Share

Enam

Laura keluar dari aula sendirian. Ia baru saja mengikuti rapat anggota baru Harmony. Tidak ada yang namanya pelantikan, seperti ekskul yang lain. Harmony hanya memiliki beberapa acara bersama, untuk menjaga solidaritas, serta kekeluargaan antar anggota.

Ekskul dimulai minggu depan, menyesuaikan dengan semua ekskul yang ada di SMA Nirmala. Setiap hari selasa dan sabtu, Laura akan pulang telat, karena mengikuti kegiatan ekskul yang diadakan diluar jam belajar sekolah.

Laura memulai langkah kakinya, meninggalkan aula yang kini sudah sepi.

“Kak Gara” teriaknya, ketika melihat Sagara membawa ranselnya keluar dari dalam kelas.

“Eh, Laura” sapa Sagara menghampiri gadis itu.

“Mau kemana nih kak, bolos ya?” tebaknya yang langsung disanggah oleh Sagara.

“Engga kok, ini mau latihan di Gor. Sekalian persiapan tanding bulan depan” jelas Sagara agar tidak salah paham.

“Ohhh, gitu toh. Maaf ya kak aku gatau, btw semangat ya! Aku bakal dukung kak Gara selalu!” mendengar suara antusias Laura membuat Sagara sedikit terkejut. Lalu tersenyum manis seperti biasanya.

“Makasih Laura…”

“Kalau gitu, aku duluan ya. Takut ditungguin anak-anak.” Pamit Sagara lalu meninggalkan gadis itu, Laura melambaikan tangannya, masih menatap punggung Sagara yang kian menjauh. Lalu hilang ketika ia berbelok menuju parkiran sekolah.

*Abian Ganteng”

Abian Ganteng: “Ngapain lo sendirian disana, senyum-senyum lagi. Udah gila lo?”

Dering ponselnya berbunyi, satu pesan masuk dari Abian membuatnya memalingkan wajah. Mencari-cari keberadaan Abian yang ia yakini sedang bersembunyi. Sepi, tidak ada siapapun disekitarnya.

Abian Ganteng: “Gausah nyariin gua gitu ah”

Laura Gistava: “Lo dimana? Bilang gak sekarang”

Abian Ganteng: “Yang jelas gua ga lagi dideket lo, Laura”

Laura lalu membuka tong sampah, yang berada sekitar lima belas meter darinya.

Abian Ganteng: “Heh… ngapain lo buka tong sampah, Maemunah…”

Abian Ganteng: “Gua bisa liat lo ya dari sini”

Laura Gistava: “Ya makanya lo liat gua darimana”

Abian Ganteng: “Keliatan dari kuku”

Laura mematikan ponselnya, tidak lagi menanggapi kejahilan Abian yang sudah mandarah daging.

Laura sudah berada di dalam kelas. Mendengarkan gurunya yang sedang menjelaskan materi. Kali ini, Laura tidak memainkan ponselnya. Ia mengikuti pembelajaran dengan baik. Mencatat, materi-materi yang penting menurutnya.

“Hukum memperhatikan Guru saat menjelaskan di depan kelas adalah wajib bagi para siswa” kalimat yang dilontarkan guru itulah, yang membuat hati Laura terbesit untuk berubah. Tapi semua itu tidak bertahan lama, lima menit setelah mencatat materi yang ada dipapan, Laura langsung kembali menutup bukunya karena bosan.

Bel pulang sekolah adalah deringan yang selalu membuat siswa-siswi kegirangan. Menghabiskan waktu selama delapan jam di sekolah benar-benar terasa menyiksa, terlebih pelajaran matematika yang membuatmu ingin mati setiap mencoba menghitung rumus dengan seksama namun hasilnya tetap saja salah.

“Nontonin Kak Sagara latihan yuk, di GOR” Laura mengajak Abian pergi ketika mereka sudah berada di parkiran bersama.

“Engga ah, ngapain. Gamau. Cuman latian doang juga, nanti kalau udah tanding baru gua mau ” jawaban tidak memuaskan dari Abian, membuat Laura marah. Ia mengancam tidak akan mau pulang bareng lagi dengan Abian. Membuat Abian pasrah, pasalnya jika ia ketahuan membiarkan Laura pulang sendirian, maka mamanya akan sangat marah.

“Yaudah iya, tapi bentar aja ya” ujar Abian lemas.

“Iya, janji deh cuma sebentar” sahut Laura dengan senyuman manis yang terlihat dari wajahnya, gadis itu sangat senang dan bersemangat untuk menonton Sagara.

Mereka berdua pergi, meninggalkan sekolah yang masih dipenuhi siswa-siswi yang menunggu jemputan.

Laura membeli satu botol air mineral, pada salah satu kios ketika mereka berdua sudah sampai di depan Gedung Olahraga yang berada tidak begitu jauh dari sekolah.

“Buat Sagara?” tanya Abian polos.

“Lo, mau?” tanya Laura, Abian menganggukkan kepalanya.

“Beli sendiri” jawaban Laura membuat Abian hampir mencekik gadis itu.

“Aaaaaaaa, Kak Gara!!! Semangat kak Gara” teriakan Laura, menggelegar di dalam GOR. Hingga Sagara yang focus bermain, bisa mendengarnya. Tidak terlalu ramai di GOR saat ini. Hanya beberapa orang yang mungkin punya waktu luang lebih banyak yang mau menonton latihan basket seperti ini. Termasuk Laura, yang siap memberikan seluruh waktunya untuk Sagara Wijaya.

