Sejak kejadian malam seminggu yang lalu itu Dinda tidak lagi bertemu dengan Kairo dan Edgar, rumah besar itu tampak tidak berpenghuni namun mobilnya tampak terparkir disana.
Padahal Dinda keesokan harinya setelah malam itu dan kaca jendelanya sudah dibenarkan pihak kos-kosan, Dinda berinisiatif membawa banyak sekali snack untuk Edgar dari tempat ia bekerja ingin memberi ucapan terimakasih karena Kairo ayahnya sudah membantu Dinda.
Sebenarnya sih merasa tidak enak hati mau memberi seperti itu takut Mamanya Edgar salah paham, tapi mungkin dia akan memberikannya dengan mengajak Edgar nongkrong di teras kos-kosan bersama Melana namun sampai hari ini belum juga dilakukan bahkan snacknya sudah hampir habis dimakani Melana.
Melana pun mentertawakan dia, bisa-bisa menunggu anak dari bapak-bapak yang menjadi hero, bisa-bisa di tuding pelakor kamu Din.
***
Malam ini Dinda mendapatkan giliran pulang cepat dari mini Market sebab jika weekend sang pemilil biasanya akan ada disana untuk menjaganya.
Dinda pun memutuskan segera pulang ia lihat pada waktu pukul 7 malam, masih cukup terang lebih baik pulang jalan kaki sekalian mampir disebuah tempat penjualanan makanan dipinggiran jalan sebelum masuk komplek perumahan di mana kos-kosannya berada.
Melintasi jalur pejalan kaki gadis itu pun berjalan disana memotongi gang-gang yang bisa menembus langsung ketempat tujuan. Ia pun sampai ditempat penjual makanan, memesan beberapa menu sekalian pesanan Melana yang sudah sampai dikosan, hingga tidak lama ia pun bergegas pulang.
“Hallo, kenapa Mel, aku sudah pulang ni!” Dinda tampak mengangkat telepon tanpa menyurutkan langkahnya.
“Makanan aku jangan lupa ya!”
“Hemmm...tolong strikain sekalian baju aku ya, love you Melan, bye...” Dinda pun tertawa mematikan panggilannya.
Tinnn....
Tanpa Dinda sadari seseorang memperhatikannya dijalanan, kini sebuah mobil mengklakson lalu berhenti, lampu sorotnya membuat Dinda memicingkan matanya sebab silau, dari pencahayaan lampu mobil yang masih menyala seorang laki-laki berkemeja rapi turun.
Dinda sungguh terkesiap, Kairo keluar dari sana sebuah mobil lain dan berjalan kearah Dinda, lelaki itu menunjuk tanpa suara pada Dinda membuat Dinda bertanya-tanya ada apa?
“Ke-kenapa?”
“Tas kamu terbuka.” Ucap lelaki itu menatik tas selempang Dinda dari belakang. “Saya juga membeli makanan disana, dan saya lihat dari kamu sampai ditempat penjual makan tas kamu sudah terbuka.”
Dinda pun panik sungguh dia tidak tahu, segera memeriksa barang-barang didalam tasnya, “Ya Tuhan, Dompet sama Tab saya tidak ada...bagaimana bisa tidak sadar, kapam terbukanya...” Dinda begitu paniknya, ia pun melewati Kairo segera pergi untuk mencari dijalanan yang tadi ia lewati mungkin terjatuh disana sebab mungkin kelalaian dia yang tidak mengancing tas.
Kairo pun mematikan mobilnya segera mengikuti Dinda yang berjalan begitu cepat, lelaki itu berusaha mengimbangi melangkah besar. “Tunggu!” Panggil Kairo membuat Dinda yang gusar pun menoleh. “Lihat tas kamu masih terkancing relsletingnya itu disayat menggunakan sebuah benda tajam, coba kamu ingat kapan terakhir barang-barang kamu ada, bisa saja terjadi ditempat kamu terkahir kali berada atau mungkin seseorang mengikuti kamu dijalan kamu tidak sadari dicopet.”
Dinda melihat tas-nya, benar ini adalah bekas sayatan, “Tadi saat pulang saya sempat mengambil uang untul membeli makanan jelas dompet itu masih ada dan tablet itu juga.” Dinda pun berkaca-kaca nyaris hampir menangis sebab segala kartu-kartunya ada disana, jika tentang uang dalam dompet mungkin tidak seberapa namun tanda pengenal hingga kartu bank semuanya disana. “Baiklah saya mau coba cari dijalan dan kembali ke toko tempat saya bekerja mungkin saja ada terjatuh disana tas saya tersangkut dan tersayat sesuatu.”
Dinda pun meninggalkan Kairo, dan lelaki itu pun kembali ke mobilnya, Dinda melewati jalanan tempat ia melintas tadi mengamati setiap apa yang tergeletak dijalanan, sungguh ia begitu frustasi kehilangan barang seperti ini artinya ia harus meluangkan waktu untuk mengurusi semuanya lagi.
