Julian tak berhenti mengobrak-abrik bagian inti Ruby hanya dengan jarinya, bahkan desahan Ruby jadi semakin nyata karena ulah Julian.
Dunia Ruby makin kacau akibat Boss yang ia hadapi adalah mantannya sendiri. Kalau Ruby bisa memilih, ia enggan menjadi bawahan dari pria itu mengingat sahabatnya lah yang merekomendasikan Ruby untuk bekerja di perusahaan itu. Ruby terengah-engah akibat sodokan yang diciptakan oleh Julian, pria yang berada diatasnya itu terlihat amat santai seolah tak ada yang terjadi diantara mereka padahal tangan pria itu sudah habis-habisan membuat Ruby mendesah gila-gilaan. "Kumohon...ah...jauhkan tangan lo, jangan seperti ini Julian." Ruby memohon dengan sangat terbata. Julian malah menyeringai puas menatap apa yang terjadi pada Ruby. Keadaan gadis itu jauh dari kata baik-baik saja. "Aku tahu kalau kau suka dengan ini Ruby, panggil lah namaku dan berhenti menolaku, By. Kau hanya cukup mendesah dan teriakan namaku sekeras yang kau bisa." Bisik Julian yang tampak menikmati ekspresi yang ditunjukkan oleh Ruby saat itu. Milik Ruby mulai berkedut, ada sesuatu yang siap meledak hanya karena gerakan jemari yang dibuat oleh Julian. Ditambah gerakan itu diciptakan dengan cukup brutal. "Aku...ah...ah...aku mau..." Ruby semakin terbata, ia tak bisa bicara dengan jelas tapi Julian memahami apa yang saat itu dirasakan oleh Ruby. Ruby merasa akal sehatnya sudah menghilang. Dengan santainya Julian malah menarik tangannya dengan cepat ketika Ruby hampir sampai pada puncaknya. Ruby tentu saja merasa putus asa dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Julian. Matanya kembali terbuka seolah ia bertanya pada pria itu, apa yang baru saja Julian lakukan? "Hahh!" Mata Ruby melotot sempurna saat Julian menjauhkan jari itu dari sana. Tampak dua jari itu ditunjukan oleh Julian tepat didepan wajah Ruby, ada cairan bening dan mengkilap di jarinya. "Wangi," gumam Julian memuji hal gila. Ruby benar-benar dibuat frustasi oleh tingkah Julian yang sudah mengacaukan isi pikiran Ruby. Rasanya kepala Ruby sangatlah pusing. "Apa yang kau lakukan sama Julian?Kenapa kau jadi..." "By? Kau kecewa ya?" Tanya Julian masih saja menyeringai seperti sebelumnya. "Katakan dengan benar karena aku tidak mengerti dengan bahasa tubuhmu, jadi bicaralah dengan benar. Kau suka atau tidak?" Tanya Julian yang sungguh mempermainkan Ruby hingga Ruby rasanya kacau. Akal sehat Ruby mulai kembali. Tak masalah kalau tadi dirinya memang tidak mencapai yang namanya puncak kenikmatan hanya karena jari dari mantan kekasihnya itu. "Menyingkir!" Kesal Ruby mendorong kasar tubuh Julian yang masih berada diatasnya itu. Julian malah menantang kala mendengar perkataan Ruby yang terlihat mengusirnya itu, bahkan dorongan yang diberikan oleh Ruby sungguh kasar atas Julian. "Kau adalah pria brengsek! Aku tidak butuh pekerjaan darimu!" Ungkap Ruby yang sangat menunjukkan kalau ia begitu tidak menyukai pria yang ada di hadapannya itu. Entah apa alasan Ruby membenci Julian, karena nyatanya dari raut wajah Ruby terlihat jelas kalau Ruby begitu membenci Julian secara terang-terangan. "Aku bilang menjauh!" Kesal Ruby sekali lagi dengan kasar mendorong tubuh Julian hingga tubuh itu benar-benar tak lagi