Share

7~Kembalinya Sang Mantan

Keesokan harinya. Tepat di malam minggu. Malam yang menyenangkan bagi sejuta umat yang memiliki kekasih hati.

Bintang dan Rindu sudah siap kencan malam ini. Malam pertama bagi gadis itu untuk merasakan manisnya sebuah hubungan yang melakukan kencan di sebuah restoran mewah. Bintang dan Rindu keluar dari dalam mobil. Tak lupa Bintang menggandeng tangan Rindu dengan mesra memasuki resto itu dan ia juga sudah menyewa tempat spesial khusus untuk mereka berdua. 

Sampai di tempat itu mereka duduk saling berhadapan. Pelayan datang mengantarkan pesanan yang sudah dipesan oleh Bintang spesial untuk pacarnya itu. Pesanan itu ada kejutan untuk Rindu. Saat mereka mulai memakan makanan itu tiba-tiba Rindu merasakan ada sesuatu dalam mulutnya. Ia mengeluarkannya dan ternyata ia mendapatkan sebuah cincin yang bermata indah. Berwarna pink, warna favoritnya.

"Ini???" Rindu mempertanyakannya. Apakah Bintang dengan sengaja memberikannya cincin itu dan apa artinya. Ia ingin tahu.

"Untuk kamu," jawab Bintang. 

"Ta-tapi kita baru jadian beberapa hari. Kok kamu udah kasih aku cincin?"

"Ya karena aku serius sama kamu."

"Maksud kamu?"

"Aku gak main-main sama kamu. Aku mau kamu jadi yang terakhir untuk aku."

"Se-serius? Kamu yakin?"

Bintang mengangguk. "Aku yakin."

Rindu beranjak dari kursinya. Ia lalu memeluk Bintang sebagai tanda terima kasihnya karena Bintang sudah menjadikannya gadis spesial di malam ini. Ia gak nyangka kencan pertamanya akan seindah ini. Ia merasa sangat bahagia. Cowok itu berhasil membuatnya jadi berharga. 

"Terima kasih Bi." Rindu lalu mencium pipi Bintang sebagai imbalan karena cowok itu sudah sangat baik padanya.

***

5 bulan kemudian. Hari masih terasa sama. Hubungan Rindu dan Bintang juga masih berjalan dengan baik. Saat ini mereka sedang berjalan di koridor dengan bergandengan tangan mesra, menuju kelas Rindu. Mereka tak lagi peduli dengan orang-orang yang mengusik hubungan mereka. Meski masih saja ada yang melihatnya sinis dan bahkan ada yang menertawakannya.

Tidak ada yang berubah dari mereka berdua. Bintang masih perhatian dengan pacarnya itu. Berbulan-bulan mereka jalani dengan rasa penuh bahagia. Begitu juga dengan saat ini. Tidak pernah Bintang lalai dalam memberikan perhatian untuk Rindu. Sekecil apapun tak pernah ia lewatkan. Selalu ia sempatkan waktunya untuk Rindu. Meski sebenarnya hatinya belum mantap untuk mencintai gadis pendiam itu. 

Kini mereka telah tiba di kelas Rindu. Bintang melempar senyuman dan melambaikan tangan saat ia meninggalkan Rindu di kelas. Entah kenapa, yang dilakukan Bintang itu membuat Rindu ada pirasat buruk. Tapi ia tidak tahu apa yang akan menimba dirinya. Hanya sebuah pirasat tanpa tahu mengartikan apa yang akan terjadi. 

"Rin, katanya hari ini ada murid baru," ujar Kasih bercerita. 

"Dengar dari siapa?"

"Dari obrolan teman-teman kelas. Emangnya kamu gak dengar sama sekali?"

Rindu menggeleng. 

"Dasar, gak update sih. Sibuk pacaran mulu."

"Apaan sih, enggak kok."

"Enggak salah lagi kan, maksud kamu. Hahaha."

"Kamu bisa aja."

"Hati-hati loh Rin."

"Hati-hati kenapa?"

"Aku dengar murid baru itu akan sekelas sama pacar kamu."

"Terus? Kenapa?"

"Ya kali aja Bintang kepincut sama dia."

"Ya enggak, lah. Aku tau kok Bintang itu seperti apa. Dia sangat baik sama aku, gak mungkin dia tega ngelakuin itu."

Kasih menghela nafas. Kini temannya itu terlalu percaya sama orang lain. Padahal setiap orang itu akan cepat berubah apabila ada yang baru. Ia takut aja Rindu tersakiti nanti karena terlalu percaya dengan Bintang. Walaupun Bintang dan temannya itu sudah berpacaran hampir setengah tahun, namun perubahan hati seseorang siapa yang tahu. 

***

Bintang duduk di bangkunya paling depan. Ia menyimpan ranselnya di kolong meja. Ia duduk santai menunggu bel masuk berbunyi. Sebentar lagi bel akan berbunyi dan ia setia menunggunya. 

Tak selang waktu lama bel masuk pun akhirnya berbunyi. Semua teman-teman kelas Bintang menyerbu masuk ke dalam kelas. 5 menit, 10 menit, ditunggu-tunggu guru yang mengajar di kelasnya pun tak kunjung datang. Kelas menjadi ribut seperti pasar ikan. Bintang jengah situasi kelasnya menjadi seperti ini. Namun seketika kelasnya menjadi hening saat Pak Hilmi memasuki kelas.

"Perhatian sebentar," ucap Pak Hilmi. "Hari ini kita kedatangan murid baru," lanjutnya. 

