Share

23. Anak Siapa?

Author: pramudining
last update Huling Na-update: 2025-06-02 12:32:37

Happy Reading

*****

Dokter yang akan memeriksa Mutia tersenyum. "Silakan tanya pada yang bersangkutan kalau masalah itu, Bu. Saya tidak berani mendahului," katanya.

"Periksa dia saja, Dok. Masalah lainnya tidak begitu penting," kata Bagas, "Saya keluar dulu."

"Silakan, Pak." Sang dokter mulai memeriksa keadaan Mutia.

Di saat seperti itulah Fardan juga keluar dari kamar Bagas dengan menyimpan sejuta pertanyaan tentang hubungan sang pemilik rumah dengan perempuan yang tengah terbaringl sakit itu.

Beberapa menit kemudian, sang dokter sudah selesai memeriksa Mutia.

"Luka yang ada tidak begitu dalam, Bu, tapi perlu istirahat untuk memulihkan kesehatannya. Jangan lupa, obatnya dimunim sampai habis, ya. Saya permisi," kata dokter yang segera mendapat anggukan Mutia.

"Terima kasih, Dok."

"Sama-sama." Dokter itu pergi setelaqh mengucap beberapa kata pada Bagas yang berdiri di ambang pintu. Ternyata, lelaki itu tidak benar-benar meninggalkan Mutia seperti perkataannya tadi.

Berusaha bangun
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   31. Tentang Fardan

    Happy Reading*****Mutia mengusap lembut puncak kepala si kecil. Cerita Fardan seperti yang pernah dia alami ketika masih bersekolah dulu. Selalu di hina miskin dan yatim piatu karena tidak memiliki orang tua. Bukannya Mutia tidak memiliki orang tua, tetapi takdir kematian telah memisahkan dia dengan kedua orang tuanya."Pembelaanmu nggak salah, tapi tindakanmu itu melanggar hukum. Wajar jika papamu kemudian marah dan nggak mau membukakan pintu rumah," kata Mutia menjawab pertanyaan si kecil sebelumnya."Jadi, menurut Tante tindakanku memang salah?" tanya Fardan disertai isakan, Biasanya, dia tidak pernah menangis di depan orang lain. Fardan kecil selalu berusaha kuat dan tegar, tetapi di hadapan Mutia entah mengapa sikap kuat itu menguap entah kemana.Anak itu seperti menemukan sosok ibu dalam diri Mutia sejak percakapan mereka beberapa hari lalu."Salah, Nak. Kamu nggak seharusnya memukul dia karena membalas perkataan jahatnya nggak harus menggunakan otot.""Jadi, apa yang seharusn

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   30. Curhatan Fardan

    Happy Reading*****Suara nyaring yang berasal dari ponselnya terdengar, perempuan itu membuka mata. Setelah malam panjang dan panas dengan Bagas tadi malam, dia tertidur pulas."Nek, apa kabar? kenapa sejak kemarin nggak bisa di telpon?" tanya Mutia pada perempuan sepuh yang sudah merawatnya dari kecil hingga dewasa."Nenek nggak tahu kalau baterainya habis, jadi sampai dua hari nggak bisa dihubungi.""Nek, besok atau lusa aku pengen pulang. Ada sesuatu yang pengen aku tanyakan.""Apa kamu libur mengajar?""Iya dan kebetulan aku tidak ada piket jaga, jadi bisa ijin cuti sebentar.""Baiklah, nenek tunggu."Ketika perempuan itu sudah menyelesaikan panggilan dengan neneknya, dia mencari sosok bagas. Namun, lelaki itu sama sekali tidak terlihat di kamar hotel tersebut."Kemana dia? Kenapa pergi nggak ngasih kabar. selalu saja begini tiap kali kita selesai melakukannya," gumam Mutia. Perempuan itu pun berniat mencari Bagas di kamar mandi. Namun, suara ketukan terdengar. Mutia mengerutkan

