LOGINKeesokkan paginya, Tasya benar-benar terpaksa bersiap untuk pergi bersama Leon, padahal dia tadinya ingin mengantarkan adiknya untuk kontrol rutin di rumah sakit.
"Kakak benar-benar minta maaf karena tidak bisa menemanimu untuk cek kesehatan rutin," Tasya menjadi merasa bersalah karena seharusnya ini bisa menjadi kesempatan untuknya mengantar adiknya karena biasanya dia selalu lembur di pekerjaannya, namun dia malah tidak bisa menemani adiknya karena Sugar Daddy-nya. "Jangan pikirkan itu, Kak. Aku tidak apa. Ada Tante yang menemaniku." Noah tentu saja tidak mempermasalahkannya karena selain mengerti kesibukan kakaknya, dia juga sudah terbiasa pergi dengan tantenya. "Jika urusan Kakak sudah selesai, kakak janji akan pulang cepat." Janjinya meskipun Tasya sendiri tidak yakin jika Leon akan membiarkannya pulang dengan cepat. "Jangan terburu-buru, Tasya, selesaikan saja pekerjaanmu, ada Tante yang mengurus adikmu. Jangan khawatirkan dia," Thresa menenangkan kekhawatiran Tasya karena memang dia kemaren sudah janji dengan Noah akan mengantarnya kontrol. Namun sekarang dia malah melanggarnha. Noah sendiri membernarkan oerkataan tantenya karena dia tau jika kakaknya ini sedang berjuang mencari uang untuk kesembuhannya. "Baiklah, aku pergi dulu." Pamit Tasya, meskipun belum jam 7, tapi akan lebih baik jika dia yang menunggu di seberang gang rumahnya. ***** Sedangkan di tempat lain, Leon yang baru turun mendadak malas karena ada mantan istrinya yang masuk ke dalam mansionnya. Dan itu sudah pasti karena anaknya yang membiarkannya masuk ke dalam. "Dad, ayo kita sarapan." Ajak Liora tersenyum saat melihat ayahnya turun. Begitupun dengan mantan istrinya, Emma, dia juga tersenyum melihat mantan suaminya yang masih saja terlihat tampan dan gagah. "Daddy ada urusan, kau sarapan saja dulu, Sayang." Leon menolak ajakan putrinya meskipun sebenarnya tadinya dia juga ingin sarapan dengan putrinya sebelum dia berangkat, namun dia malas karena melihat wajah mantan istrinya yang masih saja bermuka dua di depan putrinya. "Leon, aku mohon. Kita makan bertiga. Jangan membuat putri kita kecewa, dia ingin makan dengan ayah dan ibunya." Emma membujuk Leon dengan wajah memelas agar mau makan bersama, apalagi dia melihat wajah kecewa Liora yang membuat dia semakin memanfaatkannya. "Hanya satu kali, aku mohon." Mohon Liora yang membuat Leon menghela nafas panjangnya dan akhirnya terpaksa menyetujuinya. "Bagaimana kebarmu, Leon. Aku sangat merindukanmu." Emma membuka pembicaraan karena Leon sedari tadi hanya diam saja. "Akan lebih baik jika kau diam dan tidak berbicara saat sedang makan." Leon memasang wajah dinginnya karena benar-benar malas dengan mantan istrinya ini. "Aku masih sangat mencintaimu, kesalahpahamanmu dulu— "Jika kau masih berbicara lebih baik kau keluar dari mansionku," usir Leon yang membuat Emma terdiam, dia mengepalkan tangannya namun Liora memegang tangannya dan meminta ibunya untuk bersabar. Emma menatap anaknya dengan sendu karena sangat sedih dengan perlakuan mantan suaminya yang membuat Liora menjadi kasihan. Mereka akhirnya benar-benar tidak berbicara lagi, Leon sendiri sangat malas dan hanya makan sedikit. "Daddy mau ke mana?" Tanya Liora karena Leon sepertinya ingin keluar. "Ada urusan seharian ini," "Ini hari libur, apa tidak bisa Daddy meluangkan waktu denganku dan Mommy?" Liora sangat kesal dengan