Share

HARMONY
HARMONY
Author: kajede10

Satu

Suara deringan alarm mampu membangunkan Laura yang tertidur lelap. Ia segera bergegas mandi dan memakai seragam sekolahnya. Laura merasa sedikit lesu pagi ini, ia baru bisa tidur pukul dua pagi karena harus mengerjakan tugas akhir Masa Orientasi Sekolah.

Satu minggu penuh kekesalan karena tingkah laku panitia MOS yang menyebalkan. Satu kelompok harus memiliki rasa solidaritas yang tinggi, jika salah satu anggota melakukan kesalahan semua anggota yang akan terkena hukuman.

Hari ini adalah hari penutupan MOS, semua siswa kelas sepuluh baru diwajibkan untuk hadir dan mengikuti upacara bendera. Terik sinar matahari yang menyengat membuat banyak siswa kepanasan sambil menggerutu.

“Panas banget ih, capek deh” suara bisik-bisik Dezora membuat Laura menganggukkan kepalanya setuju.

“Sabar, bentar lagi selesai kok” jawab Laura pelan.

“Apaan, nih udah hampir setengah jam pembina upacara ngasih amanat, lama banget dah”

“engga cape apa ngomong terus” cerca Dezora kesal. Abella yang berdiri di disebelah Dezora hanya diam tidak bersuara, tetap tegap mengikuti upacara hingga selesai.

Upacara penutupan MOS berakhir pukul Sembilan pagi, mereka bertiga memutuskan untuk istirahat di kantin. Mereka bertiga memilih untuk tetap berteman karena sekarang mereka satu kelas juga. Yang namanya takdir memang tidak pernah salah.

“Mau makan apa? Biar gua yang pesen” kata Dezora sambil merekomendasikan nasi goreng bi Mumun, yang berada di barisan paling timur.

“Yaudah deh nasi goreng aja” jawab Laura dan Abella bersamaan.

Makanan pun tiba, tiga piring nasi goreng ekstra telor ceplok, yang menjadi makanan legendaris di sekolah ini.

“Enak banget..” teriak Laura saat memasukkan satu sendok nasgor kedalam mulutnya.

“Bener kan, gua mana pernah bohong soal makanan”

“Lo dapet rekomendasi darimana?” tanya Abella penasaran. Sebab dari satu minggu mereka menginjakkan kaki di sekolah ini, mereka bertiga belum pernah makan dikantin. Karena diharuskan untuk membawa bekal dari rumah.

“Dari kakak sepupu, dia sekolah disini”

“Hahhh… kok gapernah bilang lo ada sepupu disini” Laura berbicara dengan sangat heboh hingga beberapa pasang mata menatapnya. Dezora tidak pernah cerita bahwa ia punya kakak sepupu yang sekolah disini.

“Siapa sih? Kelas berapa?” belum sempat menjawab pertanyaan dari Abella, perhatian mereka bertiga teralihkan oleh kedatangan tiga cowok ganteng yang baru saja memasuki area kantin. Abian Randika, Darrel Sadewa, Sagara Wijaya, tiga cowok paling popular yang duduk dibangku kelas 11-1.

Semua siswa-siswi yang ada di kantin, menatap kehadiran mereka dengan terpesona. Bahkan Laura dan Dezora sampai manganga melihatnya.

“Gua tau gua emang ganteng ra, tapi biasa aja dong liatnya. Sampe mangap gitu, tar lalat masuk baru tahu rasa” suara serat cowok itu membuat Laura terkejut,

“Apaan sih, lagian gua ga liatin lo ya” jawab Laura cepat. Abian duduk disebelah Laura diikuti oleh Darrel dan Sagara yang duduk dihadapannya sekarang.

“Lu ngapain sih disini” ujar Laura pelan ditelinga Abian, berharap dua laki-laki lain itu tidak mendengarnya.

“Ya kenapa? Emang ini kantin punya nenek buyut lo apa” sahut Abian dengan suara keras.

“Engga sih, tapi lo kan bisa cari tempat duduk lain” Laura menendang kaki Abian agar berbicara pelan-pelan saja.

“Udah penuh semua,” Laura dan Abian masih terus beradu mulut. Laura yang kesal baru saja akan melemparkan makian pada Abian tapi tidak sengaja netra matanya melihat Sagara yang sedang menatapnya.

“Kita gabung ya, meja yang lain penuh” suara lembut dari Sagara membuat Laura memberikan seulas senyuman pada bibirnya.

“Iya kak, gapapa santai aja” kini Laura benar-benar merasa salah tingkah karena ditatap oleh Sagara.

Jawaban Laura pada Sagara sangat berbanding terbalik saat ia berbicara dengan Abian. Jika dengan Abian ia bicara dengan keras dan ngegas, maka jika dengan Sagara ia akan mengubah intonasi suaranya menjadi lebih halus dan lembut.

