HAPPY READING“Hai Anjani, ini saya Richad. Tolong save nomor saya.”Anja lalu membalas pesan singkat itu, “Iya.” Ia menyimpan nomor bos nya Ia mengubah posisi tidurnya menyamping, lalu ponselnya bergetar di sana tertera nama “Pak Richad Calling” Oh God, kenapa pak Richad menelfonnya jam segini. Ok, mungkin kedengarannya tidak sopan, inginnya tidak mengangkatnya. Namun dia adalah bos nya di kantor, mau tidak mau ia harus mengangkat panggilan itu.“Iya, halo,” sapa Anja.“Hai, kamu lagi apa?” Tanya Richad.“Saya mau tidur.”“Maaf, saya menganggu kamu.”“Ah, tidak apa-apa pak. Ada apa pak?”“Saya hanya mau tanya, apa kamu sudah menyimpan nomor saya?”“Iya, sudah.”“Kenapa tidak ada foto profil kamu.”“Karena saya tidak memakai foto profil sejak lama.”“Really? Why?”“Entahlah, saya memang tidak tertarik menggunakan profil WA saya, awalnya coba-coba saja tidak menggunakannya. Namun semakin ke sini, saya lebih nyaman menggunakannya. Kalau pasang foto profil saya selalu berpikiran, ‘ah sa
HAPPY READING“Terus.”“Kelihatan banget kalau pak Richad suka sama ibu.”“Ah, masa sih? Masa pak Richad mau sama saya yang karyawan gini.”“Pak Richad pasti cari yang selevel sama dia, saya nggak mau ngarep,” ucap Anja lagi.“Ah, nggak mungkin lah bu, ini tuh beda, kita lihat tatapannya pak Richad terhadap ibu saja berbeda. Buat apa pak Richad repot-repot ngasih kopi buat ibu, ngajakin makan siang,” ucap Nia lagi.“Kalian terlalu berlebihan, udah sana-sana kerja. Jangan termakan gossip yang tidak-tidak. Pokoknya saya dan pak Richad itu nggak ada hubungan apa-apa. Kemarin dekatnya karena saya mendepat klien besar seperti pak William. Itu saja,” ucap Anja menjelaskan.“Ah nggak mungkinlah sekedar itu aja. Ibu tuh cantik dan wajar kalau pak Richad suka .”“Udah ah jangan bahas lagi. Cuma kopi doang. Kalau mikirnya pak Richad suka sama saya, aneh tau.”“Dari kopi turun ke hati bu,” timpal Tio.Anja tertawa, “Ah, kamu ada-ada saya.”“Klien kita pak Hendra sudah kamu follow up belum?” Tany
HAPPY READING“Sudah mau pulang?” Tanya Anja ia menyapa hhanya sekedar basa basi.“Iya, bu ini mau pulang, maklum pejuang KRL,” ucap Tio sambil tertawa.“Semangat ya pulangnya,” Anja tertawa, ia tahu kalau betapa ribetnya transit di stasiun itu, mau tidak mau penumpang kereta harus melewati proses uji coba utak atik kebijakan system ke depan yang lebih baik.“Kita pulang dulu ya bu,” ucap Tio dan Nia.“Kalian hati-hati di jalan.”Anja melihat kepergian Tio dan Nia, ia membuka leptopnya lagi, ada pekerjaan yang harus ia kerjakan. Lagian jam pulang kantor juga masih macet, ia single dan tidak ada yang harus ia kejar. Lagian pak William juga tidak menghubunginya untuk datang malam ini.Anja melihat ruangan tampak sepi, hanya ada beberapa orang staff yang masih di meja kerjanya, ada yang sambil telfonan sama anak dan istri, ada yang biasa menunggu macet, ada IT yang masih belum pulang, karena kerjaanya memang selalu malam..Anja melanjutkan pekerjaannya, teringat kata-kata pak Richad, ba
HAPPY READING***“Kamu suka baca?” Tanya Richad.“Enggak,” ucap Anja sambil terkekeh.“Kamu ngajak saya ke perpustakaan nasional, tapi kamu sendiri nggak suka baca.”“Penasaran aja isinya kayak gimana. Mumpung ada kamu juga kan buat diajakin pergi.”“Uh, dasar ya kamu.”“Kamu suka baca nggak?” Tanya Anja.“Suka sih, dulu, jaman kampus. Sekarang sih nggak sibuk kerja, kadang-kadang saja,” ucap Richad terkekeh.Mereka menyesap sambil melihat ke arah depan, singer pun mulai bernyanyi, Richad melirik Anja yang bernyanyi mengikuti alunan lagu.“Kamu bawa mobil?”Anja mengangguk, “Iya, bawa. Kenapa?”“Saya pikir tidak bawa mobil, saya ingin antar kamu pulang.”“Sayangnya saya selalu bawa mobil, karena kerjaan saya marketing yang mengharuskan saya keluar lapangan.”“Oke, noted.”“Kamu tinggal di mana?” Tanya Anja penasaran.“Pondok Indah.”“Tinggal sama orang tua?”“Umur saya sudah segini Anja, masa saya tinggal sendiri,” ucap Richad sambil terkekeh.“Pasti rumah kamu bagus.”“Tergantung ka
