Share

6. Wanita Bermasalah

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-31 20:41:57

Laura tersentak dan sontak meneteskan air mata. Bukan hanya karena rasa sakit di pergelangan tangannya, tetapi kata-kata Asher sangat menyakitkan hati.

Mencuri? Bagaimana mungkin Laura mencuri benda miliknya sendiri?

"Apa kau mau bekerja di sini hanya untuk mencuri?!" Asher menatap Laura nyalang, "Nona Laura, aku akan melaporkanmu ke polisi!" tegasnya seraya menarik Laura menuju pintu.

Laura hanya bisa menggeleng sambil menangis terisak. "Tidak! Lepaskan aku!" teriak Laura, "Aku sama sekali tidak mencuri!"

Ucapan Laura membuat Asher menghentikan langkahnya. "Tidak mencuri?" ulangnya. Kening pria itu berkerut seiring dirinya lanjut bertanya, "Kalau tidak mencuri, apa kalung ini milikmu?"

Pertanyaan Asher membuat Laura terdiam. Haruskah Laura mengatakan kebenarannya?

"Aku …!"

Baru saja Laura ingin mengatakan sesuatu, pening yang sangat mendadak menyerang kepalanya. 

"Ugh …."

Asher tampak kaget. "Nona Laura?"

Namun, Laura tak mampu untuk bahkan membalas ucapan Asher. Pandangannya yang buram oleh air mata semakin menggelap. Kepalanya seperti tertusuk ribuan jarum. Hingga akhirnya kegelapan menyelimuti kesadarannya, bersamaan dengan tubuhnya lunglai ke lantai.

"Nona Laura!" Asher langsung menangkap tubuh Laura saat hampir ambruk ke lantai. "Sial!"

Asher menggendong Laura dan membaringkan di atas sofa. Dia segera mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang, "Panggil dokter ke ruanganku, sekarang!"

Setelah mematikan panggilan, Asher melirik kalung di tangan Laura dan berusaha mengambilnya kembali. Namun, kepalan tangan Laura masih menegang, seakan-akan tak sudi melepaskan kalung itu.

Kebingungan menyelimuti Asher. Kenapa Laura begitu menginginkan kalung ini? Apa benda tersebut sungguh miliknya?

Beberapa saat kemudian, dokter perusahaan datang bersama Theo. Dokter itu segera melakukan pemeriksaan lengkap terhadap Laura.

"Bagaimana?" tanya Asher saat melihat sang dokter merapikan peralatannya.

Sang dokter berdiri dan berkata, "Nona ini … sepertinya hamil, Tuan."

Seketika, wajah Asher berubah keruh. "Hamil?"

***

Dua jam kemudian, Laura terbangun dari tidurnya. Mata yang dihiasi manik biru indah itu mengerjap seiring dirinya mendapatkan kembali kesadarannya. 

"Di mana …?"

"Sudah bangun?"

Pertanyaan itu membuat Laura tersentak dan langsung menoleh ke kanan, pada sosok Asher yang terduduk di sofa selagi menatapnya tajam.

Laura terkesiap dan gegas mendudukkan diri. Kepalanya masih pening, dan hal itu membuatnya meringis.

'Apa yang … terjadi?' batin Laura dengan bingung seraya mencoba mengingat semuanya. 

Laura ingat setelah dirinya mengantar Asher dan Theo pergi, dia masuk ke ruangan pria itu. Kemudian, Laura pun lanjut mengambil kalungnya dari laci Ash–

Kalungnya?!

Laura langsung menunduk, menyadari kalung miliknya tidak lagi di tangan.

"Mencari ini?"

Pertanyaan itu membuat Laura mengangkat pandangan ke arah Asher. Pria itu tengah menunjukkan kalung peninggalan ibu Laura di tangannya.

"Berapa banyak uang yang kau perlukan sehingga kau nekat mencuri benda ini dari tanganku?" tanya Asher dengan pandangan dingin. 

Laura menggigit bibirnya. "Saya tidak mencuri …."

Balasan Laura membuat Asher menaikkan alis kanannya. "Tidak mencuri? Lalu, apa kalung ini milikmu?"

Pertanyaan itu membuat Laura mengerutkan kening. Haruskah dia mengaku?

Tidak!

"Mirip … hanya mirip dengan kalungku yang hilang. Sebenarnya aku berniat mengembalikannya tadi sebelum Anda datang kembali ke kantor."

Mengembalikan kalung itu? Ha ha … apa Laura pikir Asher akan percaya?

"Bukan hanya pencuri, tapi kau juga penipu ulung …."

Hinaan Asher membuat ekspresi Laura berubah keruh. "Apa?"

"Mengesampingkan masalah kalung ini, dalam data dirimu, tertulis jika kau belum berkeluarga. Kenapa kau berbohong?" tanya Asher dengan mata memicing dan aura yang berubah dingin.

Tuduhan Asher membuat Laura menatapnya kosong. "Berkeluarga …?" Apa maksud pria itu?

Wajah kosong Laura membuat Asher kehilangan kesabaran, mengira wanita itu berpura-pura. "Berhenti berpura-pura di hadapanku. Untuk apa menyembunyikan kenyataan dirimu telah menikah?"

"Menikah?" Laura mengerjapkan matanya dan menjawab lantang, "Saya belum menikah!"

Asher menyodorkan sebuah surat ke hadapan Laura. "Lalu apa ini?” Asher menunjuk satu bagian surat dan berujar, "Dokter mengatakan jika kau positif hamil dan kau mengatakan tidak memiliki suami? Apa janinmu muncul dari udara kosong?"