"Siapa Pak?" tanya Aldi celingak-celinguk mencari keberadaan murid baru yang dikatakan Pak Hilmi. 

"Silakan masuk," ucap Pak Hilmi mempersilahkan murid pindahan yang akan menempati kelasnya ini. Kebetulan ia menjabat sebagai wali kelas di kelas XI IPA 1 ini. 

Seorang gadis berambut panjang lurus melangkahkan kakinya memasuki kelas. Saat ia sudah berdiri di depan kelas ia melempar senyuman manisnya dan membuat para cowok-cowok membalas senyumannya.

"Cantiknya," puji Aldi yang terkenal playboy di SMA Galaksi ini. 

"Tari ..." ucap Bintang tak percaya akan apa yang ia lihat saat ini. Benarkah itu Tari, mantan pacarnya yang masih sering ia pikirkan. 

"Silahkan perkenalkan diri kamu."

"Baik, Pak," sahut gadis cantik itu. 

"Halo semuanya," sapa gadis itu dengan ramah dan ia melempar lagi senyuman manis miliknya. Siapapun akan terpanah dengan gadis cantik dan pintar ini. Ia langsung jadi sorotan di kelas barunya. Semua para siswa di kelas memandangnya dengan tatapan tak biasa. 

"Halo!!!" sahut semua penghuni kelas kecuali Bintang yang diam mematung di bangkunya. 

"Perkenalkan, aku Tari Putri Cantika. Salam kenal semuanya," ucap Tari singkat. Gadis itu lalu melarikan pandangannya pada seseorang yang sangat ia kenal betul itu siapa. Seseorang itu pernah ada di hatinya. Namun di masa lalu, dan kini mereka kembali bertemu. Perasaan itu masih ada. Meski kata putus sudah menjadi akhir dari hubungan mereka.

"Silakan duduk," ujar Pak Hilmi dan diangguki Tari. 

Tari tidak perlu mencari-cari mana bangku yang akan ia tempati. Ia tinggal duduk saja di samping seseorang itu. Karena kebetulan seseorang itu duduk sendirian. Saat ia sudah duduk di sana, ia sengaja menyingkut tangan seseorang itu. 

"Masih ingat aku gak?" tanya Tari pelan pada cowok yang sedang bengong melihat dirinya. 

"Ha?" balas Bintang yang sedang bengong ini. Karena ia masih merasa tak percaya jika yang duduk bersamanya saat ini adalah seseorang yang selalu ia pikirkan. Ia gak sedang bermimpi kan? Benar gak sih pandangannya ini. Sekarang ia duduk bersama Tari. Ini betulan nyata atau bukan?

"Masih ingat aku gak?" tanya Tari kembali dengan suara pelan agar bercakapannya dengan Bintang hanya mereka yang mendengarkan.

Bintang mengangguk. Ia belum dapat berkata apa-apa. Ia masih syok dengan kedatangan Tari. 

"Kamu apa kabar?"

Bintang meneguk salivanya. Ia fokus melihat wajah Tari yang semakin cantik dan membuatnya takjub. "Aku baik."

"Kamu kok bisa ada di sini?  Bukannya kamu di Amrik?" tanya Bintang.

Tari menggeleng. "Aku udah pulang. Dan gak bakal ke sana lagi."

"Serius?"

"Iya," jawab Tari dengan berbisik.

"Kok bisa?"

"Bisa dong. Kalau udah Tuhan yang nentuin. Sama kaya kita yang ditakdirkan ketemu lagi. Ups..."

Mereka berdua saling melempar senyum.

"Maksud kamu apa?" tanya Bintang. 

"Hem! Hem!" Pak Hilmi sengaja berdehem-dehem. Ia perhatikan muridnya sedang sibuk ngobrol dengan murid baru itu. 

Bintang sadar Pak Hilmi sedang memperhatikannya. Ia pun pura-pura membuka buku paket dan pura-pura sibuk membaca buku itu. 

"Bukannya belajar, malah sibuk kenalan," sindir Pak Hilmi dan membuat teman kelas Bintang tertawa. Mereka tahu Pak Hilmi sedang membicarakan siapa. Siapa lagi kalau bukan Bintang.

Bintang menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia cuma salah tingkah karena merasa malu ditertawakan teman-temannya. 

Tari diam-diam memegang tangan Bintang tanpa dilihat orang lain. Ia juga sengaja menggenggamnya. Ia memberikan kode keras sama Bintang. Kalau dia masih suka sama cowok bergingsul itu.

Bintang merasakan ada yang tak berubah darinya. Jantungnya masih saja berdebar-debar saat dekat dengan gadis yang sempat menjadi kekasihnya itu. Ia juga merasa ada kelegaan dalam dirinya setelah mengetahui gadis itu tidak akan kembali lagi ke Amerika. Asal tahu saja, hubungannya putus dengan gadis itu karena jarak yang harus memisahkan mereka. Namun siapa sangka, kini gadis itu kembali lagi. Apakah ini tanda, ia dan gadis itu memang ditakdirkan bersama? Namun Bintang kembali teringat sesuatu. Bukankah ia sudah memiliki Rindu. Lantas kenapa hatinya kini mengharapkan Tari kembali?

Tari tersenyum pada Bintang dan lebih erat menggenggam tangan kanan Bintang. Jantung cowok itu semakin berdebar kencang. Ia merasa senang Tari menggenggam tangannya saat ini. Ia merasa cewek itu masih suka padanya. Buktinya cewek itu memegang tangannya. Bahkan cewek itu terus tersenyum padanya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status