Share

Bab 7. Manis

Author: Maspanci
last update Last Updated: 2025-10-12 13:31:11

"Pak Dimas." Jantung Gio berdetak lebih cepat saat melihat atasannya itu menatapnya seolah akan menerkam dirinya.

"Kamu budek?" tanya Dimas sambil melirik ke arah tangan Gio yang masih mencengkeram tangan Indy.

"Atau mau saya pecahkan kepala kamu beneran?" tanya Dimas sambil mengetuk kepalanya tanpa mengalihkan pandangan membunuh ke arah Gio.

Gio langsung melepaskan tangannya dan mengangkat keduanya ke atas seolah memberikan tanda kalau dia mengalah. Lebih baik dia menjauh dari masalah, apalagi masalah dengan CEO-nya yang sudah terkenal dengan amukkannya.

"Keluar," sentak Dimas hingga membuat Gio langsung membalikkan badannya, sedangkan Indy menggigit bagian bawah bibirnya menahan tangis lalu ikut berbalik karena merasa dirinya juga diminta pergi.

"Indy!" seru Dimas.

Indy menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Dimas, "I-iya ... O- eh ... Pak," cicit Indy sambil menahan takutnya. Mungkin Indy sering menggoda Dimas, tapi, dia paling takut bila ada yang membentak dirinya. Tak terkecuali Dimas.

Wajah Dimas melunak saat melihat air muka Indy yang terlihat ketakutan, "Kamu ke ruangan saya, sekarang." Dimas lalu berbalik dan meninggalkan Indy juga Gio yang masih berdiri mematung.

"Mampus," bisik Indy kecil berharap hanya semut yang mendengar suaranya tapi, sialnya Gio mendengar suara Indy.

"Denger Indy, saya masih atasan kamu. Kamu jangan ngomong sembarangan atau apa pun juga ke Pak Dimas. Kalau nggak ...." Gio menggerakkan tangan kanannya ke arah leher lalu membuat gestur seperti memenggal leher ke arah Indy.

"Yang bikin ulah kamu, kok kamu yang ngancem," ucap Indy kesal sambil berjalan meninggalkan Gio yang masih melihatnya dari belakang.

Indy mengatur napasnya sebelum akhirnya ia mengetuk pintu ruangan Dimas. Ia langsung masuk sesaat mendengar suara Dimas yang mengizinkan dirinya masuk.

"Ada apa Om ...." Indy menghentikan perkataannya saat melihat lirikan mata Dimas yang seolah ingin memakannya, "Pak?"

"Saya sudah bilang dari kemarin kalau di kantor panggil saya Pak, bukan Om." Dimas melemparkan kacamatanya dan beranjak dari kursi, "saya nggak mau ada omongan sumbang diluar sana ataupun gosip."

"Iya, Pak ... maaf," ucap Indy sambil menatap Dimas takut-takut dan meremas ujung roknya. "Tapi kan aku kerja di sini juga sesuai dengan prosedur nggak pake orang dalem atau lewat belakang."

Dimas mendekati Indy yang saat ini sedang menatapnya dengan matanya yang bulat dan hangat. Tatapan mata yang membuat Dimas makin penasaran dengan sahabat anaknya ini. Tanpa sadar pandangannya beralih dari mata Indy ke arah tubuhnya.

"Ini anak sejak kapan punya badan kaya gini dan ...," batin Dimas sambil mendekatkan wajahnya ke arah leher Indy dan tanpa sadar menghirup wangi tubuh Indy yang terasa manis. "Sejak kapan wanginya jadi kaya gini?" lanjut Dimas masih di dalam hati.

Masig segar diingatan Dimas kalau Indy itu kawan Almira yang selalu datang sambil tersenyum dan selalu membuat suasana rumah menjadi lebih ceria. Tubuhnya dulu tidak sesensual sekarang, dulu tidak ada lekukan tubuh yang seolah menggoda Dimas untuk disentuh.

Tidak ada pula bokong yang tampak menggairahkan yang seolah memanggil Dimas untuk mencengkeramnya. Bahkan sumpah demi Tuhan, sejak kapan payudara Indy terlihat sangat sensual dan membuat Dimas ingin membenamkan wajahnya di sana.

Plak ...

"Lah, Om Dimas kenapa?" tanya Indy kaget saat melihat tingkah Dimas yang tiba-tiba menjauhi dirinya beberapa langkah lalu menampar dirinya sendiri.

Dimas menggelengkan kepalanya berusaha mengeyahkan pikiran gilanya tadi. Ya ... Tuhan, apakah dia sebegitu kesepiannya sampai-sampai dia menggingkan sahabat anaknya sendiri? Sadar Dimas!

"Om, nggak papa? Ada yang salah?" tanya Indy yang panik, "ya ampun Om, pipi Om sampai merah loh." Indy spontan menyentuh pipi Dimas hingga membuat mereka berdua saling bertatapan.

