LOGINmanusia kutub utara. Lihatlah, dia sangat-sangat tidak perduli dengan apa yang terjadi.
Tetapi tanpa diketahui siapapun Leon juga tampak curiga dengan Jef, kenapa dia sangat dekat dengan Abel. Jef tidak pernah sekali pun dekat dengan wanita yang Leon tau dan Jef sangat susah didekati. Asistennya itu sangat dingin juga tetapi dengan Abel interaksinya sangat berbeda sekali. Melihat jam sudah mau senja Leon mengambil Arvaz dari gendongan Daddynya, "Kami akan pulang," ucap Leon tetapi Mommynya mencoba menghentikannya.. "Tidak mau makan malam di rumah?" tanya Mommy Emily. "Lain kali saja," jawab Leon. "Kak Leon ayo main sekali lagi, Naura masih mau main sama Kak Leon," ucap Naura menatap Leon yang ingin pergi. NauLeonardo terlihat begitu semangat untuk mendapatkan nutrisinya, pria itu membuat Abel tidak bisa kemana-mana. "Kasihan sekali tuyul kecilku itu," batin Abel melihat Arvaz yang sedang menunggunya di box bayi. "Apa Tuan tidak ke kantor?" tanya Abel tetapi Leon seolah menulikan telinganya dan hanya fokus dengan apa yang dia lakukan saat ini. Abel sampai tak habis pikir kenapa Leon begitu semangatnya, biasanya dia akan terus marah-marah saja kepada Abel. Hingga beberapa saat kemudian Leon pun melepaskan tubuh Abel, dia mendudukkan dirinya dan melihat ke arah Abel. "Ingat ya, satu ini menjadi jatahku," kata Leon yang sudah mengklaim jika itu miliknya. Abel menghela nafas pelan karena Leon begitu bern*fsu sekali. "Ayo bersiap turun, kau harus makan yang bergizi agar asimu terus mengalir dengan deras," ucap Leon yang hanya ingin asinya saja yang
Leon melihat asinya Abel yang sedang melimpah itu sangat semangat padahal tadi dia sudah menghisapnya. "Tuan, nanti Ar gak kebagian," kata Abel mencoba menghentikan Leon. Leon mendengus pelan, ternyata dia secandu itu dengan milik Abel. Abel terkekeh melihat wajah tak senangnya Leon, pria itu tampak sangat kecewa saat Abel melarangnya. "Maaf ya, Tuan harus berbagi dengan Tuan kecil," kata Abel sebab jika Arvaz menangis dan asinya habis juga kasihan anak kecil itu, tuyulnya harus mendapatkan asupan gizi juga. "Hemm," kata Leon dengan malas. Leon memeluk Abel dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Abel, dadanya sungguh empuk sekali. "Apa Tuan tidak kembali ke kamar Tuan?" tanya Abel tetapi Leon malah semakin mempererat pelukannya kepada Abel. "Kenapa? Kau tidak senang aku di sini?" tanya Leon dan Abel dengan cepat menggelengkan kepalanya, sepertiny
Lorenzo menatap ke arah Abel dengan nafas yang tercekat, pria itu menghembuskan nafasnya lemah dan yang juga sedang berburu saat ini. Abel didudukkan ke atas tempat meja makan hingga wanita itu terduduk di sana, Leon memandanginya, sungguh Abel terlihat menggoda dimatanya. "Cantik," batin Leon yang kini berhadapan dengan Abel. Ketika dekat seperti ini entah mengapa Abel terlihat lebih cantik dimatanya, wajahnya ternyata sangat mulus tanpa adanya pori-pori, pria itu tidak kira wajah Abel hanya cantiknya begitu saja tetapi tidak sepertinya dia memang tercipta untuk memiliki wajah yang mulus dan begitu mempesona. Begitu juga dengan Abel, dilihatnya ternyata Leon sangat tampan, selama ini mengaguminya dari jauuh tetapi lebih dekat saja sudah sangat tampan begini. "Tuan," lirih Abel membuat Leon langsung menarik pinggang Abel yang ada di atas meja, pria itu menyeringai menatap wajah Abel. "Kau meman
Malam ini Abel merasa tidurnya sangat nyenyak, wanita itu terus membayangkan kejadian siang tadi. "Ah sepertinya mimpi indah malam ini," ucap Abel dengan malu-malu, wanita itu tersenyum geli membayangkan kejadian siang tadi membuat hatinya bergetar, Abel memegang dadanya yang terasa berdebar. "Astaga, seharunsya Tuan jangan menyusu saja," ucap Abel dengan tertawa kecil, dia sangat menikmati bagaimana Leon yang menikmati susunya itu. "Ehmm... Gak sabar deh," ucap Abel dengan terkekeh geli sendiri, Abel tertawa dengan hal itu. Karena terus membayangkannya membuat Abel tidak bisa. tidur. Leon saat ini berada di ruangan kerjanya, pria itu juga membayangkan kejadian tadi siang dia dan Abel. Diam-diam Leon mencecap pelan lidahnya, pria itu sangat tidak kuat menahan milik Abel yang begitu empuk sekali. "Bagaimana bisa seempuk itu," ucap Leon merasa gemas, ingin sekali dia meremasnya den
Abel sudah selesai menyusui Arvaz hingga anak itu tertidur sambil menyusu dengannya, Abel tersenyum melihat anak tampannya itu tertidur. Jalanan cukup macet karena hari ini weekend, tetapi seketika hujan pun turun saat mereka sedang macet-macetnya. "Wahh enak banget makan yang berkuah pas hujan begini," batin Abel membayangkan dia sedang makan yang hangat-hangat. Jalanan yang basah, hujan dan macet membuat mereka menunggu sangat lama di sana hingga Abel pun merasa bosa. Abel memainkan ponselnya dan membuka social medianya. "Eh siapa namanya tadi, Lukas, batin Abel mengingat nama Lukas adiknya Leon. Abel pun mencari social medianya dan ketemu, ternyata Lukas sangat aktif juga bermain social media membuat Abel suka dengan foto-fotonya Lukas. "Sepertinya dia tertarik denganku," batin Abel yang tersenyum-senyum memandang foto Lukas. Leon yang tidak tau jika Abel sedang
manusia kutub utara. Lihatlah, dia sangat-sangat tidak perduli dengan apa yang terjadi. Tetapi tanpa diketahui siapapun Leon juga tampak curiga dengan Jef, kenapa dia sangat dekat dengan Abel. Jef tidak pernah sekali pun dekat dengan wanita yang Leon tau dan Jef sangat susah didekati. Asistennya itu sangat dingin juga tetapi dengan Abel interaksinya sangat berbeda sekali. Melihat jam sudah mau senja Leon mengambil Arvaz dari gendongan Daddynya, "Kami akan pulang," ucap Leon tetapi Mommynya mencoba menghentikannya.. "Tidak mau makan malam di rumah?" tanya Mommy Emily. "Lain kali saja," jawab Leon. "Kak Leon ayo main sekali lagi, Naura masih mau main sama Kak Leon," ucap Naura menatap Leon yang ingin pergi. Nau