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di SMA Nirmala, pandangan Laura tidak luput dari cowok tinggi yang sering bermain basket di lapangan sekolah. Sagara adalah atlet basket sejak SD, dan saat ini akan diangkat menjadi kapten tim basket.

“Oooh iya, udah pada daftar ekskul apa aja?” tanya Sagara pada tiga gadis yang satu meja dengannya.

“Gua sih ciliders aja kak” jawab Dezora sambil meminum jus alpokat miliknya.

“Bahasa inggris,” Abella memang sangat suka belajar, maka ekskul yang dia pilih masih tetap dibidang akademik.

Semua orang yang duduk disana kini menatap Laura yang tak kunjung memberikan jawaban.

“Lo udah milih ekskul kan ra?” tanya Sagara menatap kearahnya.

“Masih bingung nih kak, pengen cari no ribet, yang penting sih no akademik dan no olahraga berat, hehe” sahut Laura, diiringi kata hehe dibelakang kalimatnya.

“Renang dong kalau gitu” jawab Abian asal, merekomendasikan ekskul renang, karena ia adalah ketua dari ekskul tersebut.

“Renang kan tinggal nyemplung aja di kolam, ga susah dan santai banget” lanjut Abian.

“Lo mau liat gua mati kelelep ya, gua kan gabisa renang” jawab Laura kesal.

“Kan bisa belajar, semuanya juga butuh proses kali. Orang pinter perlu belajar, ga mungkin baru lahir udah bisa jawab soal matematika” ujar Abian sok bijak.

“terus ekskul apa dong?” tanya Sagara,

“Aku jawabnya nanti aja ya pas udah nentuin” ujar Laura.

Bel pulang sekolah berbunyi, Abian mengajak Laura untuk pulang bersamanya.

Jalanan yang padat, tidak membuat Abian takut untuk memacu gas motornya dengan kecepatan maximal, “Abian lu gila ya!!!” teriak Laura yang tidak dihiraukan oleh Abian.

Dada Laura membentur bahu Abian yang baru saja mengerem mendadak, Abian benar-benar tidak mendengar ucapan Laura, dia hanya bisa pasrah sambil memejamkan matanya, merapalkan doa-doa agar selamat sampai di rumah. Hingga Abian memarkirkan motornya di halaman rumah Laura. Laura turun dari motor dan menoyor kepala Abian dengan keras.

“Gila ya lo, tadi kalau kita kenapa-kenapa gimana?” ucap Laura setelah menahan rasa takut saat di jalan tadi.

“Ya tapi kan akhirnya juga selamat sampai tempat tujuan” Abian langsung melongos masuk kedalam rumah Laura yang sepi.

“Gua mau ganti baju dulu” Laura langsung naik tangga menuju kamarnya, sedangkan Abian duduk di sofa ruang tengah dengan kaos hitam yang ia pakai.

Laura turun dengan baju kaos biasa dan celana pendek, membawa satu bungkus cemilan yang baru saja ia ambil dari dapur.

“Kok cuman bawa satu? Buat gua mana?” kata Abian bertanya-tanya.

“Lo kan punya kaki buat jalan, punya tangan buat ambil. Jadi jangan manja udah gede” ketus Laura lalu mendudukkan dirinya diatas sofa.

“Tapi gua kan tamu disini” ujar Abian mengeluh, ia ingin dilayani layaknya tamu sungguhan.

“Peduli banget lo soal itu, biasanya juga ambil sendiri sesuka hati” lagi-lagi Laura menjawab dengan ketus.

Berdebat dengan Laura memang tidak ada habisnya, Abian mengalah dan mengambil cemilan yang ia suka.

Tiga bungkus cemilan besar, satu kotak beng-beng dingin serta minuman jeruk yang Abian bawa membuat Laura terkejut.

“Lo dikasih ambil sendiri, malah ngelunjak ya” Laura terkejut saat Abian meletakkan makanan itu diatas meja.

“kenapa sih? santai aja kali. Lo kan masih bisa beli lagi kalau habis” jawaban yang sangat simple.

Abian dan Laura menonton serial kartun siang yang disiarkan di TV sambil memakan cemilan.

“Gua mau ikut ekskul chiliders aja kali ya?” Abian yang sedang minum tersedak mendengar ucapan Laura yang tiba-tiba.

“Lo kan gaboleh panas-panasan Laura Gistava”

“Tar yang ada sakitnya kambuh” jawaban Abian membuat ia sadar.

“Tapi gua pengen bisa deket-deket sama kak Sagara, gimana dong”

“Bukannya lo suka nyanyi ya? Kenapa ga ikut ekskul Musik aja” tanya Abian sambil membuka satu bungkus kacang kulit yang ada ditangannya.

“Iya juga ya, tapi takut ah, ketuanya Kak Darrel. Salah dikit gua bakal diomelin pasti, udah jutek serem lagi. Poin plusnya cuma karena dia ganteng aja”

“iya sih, Darrel gasuka sama cewek banyak omong, alay, lebay. Yang kaya lo gini nih, cewek yang paling dihindari Darrel”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status