Share

08. Makhluk Mengerikan

Aku dan Elena melanjutkan aksi nekat kami dan memilih jalan kaki saja menuju desa. Toh, tak ada alat transportasi lain ke desa kami selain berjalan kaki dan harus kuakui, perjalanan ini akan sangat melelahkan!

"Aaron," panggil Elena pelan di sela-sela langkah kaki kami pulang ke desa. Ekspresi gadis itu terlihat cemas. "Apa tak apa pergi sendirian seperti ini tanpa ditemani orang dewasa?"

Aku langsung meringis mendengar pertanyaan itu. Jika dipikir-pikir sekali lagi ... apa yang Elena katakan itu ada benarnya juga.

Seharusnya tadi aku membangunkan mereka semua dan pulang bersama ke desa, agar dalam perjalanan kami semua akan aman dan tidak perlu merasa takut berada di dalam hutan gelap yang menakutkan. Tapi lihat perbuatanku ini! Aku malah bertindak ceroboh dan malah menempatkan Elena ke dalam bahaya.

Aahh, Aaron! Rasanya aku ingin memaki diriku sendiri, tapi itu bukan sesuatu yang baik.

"Aaron, a-aku takut."

Elena menempel padaku dan ingin sekali rasanya menyahuti perkataannya itu dengan, "Jangan takut, aku ada di sini untukmu, Len." Kemudian aku akan tersenyum manis seolah tak ada sesuatu yang perlu ditakuti. Tapi yang terbersit di benakku hanyalah, "Ya, Elena. Aku juga sangat takut!"

Ini sangat memalukan.

Rasa-rasanya seperti ada yang mengawasi kami dari dalam gua. Gua adalah sebuah lubang alami di tanah yang cukup besar dan dalam. Beberapa ilmuwan menjelaskan bahwa gua itu harus cukup besar sehingga beberapa bagian di dalamnya tidak menerima cahaya matahari; namun dalam penggunaan umumnya, pengertian gua itu juga cukup luas, termasuk perlindungan terhadap batu, gua laut, dan lain-lain.

Ah, di saat kami melewati gua kecil di dekat sebuah pohon yang tidak terlalu tinggi, aku teringat dengan salah satu "dongeng" yang Nenek ceritakan.

Ini tentang Echidna, dia adalah makhluk dari mitologi Yunani, sering digambarkan sebagai perempuan setengah ular yang tinggal di dalam gua.

Bayangkan, tubuh atasnya manusia dan bawahnya adalah ular, meliuk-liuk di tanah sembari mendesis dengan wajah manusianya. Hiiy!

Bersama suaminya Typhon, Echidna melahirkan berbagai jenis mahluk mengerikan yang muncul dalam mitologi Yunani, karena itu Echidna mendapat sebutan Mother of all Monsters atau Ibu Para Monster.

Echidna dan Typhon pernah berperang melawan dewa-dewa olympus, namun kalah. Typhon kemudian disegel dibawah gunung Etna. Sementara Echidna dan anak-anaknya dibiarkan lepas untuk menjadi tantangan bagi para pahlawan Yunani berikutnya. Namun pada akhirnya Echidnya dibunuh oleh Argus Panoptes, titan bermata seratus.

"Err, sebenarnya tidak ada yang perlu ditakutkan, Len. Tak ada apa-apa di hutan ini. Lagipula ... malam ini terang."

Buru-buru aku mengalihkan pandangan, sebab aku juga tidak yakin dengan ucapanku sendiri. Paling tidak, aku bisa menenangkan Elena dan rasa takut yang ada di dalam diriku. Elena mengangguk patuh dan aku malah mensyukurinya dalam hati. Aku kemudian menggandeng tangan sahabatku yang kini sudah bisa berjalan normal tanpa perlu kubimbing lagi.

Kami berdua berjalan bersebelahan menelusuri jalan setapak yang sebelumnya telah kulewati bersama keluarga. Berbekal ingatanku yang bisa dikatakan tajam, aku pun nekat membawa Elena melangkah perlahan menuju jalan pulang kami ke desa Birdben, melalui jalan itu.

Suasana hutan yang semula senyap, seperti tak ada kehidupan mendadak menjadi sedikit ramai. Pasalnya, beberapa ekor burung gagak terbang mengitari kami dan hinggap di pepohonan yang akan kulewati bersama Elena.

Burung-burung hitam tersebut mulai mengeluarkan suara yang mengerikan. Persis seperti sebelumnya, saat pertama kali aku dan keluargaku memasuki hutan terlarang ini.

Aku sedikit menarik pergelangan tangan Elena—karena takut—dan memaksanya untuk lebih cepat dalam melangkah. Aku tidak ingin diganggu makhluk mengerikan.

"Ada apa, Aaron?" Elena angkat bicara. Aku meliriknya dan kemudian tersenyum lebar. Mencoba meyakinkannya jika kami akan baik-baik saja. Perasaanku sudah tidak enak sedari tadi.

Pertanyaan Elena hilang begitu saja dari pikiran ketika langkah kami dicegat oleh segerombolan makhluk kerdil yang aneh. Sontak aku dan Elena menghentikan langkah.