ayahnya karena malah memiliki urusan di saat hari libur seharusnya menjadi miliknya bersma kedua orang tuanya. Leon menghela nafas panjangnya, sudah pasti ini bukan sepenuhnya keinginan Liora, namun pasti mantan istrinya yang menghasutnya agar mereka bisa bersama. "Sayang, kau tau jika aku dan ibumu sudah berpisah, kau bukan anak kecil lagi. Daddy tau maksutmu, Jangan mencoba untuk menyatukan kami lagi, karena itu tidak akan terjadi." Leon mencoba memberi pengertian kepada anaknya untuk tidak membuat dirinya bersatu dengan Emma. "Daddy akan membatalkan apapun urusan Daddy jika itu menyangkutmu, tapi tidak jika ibumu, karena aku tau ini bukan permintaanmu," perkataan ayahnya akhirnya membuat Liora terdiam. Memang benar, jika ini bukan rencananya. Tapi ibunya. Dia pagi-pagi menghubunginya dan memintanya untuk membujuk ayahnya agar bisa berlibur bertiga. Liora tentu saja mengiyakan karena dia sendiri juga sangat merindukan berlibur dengan orang tuanya. "Daddy akan meluangkan waktu bersamamu nanti sore, tapi jika bertiga, maaf. Daddy tidak bisa karena kau tidak tau bagaimana ibumu yang sbenarnya." Leon mencium kening putrinya sebentar lalu pergi dari sana namun Emma malah menyusulnya. "Tunggu, Leon!" Emma memgang tangan Leon untuk mencegah dia pergi namun langsung ditarik oleh Leon agar pegangan tangan Emma terlepas darinya "Apa kau tau jika kau sangat menjijikkan, jadi jangan memegangku." Leon langsung mengelap tangannya dengan sapu tangannya dan bahkan membuangnya. Perlakuan Leon tentu saja membuat Emma marah namun dia mencoba untuk mengontrolnya. "Aku sudah meminta maaf kepadamu, aku benar-benar minta maaf denganmu atas kesalahanku, kau terlalu salah paham atas kesalahanku dulu sehingga kau sangat marah seperti ini dan mengabaikanku, aku masih sangat mencintaimu, Leon, tak bisakah kau memberiku kesempatan." Emma menangis untuk mencari perhatian Leon padanya. "Simpan saja air matamu itu, karena aku sama sekali tidak suka wanita bekas. Kau terlalu menjijikkan!" Leon tidak mempan dengan tangisan Emma, karena dia sudah tau bagaimana liciknya. "Hubungan kita sebelumnya memang sudah tidak sehat semenjak sepuluh tahun yang lalu, aku sudah tidak menceraikanmu dan memberimu kesempatan tapi kau mengulanginya lagi, bersyukurlah aku menceraikanmu baru dua tahun ini sehingga kau masih menikmati hartaku, kau bahkan masih mendapatkan harta setelah perceraian, jadi. Akan lebih baik jika kau tidak mengangguku, karena jika kesabaranku sudah habis, aku akan memberitahu putrimu tentang siapa kau sebenarnya." Leon menatap tajam ke arah Emma dan mengancamnya agar dia tidak berlaku keterlaluan. Emma benar-benar kesal, dia selalu tidak bisa jika Leon mengancamnya seperti itu, sudah baik Leon tidak menceritakan kejadian yang sebenarnya tentang perceraian mereka. Untuk itu dia selalu memanfaatkan anaknya untuk kembali mendekatkan dirinya dengan Leon. ***** Di mobil, Leon benar-benar tidak mood, dia sangat muak dengan matan istrinya yang masih berusaha mendekatinya melakui putrinya. Dia menghela nafas panjangnya dan tiba-tiba tersenyum saat melihat Tasya sudah berada di tempat di mana mereka sudah janjian semalam. Entah kenapa dia sangat menyukai sugar baby-nya ini dan tidak menyesali telah memilikinya. Saat sampai, Tasya langsung masuk ke dalam mobil, namun Leon mengkode Tasya untuk mendekat yang dimengerti olehnya dan akhirnya