Sampai dipertigaan Dinda menoleh lelaki bernama Kairo itu ternyata mengikutinya, Dinda tidak peduli mungkin perasaanya saja bjsa saja hanya sebuah mobil yang sama, ia pun segera menyebrang ke mini market tempat bekerjanya yang masih buka itu segera menyebrangi jalan dan berlari-lari masuk kedalam sana.
Setengah jam berlalu Dinda pun keluar lagi dari mini market itu, tampaknya ia menangis disana terlihat. ia menyeka air matanya bisa ditebak barangnya yang hilang tidak ada.
Dinda segera memanggil seorang tukang ojek didepan mini market dan segera pergi dari sana, Kairo yang terparkir disana tidak dilihat lagi oleh Dinda pun segera melajukan kembali mobilnya.
***
Sesampai dihalaman kos-kosan Dinda pun turun dari ojek, “Kakak Dindaaaaaa!” Teriak seorang anak dari pagar rumahnya.
Dinda pun menoleh, Ya, itu Edgar dia ada disana sedang berdiri-berdiri dipagar, Dinda pun melambai rumah itu hari ini tampak ada kehidupan lampunya menyala Dinda pun menyebrangi jalam menyapa Edgar, ia lihat mobil yang dikendarai Kairo belum sampai.
“Kamu sama siapa, sama mama ya? Sudah lama kakak nggak lihat kamu, kemarin kakak mau kasih Edgar sesuatu buat Cia juga.”
“Sama Oma tu lagi didalam, Oma baru aja hanterin Edgar, kan papa hari ini pulang dari Bali, kemarin Edgar dirumah Oma dijemput Oma lain...Edgar nggak suka, terus Edgar minta jemput Oma Nia minta pulang.”
Dinda terperangah, mencoba mencerna, “Mama—“
“Sssstttt....Oma nanti marah, jangan tanya-tanya Mama.” Edgar berbisik.
Dinda terperangah, apa maksud ucapan Edgar artinya Mamanya tidak ada dirumah itu? Maksudnya gimana sih, Dinda pun menggaruk dahinya, “Dinda ih rese’ amat sih lu, ingin tahu istri dari orang lain.”
“Ya sudah kak Dinda pulang dulu ya, besok kak Dinda bawain sesuatu buat Edgar.” Dinda pun melambai pergi cepat-cepat sebelum bapak anak itu sampai disana dan berfikir yang aneh-aneh.
Dinda pun segera naik ke lantai atas kamar kos-kosannya, saat ia hendak membuka pintu ia pun melihat mobil yang Kairo gunakan tadi sampai didepan rumahnya.
Dinda tidak mengindahkan tidak ada urusan pula lagi pula kepalanya seakan ingin pecah atas barang-barangnya yang hilang Dinda pun segera masuk kedalam.
***
Selamat malam Melana ucap Dinda di tempat tidur pada Melana yang sedang menonton drama dilaptop. “Anjirrrrr geli banget Dinda, sinting kamu ya! Efek dompet hilang jadi sableng, besok libur dah segera selesain semuanya.”
“Kamu nggal tahu rasanya mau pecah kepala aku tahu.”
Dinda yang sudah terlentang pun duduk ingat sesuatu, 'Kairo' seketika ia mengibas sedikit gordennya dan pemandangan itu pun yang hanya sepintas melintasi otaknya benar ada disana.
Lelaki dalam cahaya tamaram yang hanya tampak sebagian tubuhnya jika dilihat dari jendela ada disana.
Dinda pun menjatuhkan tubuhnya lagi, jelas sekali pasti dari kediaman lelaki itu bayangan dari jendela Dinda yang mengintip tampak jelas.
Dan memang benar, Kairo melihat itu tadi, gorden yang terbuka sebagian sesosok wajah muncul disana lalu menghempaskan gorden itu begitu saja seperti sedang takut ketahuan. Bibir Kairo pun melengkungkan senyuman atas yang dilakukan Dinda barusan.
