Share

Bab 9

Author: Zhar
last update Last Updated: 2025-09-17 10:27:20

"Saudara-saudara sebangsa!" suara bergetar dari radio tua di pos pertahanan:

"Pukul empat pagi ini, tanpa pernyataan perang maupun ultimatum, pasukan Belanda melancarkan serangan ke berbagai kota penting di Jawa dan Sumatra. Pesawat-pesawat mereka telah membombardir Yogyakarta, Semarang, Palembang, dan Surabaya. Serangan Belanda yang begitu mendadak ini adalah sebuah pengkhianatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah bangsa beradab..."

Semua orang mendengarkan dengan tegang. Suara radio itu akhirnya berakhir dengan beberapa kalimat penyemangat, sebelum berganti menjadi suara "gemerisik" yang mengganggu.

"Itu tadi suara Komite Luar Negeri Republik yang bicara!" jelas Mayor Wiratmaja dengan wajah muram.

Mendengar kata-kata itu, ruangan seketika sunyi.

Surya menarik napas lega.

Pidato itu memang tidak menyebutkan bahwa pasukan kita di garis depan terdesak mundur... tentu saja, hal seperti itu tak boleh diumumkan terbuka, apalagi dalam siaran untuk seluruh rakyat.

Namun, ada
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Gerilya Di Balik Seragam   Bab 101

    Surya berhasil menebak dengan tepat, bahwa Pasukan Mekanis ke-9 telah dipecah dan diisolasi menjadi unit-unit divisi. Divisi Bermotor ke-131, tempat Surya bertugas, ditempatkan di barisan gudang untuk menyimpan perbekalan. Barang-barang di gudang telah lama dipindahkan ke Yogyakarta dan disimpan secara tersebar demi keamanan. Setelah agresi militer Belanda di Yogyakarta berakhir, semua pihak menyadari bahwa barang-barang berharga ini tidak boleh dibiarkan begitu saja di lapangan terbuka. Jika dibiarkan, musuh dapat dengan mudah menghancurkannya, seperti yang terjadi pada gudang di Benteng Ngawi. Pintu-pintu gudang terkunci rapat, dan jendela-jendelanya telah dipaku dengan papan kayu oleh penjaga dari luar. Di dalam, suasana gelap hanya diterangi oleh putaran kipas angin besar yang masih beroperasi, dengan bayang-bayang orang-orang tampak melintas di sela-sela bilah kipas, menciptakan pantulan cahaya yang berputar-putar. Sem

  • Gerilya Di Balik Seragam   Bab 100

    Wajar jika rakyat memiliki keraguan seperti itu. Karena ini Yogyakarta, mereka memiliki sikap yang meragukan terhadap pusat komando di Jakarta. Tetapi itulah yang diinginkan Surya... Jika hal itu dapat menciptakan tingkat kepanikan tertentu di kalangan penduduk, mata-mata Belanda akan lebih yakin bahwa Tentara Republik akan menarik pasukan mereka dari Yogyakarta. Yang tidak diketahui Surya adalah bahwa perlawanan pertama terhadap rencana ini datang dari orang-orangnya sendiri dan bukan dari musuh... tetapi ini tampaknya menjadi hal biasa di kalangan Tentara Republik. Pertama, panglima tertinggi Front Barat Daya menelepon Komando Angkatan Darat Front Barat Daya. “Apa yang terjadi?” tanya Jenderal Soerjo: “Saya dengar Anda telah menarik unit tank Anda ke tepi timur? Anda harus tahu satu hal, Kamerad Sudirman, perintah Jakarta adalah untuk tetap teguh!” “Saya tahu, Kamerad Jenderal!” jawab Jendera

  • Gerilya Di Balik Seragam   Bab 99

    Inilah strategi suara Belanda yang menyerang dari utara dan selatan. Bila semua orang mengira bahwa pasukan Kolonel de Vries dari Divisi Tentara Utara-lah yang mengepung bagian belakang Yogyakarta, tak seorang pun akan menduga bahwa Divisi Tentara Selatan, yang selalu kuat dan tangguh, lah yang benar-benar menyelesaikan pengepungan. Divisi Lapis Baja ke-2 de Vries berada di posisi yang lebih menguntungkan. Ia menarik semua perhatian dan pasukan yang dapat dimobilisasi di Yogyakarta: sebuah kelompok pejuang yang dipimpin oleh Sudirman, dan pasukan garis depan yang dipimpin oleh Bambang Supeno. Dari sudut pandang ini, tidak ada masalah dengan komando Yogyakarta. Pertama-tama, letak geografis Yogyakarta sangatlah penting dan tidak boleh diabaikan begitu saja. Kedua, gunakan pasukan depan dan pasukan kelompok untuk menyerang dari kiri ke kanan. Sekalipun Divisi Lapis Baja ke-2 Belanda dapat terus mengungguli aksi