mendekatkan wajahnya, Leon sendiri langsung meraih bibirnya yang mempermainkannya yang membuat Tasya juga membalas ciuman Leon. "Jangan di sini," cegah Tasya terkejut karena Leon menciumi lehernya dan seperti ingin langsung memakannya. "Aku sedang kesal, kemarilah." Leon tidak mendengarkan dan bahkan meminta Tasya untuk naik ke atas pangkuannya. "A-apa? Naik ke sana? Sekarang? Tolong jangan melakukannya di sini, aku takut ada yang melihat kita." Tasya memberanikah diri untuk menolaknya karena menurutnya ini adalah hal gila. "Aku tidak akan melakukan apapun, aku hanya ingin memelukmu." Leon membujuk Tasya agar dia mau menurutinya. "Lagi pula tidak akan ada yang bisa melihat kita, karena kaca mobilku gelap." Lanjutnya yang akhirnya membuat Tasya terpaksa naik ke atasnya meskipun sedikit ragu.Liora menghampiri Tasya dan bahkan langsung menamparnya yang membuat Tasya dan Leon jelas saja terkejut. "Liora!" Leon yang marah langsung menarik tangan putrinya karena sudah menampar Tasya. "Jadi benar, jika Daddy berselingkuh dari Mommy? Kau berselingkuh dengan wanita muda dan bahkan dia adalah sahabatku, kalian berdua menipuku." Ucap Liora yang masih marah. "Tidak ada yang menipumu, dan aku pun tidak pernah menyelingkuhi ibumu, kau harus mendengarkan Daddy terlebih dahulu. Jangan seperti ini." Leon masih mencoba bersanar meskipun sebenarnya dia benar-benar marah dengan apa yang dilakukan oleh Liora. "Kami memang memiliki hubungan sudah lama, bahkan sebelum Daddy tau jika dia adalah sahabatmu, begitupun dengan Tasya, dia tidak tau waktu itu jika Ku adalah ayahmu." "Kami memang menyembunyikannya karena tau kau belum siap waktu itu untuk memiliki ibu sambung, kami sudah akan memberitahumu saat kau pulang dari study tour tapi kau melihatnya lebih dulu." Ucap Leon menjelaskan
"Terima kasih, Sayang. Keluargaku sangat menyukaimu." Ucap Tasya saat keesokkan paginya berada di kantor. "Hm, mereka harus menyukaiku, jika tidak! Aku akan menculikmu dari mereka." Tasya terkekeh dan memeluk tubuh kekasihnya ini. "Cukik saja, aku senang jika kau melakukanny." Tasya menantang Leon namun dia malah tertawa menanggapinya. "Jangan membuatku semakin gemas denganmu, Sayang. Atau aku akan menggigitmu." Ucap Leon yang bahkan menggigit pelan pipi Tasya namun dia malah terkekeh. "Kapan kau berencana akan mengatakan semua ini kepada Liora?" "Entahlah, tapi secepatnya, mungkin dalam waktu dekat ini, kau siap bukan?" Tasya mengangguk dengan perkataan Leon meskipun dia menghela nafas panjangnya tanda sebenarnya dia memang gelisah jika saat nanti Liora tau tentang hubungannya dengan Leon. "Baiklah, sekarang aku akan ke mejaku, aku tidak mau makan gaji buta karena selalu kau tahan di sini dan terkadang hanya kau minta untuk di peluk." Tasya melepaskan pelukannya namun L
Di kantor, siang harinya tiba-tiba saja kepala Tasya menjadi pusing yang menjadikannya tidak bisa berkonsentrasi dalam mengerjakan pekerjaannya. "Kenapa kepalaku menjadi pusing seperti ini." Gumam Tasya yang memegangi kepalanya. Dia melihat jam di tangannya yang sepertinya mungkin karena dia belum makan siang dan kelelahan. "Mungkin aku masuk angin, semalam aku tidur dengan Leon tanpa memakai baju." Tasya masih berusaha positif, karena Leon sedang meting, dia akhirnya pergi sendirian untuk makan siang di restoran sebelah. Namun tak lama ternyata Liora menghampirinya. "Aku tadi mencarimu di mejamu, kau tidak ada malah sudah makan di sini." Liora mengomel karena buasanya Tasya tidak makan lebih awal seperti ini. "Aku lapar, Liora! Tidak ada larangan untuk karyawannya makan saat lapar bukan? Lagi pula ayahmu sedang meting di luar. Jadi dia tidak akan tau jika aku keluar kantor lebih awal." Tasya terkekeh sendiri karena jika Leon tau pun, dia tidak akan marah dengannya hanya k
