Share

Tujuh

Abian mengirim pesan, meminta Laura untuk datang ke atap sekolah. Abian memilih bolos karena malas belajar matematika. Membuatnya pusing menghitung rumus-rumus matematika yang rumit. Sedangkan Laura merasa bosan karena jam kosong di kelas.

Laura melangkahkan kakinya menaiki satu persatu anak tangga. Lalu membuka pintu rooftop yang tertutup, ia mendapati Abian yang berdiri membelakangi tubuhnya. Mendengar suara langkah kaki, membuyarkan lamunan Abian. Laura melangkah sambil tersenyum,menghampiri Abian yang sudah menunggunya.

Lalu mereka berdua duduk diatas kursi panjang, berwarna coklat. Abian mengeluarkan satu kantong totebag yang ia bawa, mengeluarkan satu kotak makanan.

“Lo sakit Bi?” tanya Laura binggung, ia menaruh tangannya diatas kening Abian. “Ga panas kok” ujar Laura.

Ia tidak pernah melihat Abian membawa bekal dari rumah sebelumnya. Abian hanya melirik ke arah Laura sekilas, lalu membuka kotak makan yang ternyata ada nasi goreng didalamnya. Abian memakan satu sendok nasi gorengnya. “Engga, ini Nayla yang buatin” jawabnya, masih sambil makan.

“Cobain nih,” Abian lalu menyuapi satu sendok nasi goreng itu pada Laura.

“Enak…” puji Laura sambil menganggukkan kepalanya.

“Bi, kayaknya nih ya, Kak Nayla itu suka sama lo” celetuk Laura tiba-tiba. Abian mengerutkan dahinya, tidak mengerti apa yang Laura katakana.

“Iya Biiii, logika aja nih. Mana ada cewek yang mau nemenin lo latihan renang sampe malem, bolehin lo nyontek PRnya, bantuin lo buat tugas sekolah, minjemin lo catetan materi. Dan bahkan, masakin lo sarapan kaya sekarang” ucap Laura menggebu-gebu.

Nayla adalah teman sekelas Abian, perempuan cantik, pandai, dan polos itu adalah Primadona SMA Nirmala.

Nayla termasuk kedalam perempuan kutu buku yang tidak banyak bicara. Sifat polosnya membuat ia disukai banyak orang.

“Mana ada cewek yang mau buang-buang waktunya, kalau bukan karena dia suka cowok itu” Abian hanya membiarkan Laura berbicara sesuka hatinya.

“Kak Nayla cantik, kenapa sukanya sama cowok modelan kaya lo gini coba” Abian menepuk kepala Laura pelan, “Ya gua kan ganteng, mana ada cewek yang gasuka sama gua” ucap Abian percaya diri.

“Ganteng??? Muka mirip barongsai gini lo bilang ganteng” teriak Laura keras.

“Ya seperti yang lo bilang, cewek cantik kaya Nayla kenapa bisa suka gua, kalau gua ga ganteng”

“Mungkin aja kan, lo pelet dia biar suka sama lo”

“Gila aja lo, mending gua pelet Anya Geraldine biar Bahagia” ucapnya asal. Abian menutup kotak nasi gorengnya yang sudah habis, lalu memasukkannya kembali kedalam totebag yang ia bawa.

Laura berdiri, lalu berjalan menuju tembok pembatas. Matanya memperhatikan gedung-gedung besar yang ada di sekolahnya. Laura diam menutup matanya, membiarkan hembusan angin meniup rambutnya.

Abian yang tadi masih duduk, ikut berdiri di sebelah Laura. Menatap wajah Laura yang sedang menutup mata. Memperhatikan wajah Laura yang terlihat polos ketika ia tidak banyak bicara. Olesan tipis lip tint berwarna peach, yang ia gunakan untuk menutupi bibir pucatnya.

Abian berjanji, tidak akan membiarkan seorang pun menyakiti Laura. Ia akan selalu berada di sebelah Laura, memberikan pelukan hangat ketika Laura merasa dingin. Memberikan bahunya untuk Laura bersandar ketika rapuh. Dan memberikan segenap hatinya ketika Laura membutuhkan cinta.

Abian akan selalu menjaga Laura, dan menjadi orang pertama yang akan mengulurkan tangannya ketika Laura jatuh.

Abian tersenyum, “Kenapa?” Laura membuka matanya, lalu menoleh kearah Abian.

“Kangen mama sama papa” Jawabnya jujur.