Mata Laura membesar. Dirinya … hamil?!

“Itu tidak mungkin!" seru Laura seraya berdiri tak terima karena dituduh seperti itu.

Keterkejutan Laura membuat Asher mendengus. "Kau tidak tahu kalau kau sedang mengandung? Atau pura-pura tidak tahu agar tidak disalahkan karena telah memanipulasi data pribadimu?" cibir Asher.

Pelipis Laura kembali berdenyut hebat. Dia merasa sangat pusing.

'Aku sungguh hamil …?' Laura menatap dokumen di atas meja. 'Di perutku ... ada janin pria ini?' Manik biru Laura menatap nanar Asher. 

Selagi Laura masih terkejut dengan kenyataan baru yang dia dapatkan, Asher sedang menerka-nerka kebenaran dari pernyataan Laura. Di satu sisi, Asher tak dapat menemukan kebohongan dari gelagat Laura. Namun, di sisi lain, Asher juga teringat perbuatan Laura yang diam-diam hampir mencuri kalungnya.

Wanita ini … adalah masalah.

"Keluar," perintah Asher, membuat Laura tersentak. "Aku tidak ingin memiliki karyawan yang mengancam reputasiku dan perusahaan."

Wajah Laura memucat mendengar ucapan pria tersebut. Dia tidak bisa kehilangan pekerjaannya!

Bukan hanya karena tidak yakin bisa mendapatkan pekerjaan lain, tapi Laura khawatir Alan dan Emma akan kecewa padanya jika dirinya dipecat setelah bekerja hanya beberapa hari!

Selain itu ….

Laura menundukkan pandangan pada perutnya yang masih rata.

Kalau dirinya tidak ada pekerjaan, bagaimana dengan bayi ini?

Melihat Laura diam saja di tempat, Asher mengernyitkan dahi. "Apa kau tidak dengar yang kuucapkan? Kubilang kelu–"

BRUK!

Laura yang tiba-tiba berlutut di depan Asher membuat pria itu tersentak dan menghentikan ucapannya.

"Apa yang kau–" 

"Tuan, saya mohon …." Laura tidak lagi peduli jika apa yang sekarang dilakukan sangat memalukan dan merendahkan harga dirinya. "Tolong jangan pecat saya. Saya tidak pernah berniat untuk membohongi Anda, Tuan. Saya bahkan tidak tahu jika saya sedang mengandung," ucap Laura dengan berlinang air mata.

"Tidak tahu?" Alis Asher tertaut. Apa maksudnya wanita itu tidak tahu?

Laura mengepalkan tangan, kepalanya tertunduk selagi dia menggigit bibirnya. 

Bagaimana ini? Apa dia harus mengaku kepada Asher tentang bayi dalam kandungannya? 

Akan tetapi, bagaimana kalau pria itu memang sering melakukannya dengan banyak wanita dan Laura hanya salah satu di antara mereka? Apakah Asher akan peduli padanya?

Atau jangan-jangan, pria itu malah akan meminta Laura menggugurkan kandungannya!? Tapi … bayi itu tidak bersalah!

Dengan semua ketakutan dan pikiran buruknya, Laura pun hanya bisa berkata, "S-saya ... diperkosa, Tuan."

VERARI

Apa yang akan kalian lakukan kalau berada di posisi Laura?

| 83
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (20)
goodnovel comment avatar
Reni Setiawati
berkata jujur apa salah nya,, karena sebuah kebohobgan akan di tutupi dgn kebohongan lain,,, lama lama rugi sendiri
goodnovel comment avatar
santi shandyra
katakan yg jujur kalo itu kalung dia
goodnovel comment avatar
Siti Hasanah
semangat Laura katakan swjujurnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Gelora Hasrat sang Presdir   Gelora Hasrat ...

    “Apa ini?” Laura Smith—ibu Claus dan Collin Smith—mendapat sebuah pesan dari nomor tak dikenal yang membuatnya hampir terkena serangan jantung. “Sayang!!! Lihat ini!!” Tangan Laura gemetaran ketika melihat foto terakhir di ponselnya. Asher Smith yang sedang duduk santai sambil membaca koran, langsung membuang surat kabar itu sembarangan. Dia sangat panik mendengar istrinya berteriak. “Apa yang terjadi, Sayang?” Melihat air mata istrinya, pria yang masih menguasai Smith Group itu langsung terbelalak marah. “Siapa yang membuatmu menangis?!” Laura menyerahkan ponselnya sambil terisak-isak. Asher lantas memeluk Laura sambil melihat penyebab istrinya menangis. Sontak, wajah Asher mengernyit. “Siapa ini? Claus? Atau Collin?” “Mana kutahu!! Sebelum ulang tahun Jolie kemarin, mereka sepakat untuk memangkas rambut dengan gaya yang sama!” Asher memeluk istrinya, menepuk punggungnya untuk memberikan ketenangan selagi berpikir. Dia sungguh tak menyangka jika salah satu putra kembar yang s

  • Gelora Hasrat sang Presdir   441. Kehangatan Keluarga Smith

    Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men

  • Gelora Hasrat sang Presdir   440. Hanya Asher

    Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami

  • Gelora Hasrat sang Presdir   439. Hanya Milik Asher

    Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk

  • Gelora Hasrat sang Presdir   438. Harapan Laura dan Asher

    Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas

  • Gelora Hasrat sang Presdir   437. Tawa Lepas

    “Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status