berada diatas Ruby. Decakan kecil Julian terdengar, jujur Julian tidak menyukai sikap yang ditunjukkan oleh Ruby padanya. "Kau tampak begitu sangat membenciku ya, padahal aku merindukanmu melebihi apapun, By. Ini pertemuan kita setelah sekian lama kita berpisah, kita putus juga dengan alasan kau yang memutuskanku. Padahal kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu, By. Aku..." Ruby langsung menyela ucapan Julian. "Omong kosong! Aku tidak pernah butuh kau lagi, Julian. Sampai kapanpun Aku tak akan mengingatmu sebagai mantan!" Begitu Ruby dengan tekadnya hendak meninggalkan ruang kerja milik Julian, tapi tangannya malah berakhir ditahan oleh Julian. Tubuh Ruby dipeluk dari belakang dengan begitu erat. "Jangan lari lagi, aku yang sangat membutuhkanmu Ruby. Bahkan sampai di detik ini yang aku cintai hanya kau saja, Ruby. Tidak ada perempuan lain selain kau." Bisik Julian sangat lembut sekali. Air mata Ruby menetes, keadaannya sangat kacau bahkan bagian bawahnya terasa tak enak karena Julian sudah menyentuhnya hingga basah. "Kau tidak pernah membutuhkan ku sejak awal! Aku sudah sadar itu sejak lama, Julian. Aku rasa aku cuma pelampiasan bagimu, omong kosong tentang cinta yang kau bilang ke aku selama ini. Basi, Julian!" Ucap Ruby mencoba melepaskan tangan Julian yang mengalung di perutnya itu. "Lepasin! Aku tak sudi kerja di tempat ini!" Lagi Ruby berucap seperti itu sebagai penolakannya terhadap keberadaan Julian. Julian tak terima akan hal itu, faktanya ia sudah terlalu bahagia ketika tahu bahwa yang akan menjadi calon sekretarisnya adalah mantan kekasihnya sendiri. Dengan gerakan cepat Julian menghimpit tubuh Ruby ke sisi meja hingga Ruby tak bisa bergerak dengan posisi seperti itu. "Apa yang kau lakukan sialan?!" Marah Ruby berontak. "Sudah terlanjur, By. Kita lanjut saja." Gumam Julian membuka satu kaki Ruby hingga jarak kedua kaki Ruby jadi jauh. Akses itu digunakan oleh Julian untuk kembali melakukan kegiatan yang hampir sama. "Ah..." Ruby tersentak saat tiga jari sudah tenggelam dibawah sana. Tubuh Ruby bergetar ketika Julian mendorong jari itu sedikit lebih dalam dari sebelumnya. "Sa-kith..." Ucap Ruby terbata. Julian memelankan gerakannya, senyumnya terbit saat tubuh Ruby lunglai di meja itu. "Aku janji akan membuatmu merasa lebih nyaman, maaf By." Ucap Julian mengambil ponselnya lalu memotret Ruby dengan posisi seperti itu. 'Dengan begini, aku yakin kalau kau pasti mau bekerja denganku. Dengan foto ini aku akan memberikan ancaman agar kau tetap memilih untuk menjadi sekretarisku, By.' gumam Julian yang mulai menggerakkan jarinya. Ruby hanya bisa berpegangan di sisi meja itu bersama desahannya yang sesekali terdengar. 'Kenapa Julian bisa seliar ini? Dia gila!' Ruby bergumam dalam hati, ia menggigit bibirnya sekuat tenaga untuk tidak mendesah. Ruby ingin menolak tapi tubuhnya malah menikmati semua perlakuan Julian atas tubuhnya. Ruby masih berusaha untuk bisa waras, ia berharap tubuhnya masih bisa dikendalikan oleh pikirannya. Ruby bahkan melakukan pemberontakan kecil dengan mendorong tubuh Julian yang terasa kekar itu. "Aku mohon... tolong jangan begini. Ayo sudahi, aku..." "Aku tak bisa berhenti, aku tak ingin kau pergi dariku