Share

Tiga

TIGA

Pulang sekolah ponsel Laura berdering tanda pesan masuk. Ia terkejut mendapati pesan dari nomer tidak dikenal, karena penasaran Laura membuka isi pesan tersebut.

*085xxx”

085xxx: “send a picture”

085xxx: “Kalau masih mau ambil kesini”

085xxx: “Garuda Apart, Jl. Kenanga No 9. Kamar nomer 135”

Formulir untuk bergabung ekstra kulikuler music ternyata masih ada, tanpa basa-basi ia segera memesan taxi online untuk mengantarnya ke alamat tersebut. Abian tidak pulang bersama Laura karena Abian masih ada urusan lain disekolah.

Saat sudah sampai di depan gedung apartemen besar itu, orang yang memiliki nomer tadi mengirim pesan lagi.

*085xxx*

085xxx: “Cepetan ya, tiga menit harus sudah sampai.”

Membaca pesan itu Laura langsung berlari, ia tidak tahu kamar nomer 135 ada dilantai berapa. Jadi ia harus bertanya pada Resepsionis.

“Hallo, selamat siang. Ada yang bisa saya bantu?” ucap resepsionis itu ramah.

“Kamar nomer 135 ada dilantai berapa ya mbak?” Tanya Laura langsung,

“Kamar nomer 135 ada dilantai 16 ya kak”

“Terima Kasih mbak” Laura langsung berlari menuju lift, memencet tombol untuk menuju lantai 16.

Saat lift terbuka, Laura langsung bergegas lari, dan mencari kamar nomer 135 yang berada di ujung.

Tok.. tok… tok…

Laura mengetuk pintu kamar itu dengan keras, hingga seorang laki-laki dengan kaos hitam oblong dan celana pendek rumah membuka pintu itu.

“Masuk” titah cowok itu sembari mempersilahkan Laura masuk kedalam apartemennya.

Apartemen megah ini membuat Laura tercengang melihatnya. Ruangan yang sangat luas, serta model yang elegan dengan desain dan bahan material khusus kelas utama. Kemewahan yang disuguhkan tak hanya pada segi desain, tapi juga pada fasilitas-fasilitas eksklusif yang diberikan.

Nafas Laura yang naik turun akibat berlari tadi membuat ia kelelahan. Laura duduk di sofa besar yang berhadapan dengan televisi. Darel yang melihat Laura bercucuran keringat lalu menawarkannya minuman.

“Mau minum apa?”

“Apa aja deh kak” tadinya Laura ingin meminta Orange Juice tapi ia takut melihat wajah Darrel yang kaku itu.

Darel datang dengan satu gelas air putih, menaruhnya di meja yang ada didepan Laura.

“Makasih kak” ucapnya pelan.

Darel menatap wajah Laura yang sedang minum air digelas itu. Pandangan matanya tidak luput dari mata sayu Laura, tatapan tajam Darrel terlihat seperti mengintimidasi.

Laura menghabiskan air itu dengan cepat, lalu menaruh gelas kembali ke meja.

“Cape ya?” tanya Darrel tiba-tiba

“Engga kok kak,” jawab Laura mengalihkan pandangannya, yang tidak sengaja menatap mata Darrel.

“Terus, kenapa ngos-ngosan gitu?” Laura hanya tersenyum, tidak menjawab pertanyaan Darrel.

Mereka berdua duduk bersebelahan, tidak ada lagi percakapan yang terjadi. Hingga lima menit setelahnya, Laura mengeluarkan suara.

“Kalau boleh tau, formulir pendaftarannya gimana kak?”

Darrel berdiri, masuk kedalam kamarnya, dan mengambil selembar formulir yang ada didalam tasnya.

“nih, langsung isi disini aja” Laura mengambil formulir itu dan langsung menulis namanya.

“udah kak,” Laura menyerahkan formulir itu pada Darrel lagi.

“Makasih…” ucapnya pelan.

Laura berdiri dan mengambil tas disebelahnya, “Mau kemana?”

“emmm, Pulang. Udah selesai kan” jawabnya ragu-ragu.

Darrel menggunakan jaketnya, dan mengambil kunci mobil yang tergantung didekat pintu.

“yuk, gua anter” pernyataan Darrel, membuat Laura terkejut mendengarnya.

“Kenapa?” tanya Darrel yang melihat Laura kebingungan.

“Gausah deh kak, aku bisa pulang sendiri kok”

“Gua anterin lo pulang, kalau lo kenapa-kenapa abis dari apartemen gua. Abian bakal marah.”

“Gua gasuka penolakan.”

Laura lalu mengikuti langkah kaki Darrel dari belakang.

Sampai di mobil, mereka berdua benar-benar tidak mengeluarkan suara sama sekali. Hanya ada keheningan yang menyelimuti dua pasang remaja ini. Darrel menyukai ketenangan, dan lebih suka berdiam diri. Sedangkan Laura, ia suka tidak tahan dengan suasana hening seperti ini. Suasana yang membuatnya, merasa sangat frustasi.

Darrel menghidupkan lagu milik Olivia Rodrigo, yang berjudul Drivers license. Lagu yang akhir-akhir ini Laura sukai.

And I know we weren’t perfect

But I’ve never felt this way for no one

And I just can’t imagine how you could be so okay

Now that I’m gone

Guess you didn’t mean what you wrote in that song about me

‘Cause you said forever, now I drive alone past your street.

Laura menyanyikan lirik lagu itu sangat pelan, takut mengganggu Darrel yang focus menyetir.

“Lo, suka lagu ini?” tanya Darrel yang tiba-tiba membuat Laura terkejut. Darrel dapat mendengar suara nyanyian Laura. Meski sangat pelan. Menurutnya suara Laura tidak begitu sumbang.

“eh, em. Iya kak.” Jawabanya terbata-bata.

Darrel yang awalnya sudah memilih untu menutup pendaftaran anggota Harmony. Memberikn formulir sisa pada Laura karena Abian yang memintanya. Abian bilang bahwa Laura sangat suka bernyanyi, hobi Laura sejak kecil. Jadi dia memaksa Darrel untuk menerima Laura sebagai anggotanya. Jadi sekarang ia mengerti, tidak ada salahnya menerima satu anggota lagi.

“Ini kemana?”

“Di depan belok kiri kak”

Darrel segera membelokkan setirnya dan berhenti tepat di depan gerbang rumah Laura.

“Makasih ya kak, hati-hati dijalan” ucapnya sebelum turun dari mobil.

Darrel langsung pergi begitu saja saat Laura turun dan tidak mengatakan apa-apa.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status