“Biasanya mama bakal buatin gua sarapan sebelum berangkat sekolah. Terus papa yang bakal anter ke sekolah”

“Sekarang, mereka berdua sibuk. Gua sendirian” ucap Laura sembari menghembuskan nafasnya kasar.

“Mereka kerja, kan buat lo juga” Abian mengerti bagaimana perasaan Laura sekarang. Pasalnya, ia juga merasakan hal yang sama. Kesepian, Abian selalu sendirian ketika di rumah. Suara sambutan dari mamanya ketika Abian pulang sekolah, tak pernah ia dengar lagi.

“Iya, tapi emangnya gua salah kalau kangen mereka? Gua ga pernah minta mereka buat tinggalin pekerjaanya kok. Gua cuma kangen aja sama keluarga gua yang dulu” Laura menatap Abian dalam sebelum melanjutkan kalimatnya, “Emangnya lo engga kangen orang tua lo?” Abian hanya diam, membiarkan hatinya yang menjawab pertanyaan itu.

Setiap hari ia berdoa, agar orang tuanya bisa pulang ke rumah. Menyelesaikan pekerjaanya dengan cepat, agar mereka bisa bersantai bersama. Abian sangat rindu berlibur dan menghabiskan waktunya dengan mama dan papanya.

Ponsel Laura berdering, ada telpon masuk dari Dezora. “Hallo” sambung Laura,

“Lo dimana? Balik sekarang, ada guru di kelas” mendengar itu Laura segera mengakhiri sambungan telepon, ketika ia sudah selesai mengatakan oke.

“Gua balik duluan ya, ada guru di kelas kata Zora” belum sempat membalas, Laura segera berlari kelimpungan.

“Hati-hati” teriak Abian yang dibalas jempol oleh Laura.

Kini, Abian kembali merasakan suasana sepi. Ia mengambil ponselnya dan membuka geleri foto. Jari tangannya menyentuh satu foto yang tadi sempat ia ambil. Foto Laura saat ia diam tadi.

“Cantik” puji Abian sambil tersenyum.

Abian mengambil totebag yang ia taruh di kursi tadi, dan membawanya turun ke kelas. Abian berjalan santai, dengan mengayunkan totebag yang ia bawa di tangan kanan. Langkahnya terhenti ketika guru matematika yang ia hindari tadi, baru saja keluar dari kelasnya.

Abian lalu bersembunyi di belakang tembok, mengintip apakah gurunya sudah pergi menjauh atau belum. Ketika rasanya guru matematika itu sudah pergi, Abian kembali melanjutkan jalannya.

Mendengar suara ramai dari dalam kelas, Abian sengaja membuka pintu dengan keras. Sehingga semua temannya terkejut,

“Anjing! Kirain guru” celetuk salah satu teman sekelasnya. Abian hanya tertawa, lalu berjalan kearah tempat duduk Nayla.

“Makasih ya, nasi gorengnya enak” Nayla mengambil totebag itu, lalu tersenyum senang.

“Iya sama-sama. kalau kamu suka, besok mau aku buatin lagi?” tanyanya pelan, takut ditolak Abian.

“Selagi lo engga ngerasa direpotin aja sih” sahut Abian memandang perempuan itu.

“Engga kok, engga ngerepotin sama sekali. Jadi besok aku buatin lagi ya” Abian mengangguk, lalu pergi meninggalkan Nayla. Dan mengambil posisi duduk di mejanya sendiri.

“Dari mana aja lo, Bi” tanya Sagara yang duduk di depan Abian.

“Kepo banget sih” Abian lalu mengeluarkan buku tulisnya, dan bersiap untuk pelajaran selanjutnya.

“Tadi ada tugas engga?” Sagara menggeleng. Sama seperti Sagara, Darrel juga menggeleng ketika Abian menoleh padanya. “Ohhh, bagus deh.”

Di meja paling depan, Nayla terus saja menyunggingkan seulas senyum pada bibirnya. Ia merasa sangat senang sekarang. Abian suka nasi goreng buatannya, rasanya ia sudah seperti terbang ke atas langit.

Degup jantungnya kini mulai berdetak sesuai irama, tadi ia merasa jantungnya akan copot ketika Abian dengan senyuman indahnya. Untungnya Nayla bisa memposisikan diri, dan tidak terlihat salah tingkah di depan Abian. Banyak cowok-cowok di SMA Nirmla yang menyatakan cinta pada Nayla, tapi sayangnya semua cowok itu ia tolak, Nayla hanya menunggu pernyataan cinta dari orang yang ia sukai sejak dulu, yaitu Abian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status