lagi! Sampai kapanpun, kau adalah takdirku. Milikku!" ucap Julian semakin menikmati raut wajah yang ditunjukkan oleh Ruby. Ruby benar-benar di bawah kendali Julian, pria itu semakin menyeringai penuh kemenangan seakan ia sudah berhasil memiliki Ruby seutuhnya. Detik itu bibir Julian melumat habis bibir Ruby. "Enghh! Jul..." lenguhan Ruby terdengar seksi sekali. "Aku mencintaimu." bisik Julian tak menghentikan jarinya dibawah sana. Bersambung...Julian seolah tak ingin berhenti saat berada di atas tubuh Ruby, gerakannya pun semakin hebat dan brutal ketika Ruby berusaha untuk menjauhkan Julian dari atas tubuhnya. "Cukup Julian, aku sudah tak kuat. Aku lelah sekali." Ucap Ruby berharap Julian mau berhenti tapi lelaki itu benar-benar semakin brutal di atas tubuhnya. Julian terlalu candu atas tubuh kekasihnya itu, kekasih yang sudah lama menghilang darinya kini malah muncul kembali menjadi calon karyawannya.Jangan salahkan Julian, selama ini Ruby sendiri yang menghilang dari Julian. Entah apa alasan Gadis itu pergi meninggalkannya, karena nyatanya Julian begitu menghormati dan menjaga Ruby yang tiba-tiba pergi darinya itu. "Aku ingin kau setiap hari, Ruby. Kau milikku dan aku tidak akan pernah melepaskanmu sampai kapan!" Bisik Julian dengan tegas di sisi telinga Ruby.Ruby masih terengah, napasnya benar-benar tak bisa diatur dengan baik. Sekalipun bicara, Julian masih bisa memompa di bawah sana hingga Ruby merasa kewalahan de
Julian sangat menikmati kecantikan Ruby yang tak berhenti mendesah, menggigit bibir bahkan membuka mata dan kadang menutupnya dengan gerakan berulangkali."Kau sangat suka kan sayang? Kau menyukai apa yang sedang kita lakukan saat ini, hm?" Tanya Julian disela goyangannya itu.Ruby mengangguk tanpa ragu seolah ia sedang membenarkan ucapan Julian. Ruby juga terlihat mengalungkan tangannya pada leher Julian.Senyum merekah terbit dibibir Julian, ia makin suka saat Ruby berada dibawah kendalinya. Ruby yang tidak melakukan penolakan, bahkan seperti memuja ketampanan milik Julian adalah impian Julian saat ini.Sudah sangat lama mereka tidak bersama, namun takdir mempertemukan mereka kembali dengan cara yang lebih gila dari sebelumnya. Cara brutal pada pertemuan pertama mereka setelah sekian lama berpisah."Sialnya kau benar-benar sangat cantik Ruby, aku menggila karena kecantikanmu. Sekarang aku kecanduan dan tak berniat menghentikan ini. Bagaimana sayang? Aku tidak mau lagi hubungan kita
Julian menarik lalu mendorong miliknya dengan gerakan pelan, namun pusaka itu tidak dimasukan secara keseluruhan ke dalam milik Ruby."Jangan, kumohon jangan lakukan itu!" Pinta Ruby berusaha menolak tapi pinggangnya sesekali bergerak seakan menginginkan hal itu walau tidak dengan mulutnya yang ingin mengakhiri segalanya.Ruby bergerak saat satu jari Julian menyapa permukaan miliknya, bahkan dengan pinggul Julian tak berhenti mendorong pelan."Bukankah ini sangat nikmat, hm? Aku tahu kalau kau suka dengan ini, bagaimana kalau aku memasukan semuanya saja ke dalam milikmu? Aku yakin kalau ini akan terasa lebih nikmat lagi." Ucap Julian membuat Ruby segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Jangan lakukan itu! Menjauhlah dariku Julian, kita tidak boleh melakukan hal ini! Kumohon. Tolong jangan melakukan terlalu jauh, kita tidak boleh melakukan hal gila ini Julian. Ini salah!" Ucap Ruby yang mulai berusaha memohon dari ucapannya itu.Senyum Julian terbit, mungkin lebih tepatnya semua