Selesai latihan, Laura menghampiri Sagara. Diikuti oleh Abian yang memasang wajah malas, sekaligus kesal karena daritadi Laura mencampakannya dan focus berteriak untuk Sagara.

“Haiii kak,” sapa Laura berlari menghampiri Sagara.

“Haii Ra, oi Bi” sapa Sagara menepuk pundak Abian saat mereka sudah berhadapan.

“Cape ya kak?” Laura lalu mengulurkan tangannya, memberikan satu botol air mineral yang tadi ia beli bersama Abian.

“Makasih ra, jadi ngerepotin” ujar Sagara sambil menerima air tersebut.

“Banget” jawab Abian pelan, sangat pelan. Hingga dua orang itu mengabaikannya.

“Engga kok kak, santai aja. Iya kan Bi” Laura menyenggol lengan Abian, meminta persetujuan.

“Iya Gar, lo kan sahabat gua yang paling baik. Yang namanya sahabat, kan harus saling support” Abian memasang senyuman terpaksa, membuatnya terlihat sangat ketara dengan pandangan Sagara.

“Thank you bro” suara lemah lembut Sagara membuat Abian menggeli. Lalu tawa lepas akhirnya keluar dari mulut kedua cowok itu.

“Kak Gara mau langsung pulang?” tanya Laura saat mereka bertiga berjalan keluar dari Gor.

“Iya nih, udah ditungguin sama Fara” ujar Sagara, matanya terlihat berbinar ketika menyebut nama Fara yang entah siapa Laura tidak mengetahuinya.

“Ohhh gitu, yaudah yuk pulang juga Bi” ajak Laura menarik tangan Abian agar berjalan lebih cepat. Sejak tadi Abian terus berjalan dibelakang Sagara dan Laura, sudah seperti orang ketiga saja.

“Katanya mau mampir ke super market dulu” sahut Abian membuat Laura tersenyum, “Oh iya, lupa gua. Maafin” kata Laura melembut.

Tiba di parkiran, ternyata motor Sagara dan mobil Abian bersebelahan. “Kirain lo parkir disana” ujar Abian menunjuk tempat biasa mereka parkir jika kesini.

Sagara hanya cengengesan saja, tadi ia datang sedikit terlambat jadi parkiran disana sangat penuh. “Gua balik duluan ya” ujar Sagara yang sudah bersiap pergi dengan motornya itu.

“Hati-hati ya kak” kata Laura sambil melambaikan tangannya sebelum Sagara benar-benar pergi.

*

Abian dan Laura sudah berada di super market sekarang. Membeli bahan dapur, yang sudah habis.

Mengambil beberapa botol minyak goreng, Laura memasukkanya kedalam troli besar yang Abian bawa. Juga beberapa daging, sayuran, buah, serta bumbu dapur. Tidak lupa dengan cemilan yang mereka suka. Berkeliling, mengitari super market sambil bercanda.

Sesekali Laura duduk diatas troli, lalu didorong keras oleh Abian seperti anak TK bermain. Membuat video dan mengambil gambar ala-ala orang luar adalah kesenangan mereka. Mereka juga sempat menjadi bahan tontonan, karena Abian tidak sengaja menjatuhkan satu kaleng susu. Hingga isinya berhampuran, jadi mereka harus bayar ganti rugi. Selain itu mereka juga membantu membersihkan lantai karena murni kesalahan Abian. Laki-laki itu sama sekali tidak menyesali perbuatannya, ia malah menahan tawa ketika satpam menegurnya.

“Udah Ra? Segini aja?” tanya Abian, ketika mereka sudah menyelesaikan list yang ada didalam kertas.

“Iya udah semua kok” sahut Laura saat melihat semua barang yang harus dibeli sudah dicentang.

“Habis ini, mau kemana?” tanya Abian sambil mendorong troli yang sudah terisi penuh.

“Capek, pulang aja deh” sahut Laura yang memang sudah kelelahan.

Laura mengeluarkan semua barang-barang didalam troli untuk menghitung jumblah belanjaannya, “Banyak juga ya” ujar Abian pelan. Laura hanya mengangguk tanda setuju dengan apa yang Abian bilang.

Ketika semua barang yang dibeli sudah dimasukkan kedalam kardus besar dan beberapa plastic kantong, kasir itu mentotal jumlah pembayaran. “Totalnya jadi 4.565.000 mbak” ujar kasir itu dengan ramah.

“Buset” ucapan spontan Abian, membuat Laura dan pelayan kasir menoleh terkejut. Laura melototi mata Abian dengan tatapan tajamnya. Malu, sangat malu rasanya mengajak Abian kesini, sekarang banyak pasang mata lagi yang menatap kearah mereka.

Abian mengendarai mobilnya, “Pulang ke rumah lo dulu ya Bi” pinta Laura,

“Ngapain?” tanya Abian membuka pintu mobilnya.

“Bentar aja” Abian menuruti perintah Laura. Mengendarai mobilnya menuju rumahnya sendiri.

Perjalanan tidak begitu macet, entah karena apa alasannya. Laura mengambil beberapa kantong plastic tadi, membawanya masuk kedalam rumah Abian.

“Ngapain bawa itu masuk?” tanya Abian saat Laura membawa belanjaan mereka tadi masuk kedalam. Perempuan itu tidak menyahut, ia bergegas ke dapur dan meletakkannya ke kulkas.

“Pantesan lo belanja banyak banget. Di sedekahin ke rumah gua toh” ujar Abian sambil tertawa.

“Kasian gua liat lo soalnya. Sendirian di rumah gede begini, kaga serem apa” Laura lupa bahwa dirinya juga tinggal sendirian, bisa-bisanya dia malah meledek Abian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status