Next»
Beberapa bulan kemudian. “Assalamualaikum, Papa pulang!” Suaran Kairo didepan pintu rumah menggema hingga keseluruhsisi rumah besar itu. Segera mungkin Adinda dan Edgar bersembunyi, mereka inginmemberikan Kairosurprisedi hari ulang tahunnya ini, Kairo merasa aneh biasanya saat dijam-jam dia akan pulang bekerja istri dan anak-anaknya sudah menunggunya didepan pintu namun hari ini tidak ada sambutan apapun. “Mamaaaa! Edgar…Putih…” Mereka pun tertawatertahanmendapati Kairo mencari mereka, namun Putihbayi5 bulanyang belum mengertiitubergemingmengeluarkan suara centilnya, “Papaa papa…” Ssssst…
Seminggu sudah usia baby putih, Adinda dan Kairo kini masih menempati kediaman orang tua Kairo menunggu rumah baru mereka sedikit direnovasi, Rumah keluarga Kairo bertambah ramai dengan kehadiran bayi mungil itu sebab sudah sejak Edgar seusia sekarang dan dan anak-anak dari Bella dan Jasmine sudah besar juga, lama sekali tidak ada kehadiran bayi dirumah keluarga itu.Putih menjadi sesuatu yang menggemaskan diperebutkan disana, dia merupakan cucu perempuan paling kecil dari 6 cucu Rifandhiya yang kebanyakan adalah anak laki-laki kecuali anak Jasmine cucu petama Rifandiya. Di pagi hari yang cerah dengan matahari yang terbilang tidak terlalu terik lelaki setengah abad ayah Kairo itu sedang berkeliling kediamannya menggendong Baby Putih sembari sedikit berjemur.Lelaki itu hampir tidak pernah melakukan hal seperti ini sebab dia menetap diluar kota sebelumnya dan jarang sekali banyak waktu bersama para cucunya, namun saat ini anak-anakanya sudah melarang d
Meninggalkan semua masalah yang ada dirumahnya Kairo, dan mendapatkan izin, Kairo segera membawa Adinda kerumah sakit, dengan supir dan pembantu yang menghantarkan Adinda dan Edgar Kesana tadi, Adinda benar-benar merasakan kesakitan yang teramat sedari tadi ia merasakannya hanya saja kepanikan hilangnya Kairo membuat dia menepiskan rasa sakit itu.Sampai di mobil terus saja bibir Adinda menggerutu sembari menahan sakit, memarahi suaminya sepanjang jaloan tidak berhenti.“Kamu kebangetan tahu nggak! Ini semua karena kamu,” Adinda meremasi tangan Kairo yang memeganginya mengelukan sakitnya.“Sayang tahan dulu marahnya, fokus dulu...oh Tuhan kamu sepertinya sudah pembukaan ini.” Pahma Kairo akan itu.“Kamu buat saya strees! Kamu tahu nggak sedari tadi saya sudah nahani sakit! Ceritain ada apa di
7 Bulan kemudian. Kemeriahan acara baby shower yang di adakan oleh keluarga Dinda juga Kairo begitu meriah di sebuah resto berbintang lima, seluruh keluarga besar menghadiri acara keluarga itu, bertemakan putih-putih, Kairo dan Adinda masih merahasiakan jenis kelamin anak kedua mereka dan memang tidak ingin membagikannya hingga lahiran nanti namun yang terpenting adalah perkembangannya cukup baik. Tidak ada yang perlu dikeluhkan kata Kairo sikap istrinyalah yang terlalu banyak keluhan dan maunya, setiap hari ada saja keinginan anehnya yang ia sebut dengan mengidam. Meminta suaminya bekerja dengan kemeja Bunga-bunga, makan es kelapa muda langsung dibawah pohonnya, berenang disebuah sungai, memancing ikan, yang paling menyebalkan adalah selalu pergi ke salon dan meminta suaminya ikut juga melakukan perawatan seperti dia. Lebih tepatnya hanya dibua
Sebuah pantai nan Indah dibagian timur Indonesia menjadi tempat Kairo dan Adinda honeymoon sekaligus baby Moon, perkembangan bayi dalam kandungan Adinda cukup baik, dia pun tidak mengalami gejala morning sickness yang parah hanya saja memiliki mood swing yang selalu aneh dan menyebalkan, kerap kali menangis tanpa sebab, marah kejelasan dan mencemburui yang bukan-bukan.Meninggalkan Edgar merupakan rasa yang sulit untuk Dinda, dia merasa kasihan dan tidak tega sebab Adinda sudah berjanji kemanapun mereka bertiga akan selalu bersama-sama namun sang mertua melarang itu, bagaimanapun keduanya butuh waktu untuk berduaan.Bagaimana pun Adinda adalah ibu baru yang harusnya menikmati waktu berduaan yang banyak bersama suaminya apa lagi hamil muda, termasuk diluar mengasuh Edgar demi kewarasan jiwa dan emosional tidak ada yang tahu dalam kondisi hamil Adinda mengalami keluhan yang tertahan.
“Dindaa kenapa duduk dilantai semen seperti itu, itu dingin! Kenapa juga kamu makan nenas-nenas muda itu kamu nggak sayang anak kamu!” Hermita begitu marahnya saat ia lihat yang ditangan Adinda adalah potongan nenas muda, “Kalau Kairo tahu pasti kamu dimarahi!”Adinda terkesiap mendapatkan pekikkan dari Mama Kairo tersebut, ia begitu terperangah bahkan buah yang sudah di tangannya hendak masuk mulut pun menjadi jatuh, “Mama—““Ayo masuk kedalam,” Dengan menarik nafasnya Hermita mendekat pada Adinda lalu membantunya bangkit, Kini dia memang jauh lebih berisi dari sebelumnya dulu, “Widya bawain sedikit rujaknya untuk Dinda jangan kasih yang terlalu asam-asam apa lagi nenas itu tajam loh!” Hermita menuntun Adinda masuk kerumah.Para pekerja rumah disana saling berpandangan mereka tahu belakan