HAPPY READINGBlind date seperti ini sudah beberapa kali ia rasakan, dan semua kandidatnya dari rekan bisnis orang tuanya. Ia terpaksa datang, karena mama mengatakan bahwa ini merupakan terakhir kalinya ia akan menjodohkannya. Ia kembali berpikir, bahwa nama Livy tidak asing di telinganya, sepertinya ia pernah bertemu, namun ia lupa siapa wanita itu. Oleh sebab itu ia hadir di table ini demi rasa penasarannya. Who's she?Ia melihat jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 18.55 menit, ia memang sengaja datang lebih awal, karena ia ingin tahu siapa Livy sebenarnya. Ia tahu bahwa orang tuanya selalu saja ada motif untuk dijodohkan untuknya. Baginya tidak ada motivasi menarik tentang pemilihan pasangan hidup. Bahkan ia lebih baik tidak menikah dari pada menikah dengan orang yang salah.Ia tidak ingin pasrah menerima prihal jodoh yang tidak sesuai. Jika ia ragu, wanita itu orangnya tidak asyik, dan tidak menarik, ia tidak menemukan sosok yang ia cari selama ini, just leave it. Ia
HAPPY READING***“Kalau yang santai, perusahaan ontime, mungkin perusahaan ini lebih cenderung untuk sehat, dan menghargai waktu karyawan. Tapi untuk saya yang sekarang, lembur oke dan on time juga nggak jadi masalah,” ucap Anja, ia melihat Richad membuka ruangannya.Anja melihat Richad membuka pintu officenya, “Saya tunggu di luar saja,” gumam Anja.“Kamu masuk aja.”Anja menelan ludah, ia melihat Richad, tatapan itu menyuruhnya masuk. Padahal dia hanya mengambil kunci saja. Ia perkirakan mengambil kunci hanya beberapa detik, bukan berjam-jam lamanya. Anja mau tidak mau, ia mengikuti perintah dan masuk ke dalam ruangan, ia memandang ruangan Richad, ruangannya memiliki penerangan yang baik. Ia mengobservasi di sebelah kiri jendela kaca terbentang, yang di tutupi oleh horden vertical blind berwarna abu-abu, senada dengan warna sofa. Di sebelah itu ada kursi, ia melihat meja kerja Richad yang tampak rapi, mungkin sekretaris Richad yang merapikannya. Ia teringat kalau Richad akan mengga
HAPPY READING***Anja terdiam memperhatikan Richad, ia melihat jam di tangannya menunjukan pukul 19.20 menit, “Saya harus pulang,” ucap Anja, sejujur ia hampir gila memikirkan ciuman yang telah mereka lakukan beberapa detik yang lalu, dan ciuaman itu masih terngiang-ngiang dalam ingatannya. Ia tidak mengerti kenapa pria itu menciumnya secara berutal seperti itu, hingga controlnya semua hilang.“Anja.”Anja menoleh memandang Richad, “Iya.”“Bagimana dengan ciuman kita?” Tanya Richad sebelum Anja keluar dari ruangannya.Anja tidak menyangka kalau Richad akan membahas ciuman mereka, ia menarik nafas beberapa detik, “Apa kamu mau, kita membahasnya?”“Iya, karena saya sudah merasakan kamu mencium saya balik.”“Terus kamu maunya bagaimana?” Tanya Anja lagi.Richad mendekati Anja, ia melihat iris mata bening itu, ia meraih jemari itu, ia genggam erat, “Saya ingin kamu settell sama saya.”Jantung Anja berdegup kencang ketika pria itu mengatakan settlell, dan ia harus menetap. Ia merasakan Ri
HAPPY READING***Wiliam memperhatikan Livy, ia tidak menyangka bahwa mama ingin menjodohkannya dengan wanita satu ini. Oke, ia akui dia cantik, dan sekarang tumbuh dewasa. Livy itu anak dari salah satu stasiun TV swasta, kalau tidak salah dia tiga bersaudara, dan Livy ini anak terakhir.Ayahnya tercatat sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes. Saat ini ayahnya sebagai komisaris di Media Teknologi yang merupakan salah satu perusahaan konglemerat yang berpusat di tower SCTI Senayan City dan merupakan teman dari ibunya.Ia tahu bahwa mereka memang susah-susah gampang untuk mencari pasangan, karena ia harus mencari yang sepadan dengan keluarganya. Jika hanya cantik, semua wanita sangat banyak seperti itu. Silih berganti orang tuanya menjodohkan dia, namun belum ada satupun menarik perhatiannya.Jujur sejak kecil ia sudah di doktrin oleh keluarganya, jika ia harus mencari wanita yang sepadan dengannya, dalam artian yang sepadan dengan kekayaan keluarga mereka. Otomatis ia harus me