"Kau nakal sekali, kenapa kau tidak menutupinya?" Leon terkekeh karena kekasihnya benar-benar jahil dan berani menghadapi Emma, namun dia snagat menyukainya. "Aku saja baru tau jika karyamu ini sangat banyak di leherku, jadi sekalian saja aku memanasinya." Ucal Tasya yang memang sengaja. Leon tertawa dan akhirnya ingin menciumnya namun Tasya terkejut dan jelas saja menoleknya. "Banyak pelayan di sini." "Mereka akan pura-pura buta jika mengetahuinya. Mereka ada di pihakku dan tidak mungkin mengatakan kepada siapapun meakipun itu dengan Liora." Namun belum Tasya menjawab, dia segera menjauh dari Leon ketika sepertinya Liora akan turun. "Eh! Natasya! Kau ini dari mana saja. Aku mencarimu, aku terkejut kau tidak ada di kamar." Liora terkejut dan mengomeli Tasya namun dia malah terkekeh dan menggaruk dahinya. "Aku tadi meminjam bajumu dan berolahraga disekitar sini, aku tidak memberitahumu dan membangunkanmu krena kau sangat lelap, aku tidak tega." Jelas saja itu hanya sebua
Leon turun dari kamarnya dan benar-benar merasa malas melihat mantan istrinya yang suka sekali mencari muka di depan putrinya. "Coba tanyakan ayahmu, mana tau temanmu itu ada di kamarnya." Ucap Emma yang melihat mantan suaminya ini turun. "Mom! Ck! Jangan seperti itu." Liora menegur ibunya yang jelas saja membuat Emma semakin kesal. "Kau seharusnya tau jika— "Sepertinya kau harus tau sesuatu, Liora." Ucap Leon yang menghentikan perkataan Emma yang akhirnya membuat Emma terdiam. "Ada apa, Dad? Apa kau tau di mana Tasya? Karena dia sedari tadi tidak ada di manapun, tapi barang-barangnya masih ada di kamar, bahkan ponselnya juga." Ucap Liora yang memang sedari tadi bingung mencari Natasya. Dia sudah bertanya kepada pelayan di sini, namun tidak melihat Natasya sama sekali di manapun. "Daddy bau bangun." Hanya itu jawaban Leon. "Mungkin dia sedang berolahraga di sekitar sini. Apa kau sudah mencarinya?" "Aah iya, benar juga. Kenapa aku tidak terfikirkan ya, tadinya aku men
"Ini benar-benar kabar baik, Sayang." Leon jelas saja senang karena perkataan Tasya kepadanya. "Hm, aku juga senang, sekarang hanya meluluhkan Liora, sepertinya aku harus selalu mencari perhatian dengan putri sambungku ini." Ucap Tasya terkekeh yang membuat Leon tersenyum. "Terima kasih, Sayang. Kau mau berjuang untuk hubungan kita, aku merasa beruntung." Leon benar-benar merasa bersyukur memiliki Tasya, awal dari kisah mereka yang hanya sebagai sugar Daddy. "Aku juga beruntung memilikimu, kau harus siap jika suatu saat aku menghabiskan uangmu, sugar daddy." Ucap Tasya yang membuat Leon tersenyum miring. "Hm, tidak masalah, kalau begitu. Kau harus bekerja keras untuk memuaskanku malam ini." Leon dengan mudahnya membuka baju yang dipakai oleh Tasya, dan Tasya sendiri membiarkannya saja. Dia bahkan juga dengan jahilnya menciumi leher Leon yang membuat dia jelas saja mengerang dengan perlakuan kekasih nakalnya. "Kau sudah lama tidak memakai pengaman." "Bukankah lebih nikmat