Napas Indy terhenti karena merasa ketertarikan yang sangat kuat saat melihat manik mata Dimas. Tak bisa Indy pungkiri Dimas itu tampan, wajah maskulin dipadukan dengan guratan halus yang makin menambah wibawa pria tersebut mampu membuat Indy terbuai bahkan terkadang membuat Indy ingin mengenal lebih dalam Dimas.

Dimas, ayah dari sahabatnya yang mampu membuat Indy bermimpi hal-hal romantis yang akan membuat Ibunya meradang bila mengetahui betapa liar anak gadisnya.

"Om," bisik Indy saat merasakan sentuhan di bagian pinggangnya. Tubuh Indy tertarik ke arah Dimas hingga membuat tubuh mereka saling menempel dan menyalurkan rasa hangat yang membuat ia ingin menempelkan lebih erat lagi tubuhnya.

"Kamu, manis," bisik Dimas sambil mendekatkan bibirnya ke arah bibir Indy.

Tubuh Indy membeku, napasnya tersenggal. Seumur dia hidup, dia tidak pernah disentuh seintim ini. Bahkan dulu mantan pacarnya atau pun lelaki yang mengejar-ngejar dirinya tidak ada yang semenarik Dimas.

Indy mengerjapkan matanya berusaha untuk memupuk kesadaran, ia berjuang untuk tetap waras ditengah gempuran godaan Dimas. Dia terdiam sebentar, pikirannya langsung membisikan sebuah ide gila. Ide dari wanita yang sudah bertahun-tahun menggoda Dimas namun tak pernah digubris lalu baru kali ini Dimas malah menggoda balik dirinya.

Indy mengangkat kedua tangannya lalu mengalungkannya di leher Dimas, tanpa rasa malu Indy berkata, "Aku memang manis Om, apalagi bibir aku."

Indy menggigit bagian bawah bibirnya lalu mendekatkan wajahnya ke arah kuping Dimas dan berbisik, "Om mau coba?"

•••

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 12. Sebuah Jawaban Manis

    "Kamu di mana, Nak?""Di cina," jawab Indy singkat sambil menutup pintu kamar hotelnya. Baru tiga puluh menit yang lalu Indy sampai di salah satu hotel terbaik di Guangzhou Cina."Ngapain? Kamu mau jadi TKW, Nak?" "Ya salam, Bu ... ngapain Indy jadi TKW. Kan Indy masih kuliah dan lagi Indy lagi magang." Indy tertawa kecil mendengar celotehan Ibunya Andini. "Yah abis kamu tiba-tiba ke Cina. Kemarin kamu udah bilang sih, cuman Ibu kaget aja tiba-tiba kamu udah di Cina. Kamu nggak ada cita-cita buat daftar jadi pegawai di kebun binatang di Cina, kan?" tanya Andini dengan menahan tawanya akibat membayangkan Indy menjadi pelatih panda."Walaupun Indy suka banget panda tapi, Indy nggak mau jadi pengurusnya Ibu," kekeh Indy yang juga membayangkan dirinya menggendong panda ke mana-mana."Kamu di sana sama siapa dan kenapa kamu yang di ajak ke Cina? Kenapa nggak orang lain?" tanya Andini yang bingung kenapa tiba-tiba anaknya diminta untuk perjalanan dinas padahal dia masih anak magang.Indy

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 11. Huru Hara di Bandara

    "Pak Rei ... Pak," panggil Indy sesaat setelah sampai di bandara."Iya Indy kenapa?" tanya Rei yang sedang sibuk mengurus sesuatu di ponselnya."Ini beneran aku ke Cina sekarang?" tanya Indy yang bingung sambil melihat ke sekeliling Bandara. "Tiket kamu sudah ada dan paspor kamu juga sudah ada. Semua sudah selesai, cuman jujur memang kemarin aku sibuk banget sampai lupa hubungi kamu ulang. Jadi, cuman hubungi kamu via email dan ternyata malah masuk ke spam," terang Rei sambil melirik Indy yang saat ini menatapnya kebingungan.Rasanya Rei ingin menepuk kepala Indy dan mengusapnya karena saat ini Indy terlihat seperti anak anjing yang kebingungan dan meminta perhatian. Menggemaskan. "Hah ... pantas saja Pak Dimas memberikan perhatian khusus pada Indy. Selain Indy itu sahabat anaknya, Indy pun terlihat sangat menggemaskan dan juga cantik," ucap Rei di dalam hati sambil tersenyum tulus."Tapi, Pak ... Bapak yakin perginya sekarang banget?" tanya Indy sambil menggaruk kepalanya yang tiba