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   29. Serangan Gladys

    Happy Reading*****Bagas melihat perubahan wajah Mutia. Lelaki itupun menatap Rena dan berkata, "Apa tidak ingat siapa wanita yang sering dibawa Nazar, tapi tidak pernah dia kenalkan sebagai wanitanya."Rena melirik Haura dan menggerakkan dagunya. Tunangan sang dokter itu seolah meminta bantuan untuk menjawab pertanyaan Bagas. Haura apun menggerakkan kedua bahunya ke atas tanda bahwa dia tidak mengingat siapa perempuan itu. "Siapa, sih?" tanya Rena pada kekasihnya. "Mutia," jawab sang dokter."Sialan memang Nazar," umpat Haura, "sekarang aku baru mengingatnya. Saat itu, aku sempat bertanya siapa perempuan yang sering dia ajak, tapi jawabannya sungguh menyakitkan.""Apa yang dia katakan, Bu?" sela Mutia dengan panggilan yang cukup menggelitik semua sahabat Bagas."Nggak perlu memanggilnya Ibu. Dia belum jadi Ibu, Tia," sahut Fikri."Tapi, Pak. Saya nggak bisa cuma memanggil beliau dengan sebutan nama," kata Mutia keberatan."Biasakan, Tia. Kita akan sering bertemu di acara-acara sep

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   28. Pesta

    Happy Reading*****Hampir seharian Mutia berada di salon. Berbagai macam perawatan sudah dipesan oleh bagas termasuk riasan untuk menghadiri pesta. Lelaki itu juga sudah membelikan gaun untuk dikenakan di pesta nanti sore.Tepat pukul lima sore, perempuan itu sudah selesai didandani. Sopir suruhan Bagas juga sudah menunggu. Mutia sudah mendapat chat supaya ikut sopir yang akan mengantarnya ke tempat pesta karena lelaki itu menunggunya di sana.Di sebuah hotel paling mewah di kota tersebut, Mutia diturunkan oleh sang sopir."Bapak sudah menunggu di dalam, Bu. Silakan hubungi saja beliau," kata sang sopir.Mutia cuma bisa menganggukkan kepala. Mulai menekan kontak Bagas yang entah sejak kapan sudah berganti nama. Semula, Mutia cukup terkejut ketika mendapati nama Bagas."Dasar narsis. Bisa-bisanya ngasih nama sang penyelamat," gumam Mutia sendirian di lobi hotel.Cukup satu kali deringan, panggilan Mutia sudah diangkat oleh sang penyelamat."Masuk ke ballroom hotel. Aku menunggumu di

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   27. Salon

    Happy Reading*****Mutia mendorong tubuh Bagas dengan keras ketika lelaki itu mencondongkan bibirnya ke telinga bahkan hampir menggigit indera pendengaran si ibu guru."Harus berapa kali saya mengatakan bahwa saya nggak pernah melakukan hubungan intim dengan lelaki manapun kecuali Anda," kata Mutia keras bahkan kini air mata perempuan itu terlihat jatuh mengaliri pipinya.Bagas terdiam, beberapa detik kemudian segera meninggalkan Mutia yang terisak ke kamar mandi. Ada sesuatu yang harus segera lelaki itu dinginkan agar tidak menyakiti wanitanya. Puas meluapkan kesedihannya dengan tangisan, perempuan itu keluar menuju kamar yang memang diperuntukkan untuknya ketika menginap di rumah Bagas. Di kamar tersebut, Mutia melihat Fardan yang sudah tertidur sambil memeluk guling. Perlahan, perempuan itu mendekati si kecil. "Kenapa kamu suka sekali bersembunyi dan tidur di kamar ini? Apakah kamar ini memiliki kenangan dengan ibumu?" tanya Mutia lirih sambil mengusap air matanya."Aku nggak pe

  • Guru Cantik Simpanan Anak Pejabat   26. Bagaimana Statusku?

    Happy Reading*****Fardan menghentikan kunyahannya, melirik Mutia dengan aneh. "Bisa nggak pertanyaannya satu per satu. Bingung mau jawab yang mana duluan," katanya. Mutia menepuk keningnya sendiri. "Penasaran saja, sih. Makanya, Tante tanya beruntun seperti tadi.""Jadi, gimana? Kamu sebenarnya anak siapa?" tanya Mutia mengulang pertanyaan sebelumnya. Fardan menghela napas panjang. "Aku anaknya Bagas," jawabnya. Setelah itu, si kecil langsung pergi meninggalkan meja makan menyisakan rasa penasaran dan keingintahuan yang begitu besar dalam diri Mutia."Jika kamu anaknya Pak Bagas, siapa ibumu? Bukankah Pak Bagas belum menikah. Bagaimana mungkin punya seorang anak," teriak si guru cantik berkulit kuning langsat. Berharap, Fardan akan bercerita lebih banyak tentangnya lagi. "Tanya sendiri sama Bagas," kata Fardan. Lalu, kembali melanjutkan langkahnya menjauhi Mutia. Mutia tercengang menatap kepergian yang menyisakan sejuta tanya di kepala. "Jika Pak Bagas sudah memiliki wanita yan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status