  • Gerilya Di Balik Seragam   Bab 98

    "Maksudmu... untuk mempertahankan Divisi Siliwangi di Yogyakarta?" tanya Jenderal Sudirman. "Bisa dikatakan ya, atau bisa juga tidak!" jawab Surya. "Apa maksudmu?" tanya Jenderal Sudirman, memandang Surya dengan penuh rasa ingin tahu. Mayor Wiratmaja di sisinya juga menatap dengan ekspresi serupa. "Ya, karena kami memang ingin Divisi Siliwangi tetap berada di Yogyakarta!" jelas Surya. "Hanya saja, kita tidak bisa melanjutkan latihan secara terbuka seperti sebelumnya!" "Sembunyikan?" tanya Mayor Wiratmaja. "Ya!" Surya mengangguk. "Menyembunyikan pasukan di Yogyakarta! Itu akan jauh lebih mudah!" Jenderal Sudirman mengangguk setuju. Yogyakarta dipenuhi rumah-rumah, lumbung, dan bangunan lainnya. Sebagai ibu kota Republik Indonesia, kota ini cukup luas, dengan ribuan tempat yang bisa digunakan untuk menyembunyikan tank. Menyembunyikan lebih dari 500 tank bukanlah masalah besar. Di s

  • Gerilya Di Balik Seragam   Bab 97

    Pasukan Belanda terus bergerak maju menuju Yogyakarta, dan enam hari kemudian, mereka telah mencapai pinggiran kota. Surya dan pejuang lainnya di Yogyakarta sudah bisa mendengar dentuman senjata dari jarak sepuluh kilometer. Sesekali, pesawat pengintai Belanda menerobos garis pertahanan Yogyakarta di tengah hujan untuk melakukan pengintaian pada ketinggian rendah. Jarak pandang yang buruk akibat hujan bagaikan pedang bermata dua. Sulit bagi pilot Belanda untuk melihat apa pun dari udara. Ketika suara mesin pesawat terdengar, sudah terlambat untuk menembak saat pesawat itu tiba-tiba muncul, dan dalam sekejap, pesawat musuh itu lenyap dari pandangan. "Garis pertahanan terakhir!" Mayor Wiratmaja memandang ke arah dentuman tembakan dari jendela markas, lalu berkata, "Itu pasukan utama Belanda yang menyerang Yogyakarta, Divisi Lapis Baja mereka!" Ini sudah pasti, karena semua orang tahu bahwa garis pertahanan Yogyakarta sangat sulit ditembus.

  • Gerilya Di Balik Seragam   Bab 96

    Pernyataan Jenderal Sudirman bukanlah tanpa alasan. Tentara Republik Indonesia menyukai hal-hal yang sederhana, murah, dan praktis, yang dapat diproduksi dalam jumlah besar untuk kebutuhan perang melawan Agresi Militer Belanda di Yogyakarta. Menarik kabel telepon dari tank sesuai dengan karakteristik ini. Telepon adalah alat yang terjangkau, dan selama bahan bakunya tersedia, prajurit komunikasi dapat dengan mudah memodifikasinya untuk keperluan tempur. Tentu saja, metode ini tidak luput dari kekurangan. Misalnya, prajurit komunikasi harus menguasai beberapa kode semaphore. Namun, ini bukanlah masalah besar. Bendera sinyal sudah lazim digunakan di kalangan pejuang kemerdekaan. Lagipula, peralatan komunikasi mereka masih sederhana, dan mempelajari semaphore tidak terlalu sulit. Latihan selama beberapa hari sudah cukup untuk mengasah kemampuan, sehingga mudah menemukan kelompok infanteri yang mampu menjalankan tugas komunikasi.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status