Share

Empat

Sebagai anak tunggal jelas saja Abian melakukan semuanya sendiri. Orang tuanya yang sibuk bekerja di luar kota, membuatnya kesepian. Ia tidak mendapat perhatian penuh, meskipun uang yang diberikan orang tuanya cukup. Abian tetap merasa ada yang kurang, karena ia perlu kasih sayang orang tuanya. Untungnya saat masuk kelas sepuluh, ia dikenalkan pada Laura oleh kedua orang tuanya. Sejak satu tahun yang lalu Abian dan Laura sudah menjadi sahabat dekat, berkat orang tuanya yang berkerabat. Mereka berdua akrab dengan sangat cepat, mungkin karena factor sama-sama anak tunggal. Tidak jarang ia merasa iri pada Laura, meskipun kedua orang tuanya juga sibuk. Tapi perhatian dan kasih sayang yang diberikan pada Laura sangatlah cukup. Abian membutuhkan suasana damai, berkumpul dengan keluarganya. Serta berbagi kisah hari-hari yang mereka lalui setiap saat. Abian kecil tumbuh menjadi pria remaja yang mandiri. Berhasil menarik perhatian lawan jenis karena wajahnya yang tampan. Abian mengambil ponselnya, menekan satu nomer telepon dan menempelkan ponselnya ditelinga.

“Hallo, kenapa bi?” ucap gadis disebrang sana, yaitu Laura.

“Gapapa, lo udah sampe rumah?”

“Udah kok, tadi kak Darrel yang anter” Laura juga mempertanyakan kenapa Darrel tiba-tiba menghubunginya, padahal pendaftaran kan sudah ditutup.

“Gatau, mungkin kurang anggota kali” jawabnya, menutupi fakta bahwa ia yang memaksa Darrel menerima Laura.

“Yaudah ya ra, gua tutup telponnya” Abian langsung mematikan ponselnya, lalu masuk ke toilet dan berendam air hangat di bathtub. Menyalakan satu lagu di playlist spotify yang hits saat ini.

^ So take my hand now, seen me

‘Cause you’ve made me into this man

I promise I’ll treasure you girl

You’re all that I’ve needed completing my world

You, you’re my love, my life, my beginning

And I’m just so stumped I got you

Girl, you are the piece I’ve been missing^

Abian berteriak ketika menyanyikan penggalan lirik itu, menurutnya bernyanyi di dalam toilet sangat menyenangkan. Seperti konser pribadi, bebas berteriak. Apalagi rumahnya sedang sepi, jadi tidak akan ada yang menggedor pintu toilet, dan memintanya untuk berhenti.

Laura duduk di tepi lapangan. Memperhatikan sang pujaan hati yang ia sukai sejak pandangan pertama di Nirmala. Sagara sedang latihan basket bersama timnya. Terik matahari tidak melunturkan semangat mereka yang membara. Seperti yang diketahui, bulan depan akan ada pertandingan basket antara SMA Nirmala dan SMA Garuda. Keringat yang mengucur di wajah Sagara, membuat Laura ingin mengelap peluh itu. Laura dan Dezora, berteriak memberikan semangat. Abella yang sedang membaca buku, agaknya merasa terganggu dengan teriakan kedua sahabatnya itu. Tadinya Abella tidak mau ikut menonton, tapi Laura terus saja memaksanya.

“Kak Sagara, ganteng banget anjir, Damagenya pas ngibasin rambut yang basah nusuk sampe jantung” ucap Dezora heboh, hingga ditatap sinis oleh Laura.

“Pliss ya Zora, lo mending haluin yang lain deh. gua ikhlas lahir batin. Tapi jangan kak Gara juga dong, lo mau nikung gua ya?” Dezora yang mendengar itu hanya tertawa geli dengan ekspresi Laura.

“Denger ya, Laura Gistava. Sebelum jalur kuning melengkung, jomblo bebas menikung!”

“Iya juga sih, tapi lo liat aja nanti kak Gara bakal jadi milik gua” ucapnya polos.

