Share

6. Wanita Bermasalah

Laura tersentak dan sontak meneteskan air mata. Bukan hanya karena rasa sakit di pergelangan tangannya, tetapi kata-kata Asher sangat menyakitkan hati.

Mencuri? Bagaimana mungkin Laura mencuri benda miliknya sendiri?

"Apa kau mau bekerja di sini hanya untuk mencuri?!" Asher menatap Laura nyalang, "Nona Laura, aku akan melaporkanmu ke polisi!" tegasnya seraya menarik Laura menuju pintu.

Laura hanya bisa menggeleng sambil menangis terisak. "Tidak! Lepaskan aku!" teriak Laura, "Aku sama sekali tidak mencuri!"

Ucapan Laura membuat Asher menghentikan langkahnya. "Tidak mencuri?" ulangnya. Kening pria itu berkerut seiring dirinya lanjut bertanya, "Kalau tidak mencuri, apa kalung ini milikmu?"

Pertanyaan Asher membuat Laura terdiam. Haruskah Laura mengatakan kebenarannya?

"Aku …!"

Baru saja Laura ingin mengatakan sesuatu, pening yang sangat mendadak menyerang kepalanya. 

"Ugh …."

Asher tampak kaget. "Nona Laura?"

Namun, Laura tak mampu untuk bahkan membalas ucapan Asher. Pandangannya yang buram oleh air mata semakin menggelap. Kepalanya seperti tertusuk ribuan jarum. Hingga akhirnya kegelapan menyelimuti kesadarannya, bersamaan dengan tubuhnya lunglai ke lantai.

"Nona Laura!" Asher langsung menangkap tubuh Laura saat hampir ambruk ke lantai. "Sial!"

Asher menggendong Laura dan membaringkan di atas sofa. Dia segera mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang, "Panggil dokter ke ruanganku, sekarang!"

Setelah mematikan panggilan, Asher melirik kalung di tangan Laura dan berusaha mengambilnya kembali. Namun, kepalan tangan Laura masih menegang, seakan-akan tak sudi melepaskan kalung itu.

Kebingungan menyelimuti Asher. Kenapa Laura begitu menginginkan kalung ini? Apa benda tersebut sungguh miliknya?

Beberapa saat kemudian, dokter perusahaan datang bersama Theo. Dokter itu segera melakukan pemeriksaan lengkap terhadap Laura.

"Bagaimana?" tanya Asher saat melihat sang dokter merapikan peralatannya.

Sang dokter berdiri dan berkata, "Nona ini … sepertinya hamil, Tuan."

Seketika, wajah Asher berubah keruh. "Hamil?"

***

Dua jam kemudian, Laura terbangun dari tidurnya. Mata yang dihiasi manik biru indah itu mengerjap seiring dirinya mendapatkan kembali kesadarannya. 

"Di mana …?"

"Sudah bangun?"

Pertanyaan itu membuat Laura tersentak dan langsung menoleh ke kanan, pada sosok Asher yang terduduk di sofa selagi menatapnya tajam.

Laura terkesiap dan gegas mendudukkan diri. Kepalanya masih pening, dan hal itu membuatnya meringis.

'Apa yang … terjadi?' batin Laura dengan bingung seraya mencoba mengingat semuanya. 

Laura ingat setelah dirinya mengantar Asher dan Theo pergi, dia masuk ke ruangan pria itu. Kemudian, Laura pun lanjut mengambil kalungnya dari laci Ash–

Kalungnya?!

Laura langsung menunduk, menyadari kalung miliknya tidak lagi di tangan.

"Mencari ini?"

Pertanyaan itu membuat Laura mengangkat pandangan ke arah Asher. Pria itu tengah menunjukkan kalung peninggalan ibu Laura di tangannya.

"Berapa banyak uang yang kau perlukan sehingga kau nekat mencuri benda ini dari tanganku?" tanya Asher dengan pandangan dingin. 

Laura menggigit bibirnya. "Saya tidak mencuri …."

Balasan Laura membuat Asher menaikkan alis kanannya. "Tidak mencuri? Lalu, apa kalung ini milikmu?"

Pertanyaan itu membuat Laura mengerutkan kening. Haruskah dia mengaku?

Tidak!

"Mirip … hanya mirip dengan kalungku yang hilang. Sebenarnya aku berniat mengembalikannya tadi sebelum Anda datang kembali ke kantor."

Mengembalikan kalung itu? Ha ha … apa Laura pikir Asher akan percaya?

"Bukan hanya pencuri, tapi kau juga penipu ulung …."

Hinaan Asher membuat ekspresi Laura berubah keruh. "Apa?"