Ruby sudah berusaha keras untuk menjauhkan Julian dari atas tubuhnya, tapi pria itu tetap saja menahannya dan menghimpitnya di tempat yang sama. Ruby akhirnya dibuat hilang akal dengan posisi seperti itu, sedangkan jari Julian tak berhenti bergerak lewat belakang. Ini kegiatan paling gila yang pernah mereka lakukan setelah putus dari hubungan sebagai sepasang kekasih. "Julian...singkirkan jarimu, aku mohon. Ak-aku... ahh..." Ruby sungguh terbata-bata hanya ingin mengatakan penolakannya itu.Mulutnya tak bisa berucap dengan benar untuk menolak keberadaan Julian di tubuhnya.Rasa sakit tapi nikmat, namun semuanya itu adalah hal gila karena Julian memperlakukannya seperti perempuan rendahan hingga menyentuhnya sampai di bagian intinya yang terlarang itu.Julian semakin puas, ia gila dan sikap gila itu ditunjukkannya langsung pada Ruby tanpa ada keraguan sama sekali. "Ya By, aku suka kau memanggilku dengan sebutan seperti itu. Harusnya kita berdua memang terus saling mencintai, kau tid
Julian tak berhenti mengobrak-abrik bagian inti Ruby hanya dengan jarinya, bahkan desahan Ruby jadi semakin nyata karena ulah Julian.Dunia Ruby makin kacau akibat Boss yang ia hadapi adalah mantannya sendiri. Kalau Ruby bisa memilih, ia enggan menjadi bawahan dari pria itu mengingat sahabatnya lah yang merekomendasikan Ruby untuk bekerja di perusahaan itu.Ruby terengah-engah akibat sodokan yang diciptakan oleh Julian, pria yang berada diatasnya itu terlihat amat santai seolah tak ada yang terjadi diantara mereka padahal tangan pria itu sudah habis-habisan membuat Ruby mendesah gila-gilaan."Kumohon...ah...jauhkan tangan lo, jangan seperti ini Julian." Ruby memohon dengan sangat terbata.Julian malah menyeringai puas menatap apa yang terjadi pada Ruby. Keadaan gadis itu jauh dari kata baik-baik saja."Aku tahu kalau kau suka dengan ini Ruby, panggil lah namaku dan berhenti menolaku, By. Kau hanya cukup mendesah dan teriakan namaku sekeras yang kau bisa." Bisik Julian yang tampak meni
Pov : Julian.Nama aku Julian, bagi aku Ruby itu segalanya buatku. Termasuk tubuhnya. Selama ini aku selalu menjaga Ruby saat status kami menjadi kekasih.Pandanganku selalu tertuju pada tubuh Ruby yang sangat indah, ibaratnya Ruby itu tak ada kekurangan sama sekali tapi sayangnya hubungan kami kandas begitu saja. Aku tidak pernah berpikir kalau hubungan yang kami miliki akhirnya berakhir begitu saja.Sampai akhirnya aku udah dewasa dan aku jadi pewaris tunggal perusahaan milik orang tuaku, namun segalanya tak berarti apa-apa saat gadis yang kucintai tidak ada di sisiku. Konyolnya tidak akan ada yang menyangka kalau pada akhirnya Ruby yang dulu berstatus sebagai anak orang kaya kini tiba-tiba saja menjadi sekretaris milikku sendiri. Ruby sendiri datang padaku sebagai seseorang yang melamar pekerjaan.Sosok cantik yang kini berhadapan di depanku adalah gadis yang tak pernah berhenti aku cintai. bahkan saat kami kembali bertemu lagi Ya, namanya Ruby. Ada banyak pria yang menginginka