Laura menyukai Sagara saat ia mengikuti Mos hari kedua, waktu itu Laura duduk di tepi lapangan sambil memakan roti yang ia bawa dari rumah. Salah satu anggota ekskul basket, tidak sengaja melempar bola terlalu keras. Hingga bola itu memantul dan mengenai Laura. Benturan yang keras itu, membuat kepala Laura sakit hingga pingsan. Sagara yang melihat itu dengan sigap berlari, membantu menggendong Laura ke UKS. Sagara menemani Laura sampai Laura sadar. Membawakan Laura teh hangat, dan membantunya minum. Wangi Parfurm vanilla yang menempel di bajunya, sangat manis.

“Maaf ya, tadi temen gua kekencengan lemparnya” ucap Sagara halus, sembari mengelus tangan Laura.

Laura mengedipkan matanya beberapa kali, dan menoleh pada sumber suara.

“Lo gapapa kan?” tanya Sagara lagi,

“Hem, udah kok. Udah mendingan” jawab Laura pelan”

“Lo, istirahat disini aja ya. Atau mau pulang aja biar gua anter?”

“Engga kak, gausah. Aku udah baik-baik aja kok, aku mau balik kekelas aja. Ini kan masih hari kedua MOS”

Sagara membantu Laura yang ingin turun dari ranjang UKS. Lalu mengantar Laura untuk kembali ke kelas. Sagara menggenggam tangannya erat, sangat erat. Aroma vanilla yang hingga kini masih Laura ingat dengan jelas. Sampai di kelas, Sagara mengetuk pintu itu dan membiarkan Laura masuk. Memanggil salah satu panitia angkatannya, dan meminta dia untuk tidak terlalu keras pada Laura yang sedang sakit. Laura senang, tersenyum tipis dengan kepalanya yang menunduk. Sagara sangat baik padanya, penuh perhatian dan rasa kasih sayang. Tidak mungkin ada yang tidak jatuh hati, pada malaikat tampan seperti Sagara.

Saat sudah didalam kelas, Laura melihat Sagara yang masih berdiri di depan jendela. Sambil tersenyum ramah. Hingga seseorang menepuk bahu Sagara dan meninggalkan tempat itu.

Bahkan hingga kini, senyuman manis milik Sagara tidak pernah Laura lupakan. Hati Laura selalu berbunga-bunga ketika melihat Sagara tersenyum, lesung pipi di wajahnya membuat ia terlihat sangat manis. Laura bahkan bisa mematung saat melihat Sagara lewat didepannya. Suara Sagara saat berbicara padanya sangatlah lembut.

Pulang sekolah Laura mengajak Abian untuk singgah sebentar. Perempuan dengan wajah putih pucat serta tatapan mata sayu yang menenangkan, sedang menikmati es krim yang ada ditangan kanannya. Abian juga ikut menikmati es krim coklat vanilla yang ia pesan. Duduk dibawah pohon rindang yang ada di taman. Suasa tenang nan damai, tak ada satu pun dari mereka berdua yang mengeluarkan suara.

“Enak ya,” ucap Laura memecahkan keheningan.

Abian yang awalnya tidak menyukai es krim, memaksakan diri untuk mencobanya, mengikuti kemauan Laura si pecinta es krim. Hingga mencoba es krim rasa coklat vanilla yang ia pegang sekarang, selalu menjadi ice cream andalan setiap ia pergi.

“Iya, kaya biasanya. Ga ada yang berubah dari rasa es krim ini” jawabannya, jujur.

Suasana kembali diam, membiarkan hembusan angin menusuk kulitnya. Pikirannya melayang, sama-sama memikirkan sesuatu yang harapnya akan terjadi. Laura memikirkan Sagara. Mungkinkah Sagara yang berbeda dengan, bisa ia dapatkan. Ia belum pernah jatuh cinta sebelumnya, tapi ia juga ragu. Apakah perasaanya pada Sagara sungguh-sungguh? Atau hanya rasa terima kasih yang terlalu dalam.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status