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   bab 10. Salah Rei

    "Sekarang.""Papa?" tanya Almira kaget saat melihat Dimas sudah berdiri menjulang di sampingnya."Om Dimas," bisik Indy kaget karena tiba-tiba ada Dimas yang sedang menatapnya dengan tatapan yang seolah ingin memakannya."Ngapain pap di sini? Bukannya kata Om Rei papa ada rapat?" tanya Almira kaget."Rapatnya nggak bisa dimulai kalau papa belum datang," ucap Dimas santai sambil duduk di kursi terdekatnya."Nah, kalau gitu kenapa nggak ke tempat rapat? Emang papa rapat di sini?" tanya Almira bingung sambil melihat ke sekelilingnya. Seingatnya restoran itu tidak ada ruangan khusus untuk rapat."Nggak, papa rapat di cina," sahut Dimas santai sambil menyilangkan kedua tangan di dada lalu melirik Indy."Nah terus ngapain papa di sini? Ini bukan Cina, ini Jakarta," ucap Almira gemas. Terkadang dia harus extra sabar menghadapi Dimas ajaib. "Gimana papa mau ke Cina, lah wong assistennya papa teleponin nggak diangkat dan malah makan mie," ucap Dimas dingin sambil melirik Indy lalu ke arah mie

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   bab 9. Semaput

    "Lo mau ke mana?" tanya Almira kaget."Bisa nggak usah teriak?" tanya Indy gemas sambil melihat sekelilingnya."Ya abis gue kaget, lo ngapain ke cina? Lo mau belajar kungfu?" tanya Almira bingung."Tanya bapak lo!" sentak Indy kesal sambil menunjuk hidung Almira dengan sumpit, "bapak lo tiba-tiba minta gue nemenin dia ke Cina, lo bayangain ke Cina."Almira terdiam sebentar lalu berkata, "Apa Papa mau bikin konten yah? Sampai dia ajak kamu?""Bapak lo bukan konten creator, Almira." Indy berkata sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. "Mungkin dia ingin menco ...." Almira tidak melanjutkan perkataannya karena sudah mendapatkan lirikan maut dari Indy, "ya ... terus apa dong? Lo bingung kan."Indy membalas tatapan Almira, tanpa sadar jantungnya berdegup lebih keras karena tatapan Almira mirip dengan Dimas, hanya bedanya tatapan sahabatnya ini lembut sedangkan tatapan Dimas tajam, dan menatapnya seolah ingin menelanjangi dirinya."Argh ... sial," maki Indy sambil menepuk dahinya

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 8. Kenapa Nggak?

    "Indy, jangan main api." Sekali lagi Dimas mengingatkan Indy untuk tidak menggodanya walaupun sejujurnya orang buta pun tahu kalau yang awalnya menggoda di sana adalah Dimas bukan Indy. Indy tersenyum kecil lalu memiringkan kepalanya seolah menggoda Dimas, "Om ... aku suka main api, asal sama ...." Indy mendekatkan wajahnya makin dekat ke wajah Dimas, "Om." Tangan Dimas tanpa sadar meluncur ke bokong Indy dan meremasnya, seolah tidak bisa menahan diri lagi ia mendekatkan bibirnya untuk meraup manisnya bibir Indy .... Tok ... tok ... tok .... "Pak, perwakilan PT. Jiayou sudah da ...." Mata Rei mengerjap beberapa kali karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Sesuatu hal yang tidak mungkin melihat bosnya yang sedingin es kutub selatan bisa bermesraan dengan wanita di kantor dan yang lebih gilanya wanita itu Indy! Sahabat Almira anak bosnya! "Aw ...," pekik Indy kaget saat ia merasakan tubuhnya di dorong Dimas hingga membuat ia terduduk di kursi. "Sakit." "Astaga ... maaf Indy

  • Godaan Hasrat Pria Terlarang   Bab 7. Manis

    "Pak Dimas." Jantung Gio berdetak lebih cepat saat melihat atasannya itu menatapnya seolah akan menerkam dirinya."Kamu budek?" tanya Dimas sambil melirik ke arah tangan Gio yang masih mencengkeram tangan Indy. "Atau mau saya pecahkan kepala kamu beneran?" tanya Dimas sambil mengetuk kepalanya tanpa mengalihkan pandangan membunuh ke arah Gio.Gio langsung melepaskan tangannya dan mengangkat keduanya ke atas seolah memberikan tanda kalau dia mengalah. Lebih baik dia menjauh dari masalah, apalagi masalah dengan CEO-nya yang sudah terkenal dengan amukkannya."Keluar," sentak Dimas hingga membuat Gio langsung membalikkan badannya, sedangkan Indy menggigit bagian bawah bibirnya menahan tangis lalu ikut berbalik karena merasa dirinya juga diminta pergi."Indy!" seru Dimas.Indy menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Dimas, "I-iya ... O- eh ... Pak," cicit Indy sambil menahan takutnya. Mungkin Indy sering menggoda Dimas, tapi, dia paling takut bila ada yang membentak dirinya. Tak terke

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status