Share

Mak mertua minta ijin Murni

Bab 3

.

Setelah selesai makan siang, emak hendak shalat zhuhur. Tak lupa Kuberikan mukena dan sajadah untuk emak shalat.

"Mak.. Shalat nya di kamar Putri saja ya, dia kan lagi Mondok, jadi kamarnya kosong." Kebetulan putri anak perempuan sulungku sedang mondok.

"Iya murni, makasih ya."

"Murni tinggal dulu ya Mak.. Kalau ada apa apa panggil Murni saja"

"Iya Nak.. "

Aku berlalu meninggalkan emak di kamar putri.

Aku memeiliki tiga anak, dua laki laki dan satu perempuan. Yang sulung Namanya Fahmy, ia sedang kuliah semester enam, yang kedua namanya Randa ia baru saja lulus SMA, dia tak mau kuliah katanya pengen kerja saja. Tapi sudah hampir setahun dia tak juga menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya.

Yang bungsu, anak Perempuanku satu satunya. Namanya putri ia sekaarang kelas satu SMP. Sudah beberapa bulan dia mondok di pesantren modern. Aku ingin anak gadisku satu satunya tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah, makanya aku menyekolahkannya di pesantren.

Awalnya putriku menolak, karena dia masih terlalu kecil untuk hidup berpisah dari keluarga. Baru lulus SD, bahkan haid pun ia belum dapat. Tapi demi masa depan nya aku harus rela putriku sekolah dipesantren.

Aku ingin ia menjadi penyelamatku di akhirat, apalagi dia perempuan satu satunya, aku tak ingin dia mengikuti pergaulan anak sekarang yang banyak menyimpang.

***

Pukul empat sore, Mas Ahmad, suamiku pulang kerja. Sehari hari ia bekerja sebagai kuli bangunan, pekerjaan yang berat dan melelahkan. Tapi suamiku tak pernah mengeluh, asalkan itu halal untuk keluarganya.

Tok..tok..tok...

Suara pintu diketuk, aku langsung membukanya.

"Assalamualaikum Mah.." ucap suamiku yang berdiri di ambang pintu.

"Waalaikum salam Pah.." jawabku sambil mencium tangan suamiku.

Mas Ahmad langsung masuk dan mengganti pakaiannya. Kusiapkan air hangat untuk ia mandi.

"Pah.. Air nya sudah Mamah siapkan.."

"Iya Mah... makasih ya"

Setelah selesai mandi, Mas Ahmad selalu minta dibuatkan kopi. Aku tak pernah lupa akan kebiasaannya itu.

Pukul 17.00 saat hari sudah senja, Mas Ahmad duduk di teras rumah sambil menyeruput kopi buatanku.

"Pah..." Panggilku pelan.

"Iya mah..ada apa?"

"Emak ada dikamar Putri.." aku ingin bercerita yang sebenarnya, tapi aku takut Mas Ahmad akan marah.

"Loh.. kapan Emak datang? Kok aku gak tau?" Tanya suamiku kaget.

"Tadi siang..Mak akan tinggal sama kita mas"

"Iya gak apa apa mah.. mungkin emak lagi kangen sama cucu cucunya." Pikirnya emak hanya kangen sama cucunya.

Aku ingin sekali cerita apa yang sudah terjadi pada emak mertuaku. Tapi, aku tak ingin mas Ahmad menganggap aku menjelekkan kakak kandungnya.

Tiba tiba emak mertua datang menghampiri kami.

"Kamu sudah pulang nak??" Tanya emak mertua.

"Ehh..emak..sini Mak duduk , Mak mau kopi??"

"Enggak usah nak" ucap emak sambil duduk disamping mas Ahmad.

"Mak.. kok gak bilang bilang mau kesini, kan bisa Ahmad jemput." Ucap suamiku tak tahu kalau emaknya di usir.

"Ahmad.. emak akan tinggal selamanya disini boleh gak?" Tiba tiba emak bertanya sambil berurai air mata.

"Loh..emak kok ngomong begitu? Kapan aja Mak mau tinggal Ahmad gak akan larang kok, rumah Ahmad kan rumah emak juga. Biar murni ada kawannya juga disini ya kan mah?" Tanya suamiku padaku, aku hanya tersenyum simpul

"Mad,, emak boleh minta tolong??"

"Boleh...minta tolong apa Mak?"

"Tolong ambil baju baju emak dirumah janah, dan juga surat surat penting emak di dalam lemari."

"Kenapa Mak, apa Mak mau jual tanah??" Tanya mas Ahmad penasaran.

"Mad...hiikksss..." Tiba tiba benteng pertahanan emak rapuh, emak tak kuasa menahan tangis.

"Loh .mak kenapa nangis?" Tanya suamiku heran.

"Mad... Emak di usir sama Jannah.." akhirnya emak mengatakan yang sebenarnya.

"Apa Mak???" Tanya suamiku dengan wajah kagetnya

"Iya mad, emak di usir dari rumah emak sendiri, Mak hanya minta hulu singkong smma kakakmu, tapi dia marah marah sama emak. Suaminya pun ikut maarahin emak, mereka bilang emak hanya bisa minta ini itu tanpa bekerja...hikkkssss...." Tutur emak sambil berurai air mata.

"Keterlaluan sekali mereka , gak sadar apa mereka numpang dirumah emak?" Amarah mas Ahmad mulai keluar.

Aku hanya diam mematung, tak ingin ikut campur masalah ibu dan anak.

"Biar Ahmad kesana, mau kasih pelajaran buat mereka.."

"Jangan mad, jangan, jangan buat emak jadi makin sedih..." Emak melarang mas Ahmad yang hendak memarahi kakak dan Abang iparnya itu.

"Tapi Mak, mereka sudah keterlaluan sekali.."

"Mungkin janah sedang khilaf mad, jangan bertengkar gara gara emak.."

"Ahmad gak terima Mak kalau emak di usir dari rumah sendiri. Dimana hati nurani mereka?"

"Mak hanya minta surat surat emak yang ada dilemari mad, emak gak mau mereka mengambilnya.."

"Yasudah... Yok kita kerumah itu, kita ambil surat surat emak."

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status