"Mengesampingkan masalah kalung ini, dalam data dirimu, tertulis jika kau belum berkeluarga. Kenapa kau berbohong?" tanya Asher dengan mata memicing dan aura yang berubah dingin.

Tuduhan Asher membuat Laura menatapnya kosong. "Berkeluarga …?" Apa maksud pria itu?

Wajah kosong Laura membuat Asher kehilangan kesabaran, mengira wanita itu berpura-pura. "Berhenti berpura-pura di hadapanku. Untuk apa menyembunyikan kenyataan dirimu telah menikah?"

"Menikah?" Laura mengerjapkan matanya dan menjawab lantang, "Saya belum menikah!"

Asher menyodorkan sebuah surat ke hadapan Laura. "Lalu apa ini?” Asher menunjuk satu bagian surat dan berujar, "Dokter mengatakan jika kau positif hamil dan kau mengatakan tidak memiliki suami? Apa janinmu muncul dari udara kosong?"

Mata Laura membesar. Dirinya … hamil?!

“Itu tidak mungkin!" seru Laura seraya berdiri tak terima karena dituduh seperti itu.

Keterkejutan Laura membuat Asher mendengus. "Kau tidak tahu kalau kau sedang mengandung? Atau pura-pura tidak tahu agar tidak disalahkan karena telah memanipulasi data pribadimu?" cibir Asher.

Pelipis Laura kembali berdenyut hebat. Dia merasa sangat pusing.

'Aku sungguh hamil …?' Laura menatap dokumen di atas meja. 'Di perutku ... ada janin pria ini?' Manik biru Laura menatap nanar Asher. 

Selagi Laura masih terkejut dengan kenyataan baru yang dia dapatkan, Asher sedang menerka-nerka kebenaran dari pernyataan Laura. Di satu sisi, Asher tak dapat menemukan kebohongan dari gelagat Laura. Namun, di sisi lain, Asher juga teringat perbuatan Laura yang diam-diam hampir mencuri kalungnya.

Wanita ini … adalah masalah.

"Keluar," perintah Asher, membuat Laura tersentak. "Aku tidak ingin memiliki karyawan yang mengancam reputasiku dan perusahaan."

Wajah Laura memucat mendengar ucapan pria tersebut. Dia tidak bisa kehilangan pekerjaannya!

Bukan hanya karena tidak yakin bisa mendapatkan pekerjaan lain, tapi Laura khawatir Alan dan Emma akan kecewa padanya jika dirinya dipecat setelah bekerja hanya beberapa hari!

Selain itu ….

Laura menundukkan pandangan pada perutnya yang masih rata.

Kalau dirinya tidak ada pekerjaan, bagaimana dengan bayi ini?

Melihat Laura diam saja di tempat, Asher mengernyitkan dahi. "Apa kau tidak dengar yang kuucapkan? Kubilang kelu–"

BRUK!

Laura yang tiba-tiba berlutut di depan Asher membuat pria itu tersentak dan menghentikan ucapannya.

"Apa yang kau–" 

"Tuan, saya mohon …." Laura tidak lagi peduli jika apa yang sekarang dilakukan sangat memalukan dan merendahkan harga dirinya. "Tolong jangan pecat saya. Saya tidak pernah berniat untuk membohongi Anda, Tuan. Saya bahkan tidak tahu jika saya sedang mengandung," ucap Laura dengan berlinang air mata.

"Tidak tahu?" Alis Asher tertaut. Apa maksudnya wanita itu tidak tahu?

Laura mengepalkan tangan, kepalanya tertunduk selagi dia menggigit bibirnya. 

Bagaimana ini? Apa dia harus mengaku kepada Asher tentang bayi dalam kandungannya? 

Akan tetapi, bagaimana kalau pria itu memang sering melakukannya dengan banyak wanita dan Laura hanya salah satu di antara mereka? Apakah Asher akan peduli padanya?

Atau jangan-jangan, pria itu malah akan meminta Laura menggugurkan kandungannya!? Tapi … bayi itu tidak bersalah!

Dengan semua ketakutan dan pikiran buruknya, Laura pun hanya bisa berkata, "S-saya ... diperkosa, Tuan."

VERARI

Apa yang akan kalian lakukan kalau berada di posisi Laura?

| 62
Komen (15)
goodnovel comment avatar
Rita Susanty
berkata jujur walau hasil nya kedepan akan lebih buruk. setidaknyA aku tdk akan banyak melakukan kebohongan
goodnovel comment avatar
Tumin Neng
hadeh bikin kesal aja sikap Laura
goodnovel comment avatar
Mumu
klo aku jadi laura? cari bukti trs lapor polisi atau duel sama asher wkwkwkwkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status