasaran dengan apa yang dibicarakan oleh Samudera kepada sang penelepon.

"Bang Sam dapet telepon dari siapa, sih? Kok, senyum-senyum gitu?" Queen bertanya-tanya sendiri seraya mengintip dari balik batang pohon palm yang sangat tinggi. Telinganya samar-samar mendengar Samudra mengucapkan kata-kata sayang dalam bahasa Inggris. "Jangan-jangan si bule kecentilan itu? Hish, ngeselin! Mereka ternyata udah jadian."

Sepasang kaki telanjang Queen menghentak di paving halaman belakang rumah, sambil bibirnya yang tiada henti menggerutu. Dia seolah-olah merasa tidak terima jika Samudra mempunyai pacar.

"Dia tau, gak, sih, kalo aku, tuh, suka sama dia? Aku pikir dia bakal ngerti, tapi mana? Dia malah pacaran sama si Jamet!"

"Namanya Jannet bukan Jammet," ucap Samudra yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Queen.

Queen sontak memukul pundak Samudra yang tingginya melebihi dirinya. "Bang Sam! Nggak lucu, ih! Ngagetin tauk!" bibirnya semakin mengerucut dengan pipi yang seketika merona merah. Queen sangat yakin jika Samudera pasti sudah mendengar semuanya.

Itu bagus, bukan? Itu yang dia mau. Samudera tahu perasaannya yang tak hanya sekadar teman. Queen sudah sejak lama menyukai pemuda berkulit sawo matang itu. Hampir mirip Raka, padahal mereka tidak sedarah.

"Kamu sendiri ngapain nguping?" Samudra melipat tangan di bawah dada. Matanya menyipit pada Queen yang langsung bungkam. "Gak baik nguping pembicaraan orang. Ngerti??" Dia sengaja menarik telinga Queen sampai gadis itu mengaduh.

"Aw! Sakit, sakit!" Queen semakin merengut sambil mengusap daun telinga sebelah kanan yang memanas karena ditarik Samudera dengan seenaknya. "Kejam, ih! Udah nolak main kekerasan pula!" Cibirnya yang lantas menyipitkan mata. "Bang Sam jadian, ya, sama si Jammet? Bang Sam anggep aku apa?"

Pertanyaan Queen cukup membuat Samudera terdiam sesaat. "Memang kamu ngarepinnya apa? Kita 'kan dari kecil udah kayak adik kakak, Queen. Ya... Aku anggep kamu adiklah, memang apa lagi?" sahut Samudera dengan entengnya dan itu cukup membuat dada Queen sesak.

"Itu doang? Kamu anggep aku cuma sebatas adik? Gak lebih gitu? Kamu gak tertarik sama aku sedikit pun?" Queen sudah tidak bisa menahan diri lagi. Perasaannya kepada Samudera semakin bertambah setiap detiknya.

Pemuda di hadapannya ini tak pernah menganggapnya sebagai gadis dewasa. "Queen, kamu udah tau 'kan jawabannya? Kenapa mesti kamu ulang lagi pertanyaannya?"

Samudera harus membangun tinggi-tinggi tembok di antara dia dan Queen karena kalau tidak akan ada banyak masalah ke depannya. Lagi pula, bohong sekali jika dia menjawab tidak tertarik. Hanya pria bodoh yang berkata seperti itu termasuk dirinya. Jelas-jelas Queen itu sangat cantik bahkan lebih cantik dari Jannet.

Gadis itu tumbuh dengan sempurna. Samudra baru menyadari hal itu saat Queen berulang tahun ke tujuh belas. Namun, Samudera tak memiliki keberanian untuk mengatakannya secara terang-terangan, mengingat statusnya yang hanya anak angkat dari papinya—Raka.

Queen maju selangkah, pernyataan Samudra malah menyulut rasa penasarannya. "Jadi, Bang Sam beneran gak mau mandang aku? Bang Sam gak tertarik sama aku karena aku masih kecil, gitu?"

Kaki Samudra mundur selangkah karena Queen semakin mempersempit jarak mereka. "Queen, kamu gak boleh kayak gini. Kita ini udah kayak kakak adik. Aku—"

"Apa setelah ini Bang Sam masih anggep aku adik?" Queen tiba-tiba melingkarkan lengannya ke leher Samudra, dengan berjinjit dia mendongak menatap pemuda pujaannya.

Otomatis pergerakan Samudera jadi terhenti. "Kamu mau ngapain, Queen? Kamu jangan gila! Awas, aku mau masuk!" Samudra mendorong Queen dengan tidak terlalu kasar, tetapi gadis itu malah semakin merapat, sampai-sampai napasnya yang hangat menerpa kulit leher Samudera.

"Bo-do a-matt!" Tekadnya sudah bulat, Samudra harus tahu kalau Queen bukan lagi anak kecil yang tidak tahu apa-apa.

"Queen!" sentak Samudra, yang tidak ingin orang-orang di dalam mengetahui apa yang terjadi saat ini. Bisa-bisa papinya akan salah paham. "Minggir, gak?"

"Gak!"

"Minggir!"

"Gak mau!"

"Queen!"

"Apa?"

"Minggir!"

"Gak mau!" Queen berjinjit dan dengan berani dia menempelkan bibirnya di atas bibir Samudra.

Masa bodo setelah ini Samudra akan membencinya. Yang jelas Queen merasa puas karena berhasil memberikan ciuman pertamanya untuk laki-laki yang dia suka.

"Queen..."

***

bersambung....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status