Mereka sedang membelakangi kami berdua, apa mereka tak menyadari kehadiran kami? Paling tidak, aku berharap mereka tak berbalik dan menakuti kami. Aku memperhatikan punggung mereka sambil mengernyit jijik, terutama saat melihat makhluk bertelinga runcing itu membungkuk dan mulai menggaruk-garuk tanah dengan kuku panjangnya.

Persis seperti kucing yang menggali tanah sebelum buang kotoran dan setelah beberapa detik berlalu—hampir satu menit penuh —aku masih belum sadar dengan situasi yang kami hadapi.

"Hei, makhluk aneh yang jelek! Menyingkirlah dari jalanku!" seruku sambil menaikkan nada suara dengan sedikit keras. Ada jarak sekitar dua meteran di antara aku dan beberapa makhluk bertubuh sedikit bungkuk ini. "Cepatlah minggir!"

Aku kembali berteriak agar perhatian mereka terhadap gundukan tanah itu menjadi teralihkan dan hanya boleh terfokus padaku. Di lain hari di masa depan, aku akan sangat menyesali perbuatanku saat itu.

Seharusnya setelah melihat kesempatan merapikan diri dari para makhluk kerdir berkuasa, aku dan Elena buru-buru pergi dan mencari tempat perlindungan sementara. Namun bodohnya aku, mengapa aku justru melempar batu ke arah mereka dan membuat mereka marah?

"A-Aaron ... a-apa yang akan mereka lakukan sekarang?"

Pertanyaan Elena semakin membuatku bergetar, terutama saat makhluk-makhluk itu berhenti bergerak dan berhenti mengais tanah yang ada di depan mereka.

"A-a ... me-mereka ... mereka ... me-mereka adalah ...." Layaknya seseorang yang kehilangan kemampuan berbicara, aku tiba-tiba saja berbicara terbata-bata. Lidahku mendadak kelu, ini tentu bukan karena aku yang tidak bisa berbicara dengan normal, tapi ini memang karena aku sangat ketakutan dengan sosok yang akan menangkap kami hidup-hidup.

Sebab, salah satu dari makhluk-makhluk bertubuh pendek itu menoleh ke arahku dan Elena, yang kemudian disusul lagi oleh yang teman-temannya yang lain. Aku meneguk saliva dengan susah payah. Ini gawat.

"A-Aaron," bisik Elena, ia mulai menangis. "A-aku takut ...."

Ya, Elena ... aku juga takut dan aku sadar dengan situasi aneh itu setelah melihat beberapa dari mereka mulai menyeringai dan menampakkan gigi-gigi taring yang tajam dan kotor.

Tanpa basa-basi lagi, aku langsung menarik tangan Elena dengan cepat, dan menyeretnya untuk pergi dari sana. Kami harus segera pergi dari sini!

***

Hahhhh! Hhh! Sampai kapan!?

Sampai kapan aku harus berlari?!

Aku sudah tak sanggup lagi membawa kedua kakiku ini berlari! Rasanya begitu berat, telapak kakiku terasa sakit dan angin malam yang kuterjang terasa menusuk kulit.

Rasa-rasanya seperti dikejar Bigfoot dengan kakinya yang panjang dan besat! Bigfoot adalah makhluk yang masih menjadi misteri hingga saat ini, mereka dilaporkan telah ditemukan di daerah Kanada dan Amerika Utara sejak abad 19-an. Dari jejak kakinya diperkirakan beratnya mencapai 400 kg.

Bigfoot dikenal juga dengan nama Sasquatch, itu adalah nama hewan legenda yang beredar di Amerika Utara. Bigfoot kadang diciri-cirikan sangat besar, dengan bulu-bulu menutupi seluruh tubuh, dan orang percaya bahwa makhluk ini dapat ditemukan diseluruh dunia dengan nama-nama yang berbeda, seperti Yeti di Tibet dan Nepal, Yeren di China dan Yowie di Australia.

Yah, walau mereka sama, hanya daerahnya saja yang berbeda. Yeti yang disebut sebagai Manusia Salju Liar telah menjadi legenda di daerah Himalaya. Dari dahulu sampai sekarang banyak cerita orang yang hilang di daerah pegunungan Himalaya, dipercaya mereka telah diculik oleh Yeti.

Aku pernah menemukan sebuah foto yang diambil pada tahun 1925, N. A. Tombazzi melaporkan telah melihat hewan besar mirip manusia 300 yard dari Sikkim. Walaupun banyak yang telah melapor melihat yeti, tidak ada bukti yang menunjukan bahwa dia sungguhan ada. Daerah tempat terlihatnya yeti sangat curam dan landai sehingga sulit diadakan investigasi.

Andai aku memiliki kaki sepertinya, mungkin aku dan Elena sudah bisa berlari menerjang hutan ini dengan lebih cepat. Apalah dayaku yang hanya seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun, kekuatan fisik tak ada, tapi sangat penakut.

Oh, Tuhan, aku takut sekali. Tolong selamatkan kami, selamatkan aku dan Elena dari tempat ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status