"Nggak usah teriak di dekat telinga gue juga dong Sil. Gue nggak budek!" sungut Anjani seraya menutup telinganya.
"Hehehe ya sory Jan, habisnya gue kaget nggak ada angin nggak ada hujan kok tiba tiba lu dipecat. Emang bikin kesalahan segede apa lu? Perasaan kinerja lu di sini baik baik aja ga pernah bikin onar!" ucap Sisil penasaran.
"Gue habis kena musibah Sil, kemarin malam gue diperkosa, terus gue juga diusir dari kontrakan eh sekarang dipecat gara gara masalah itu. Gue nggak tau siapa yang udah nyebarin kabar ini ke direktur. Udah jatuh ketimpa tangga pula," papar Anjani sambil menghela nafas lesu.
"Yaampun kok bisa sih? Bukannya kemarin malam lu lembur ya Sil? Diperkosa dimana lu?"
"Waktu baru habis mandi setelah dari kantor tiba tiba ada yang ngetuk pintu kencang banget, nah waktu gue buka tiba tiba itu orang main nerobos masuk. Kayaknya dia kena pengaruh obat perangsang, apesnya waktu mau teriak ini mulut udah dibekap duluan, gue diseret terus dipukul sampai pingsan. Habis itu udah ga ingat apapun lagi Sil!"
Flashback onTok tok tok tok
"Aduuhh siapa sih malam malam begini bertamu? Ga ngerti orang lagi capek habis kerja apa? Huhhh nggak usah bukain deh palingan juga cuma orang iseng!" gumam Jani seraya merebahkan badan.
Dor dor dor dor
Ketukan pintu itu berubah menjadi gedoran karena Anjani tak segera membukanya. Karena sudah sangat terganggu akhirnya dia membuka pintu tersebut.
"Kamu siapa? Berani beraninya mengganggu jam istirahat orang!"
"Tolong saya Mbak tolong saya!"
Tanpa memberi kesempatan Anjani menjawab, lelaki itu langsung merengsek ke dalam kontrakan Anjani.
"Heh siapa yang mengijinkan kamu masuk? Keluar dari kontrakan saya!" ucap Anjani mengusir.
Namun bukannya pergi lelaki itu malah menutup pintu dan menyeret Anjani ke kamar.
"Akhh lepas ... lepaskan saya! Kalau kamu tidak mau melepas dan pergi dari kontrakan saya akan teriak biar kamu digebukin sekalian!""Tolong saya Mbak please!" mohon lelaki itu sambil terus menyeret Anjani ke kamar.
Anjani dibanting secara kasar ke atas ranjang lalu lelaki itu perlahan mencoba melucuti pakaian Anjani namun Anjani terus memberontak.
'Aku harus segera kabur dari sini bagaimanapun caranya!' batin Anjani ketakutan.
"Lepaskan aku lepaskan aku!"
Dia terus berteriak di bawah kungkungan lelaki yang tengah terkena obat perangsang itu. Dia terus memberontak meminta dilepaskan namun karena lelaki itu tidak bisa menguasai dirinya, dia tidak sengaja memukul kepala Anjani hingga pingsan dan lelaki itu pun mulai menggauli Anjani.
Flasback off
"Yaampun Jani, dan lu masih ingat nggak wajah orang yang merkosa elu?" tanya Sisil dengan raut wajah sedih."Gue nggak akan pernah bisa lupain orang yang udah hancurin hidup gue Sil. Dan gue nggak akan pernah maafin orang itu. Dia yang udah merenggut kesucian gue!" ucap Anjani seraya menutup wajahnya terisak.
"Jani yang sabar ya, gue turut sedih atas kejadian yang lagi menimpa lo, semoga lo bisa lewatin ujian ini ya Jan. Lo jangan sungkan kalau butuh bantuan apapun langsung bilang gue nanti gue bantu sebisa gue," hibur Sisil.
"Makasih ya Sil udah jadi temen gue yang peduli, gue gak tau lagi harus gimana setelah ini"!
"Udah Jani meningan lo tenangin diri dulu nanti kita cari bareng solusinya. Yaudah ya Jani jangan nangis lagi ntar cantiknya luntur loh," goda Sisil menghibur.
"Ah Sisil bisa aja lu. Udah sana balik kerja ntar kena tegur loh!"
"Tapi udah dong nangisnya," bujuk Sisil.
Akhirnya Anjani menghapus airmatanya dan melanjutkan mengemasi barang.
Anjani membawa pulang seluruh barangnya ketika para karyawan lain sudah tidak ada.
***
Saat sedang sibuk memasukkan barang barang ke dalam taksi yang dia pesan, tiba tiba dari belakang ada yang menyenggol Anjani sampai membuatnya terjatuh dan barang yang ia bawa berserakan.
"Upsss ... kasiannya yang baru dipecat. Makanya jadi cewek tuh nggak usah sok bikin skandal. Dipecat kan jadinya!" ejek Sandra.
Namun Anjani hanya diam tidak berniat meladeni ocehan Sandra.
“Punya telinga nggak sih lo? Atau jangan jangan lo budek ya? Hahaha dasar jalang murahan!”
Anjani yang mendengar hinaan Sandra naik pitam.
“Cukup Sandra, walaupun lo benci sama gue tapi nggak seharusnya lo hina hina gue kayak gitu! Selama ini gue selalu diem ketika lo hina! Apa salah gue sama lo San?”
"Makanya buruan nikah Val, biar Mama punya banyak cucu," celetuk Nurma. "Ahh bentar lah Ma, masih pengen sendiri dulu. Biar bebas nggak ada yang melarang," jawab Valdi santai. "Padahal nikah itu enak lho Val, keperluan apapun sudah ada yang menyiapkan, mau makan tinggal minta di masakin. Malamnya juga dapat servis, rugi lho kalau nunda-nunda," ujar Revan memprovokasi. "Gampanglah ntar kalau udah ada calonnya pasti nikah kok. Secara iparmu yang ganteng kan juga jadi incaran para Mama mertua, jadi tinggal pilih aja kalau udah kepingin menikah" ucap Valdi percaya diri. "Huu dasar kepedean!" sahut Anjani dan Arya. "Eh bentar, ini anak kalian mau dinamai siapa?" tanya Mila tiba-tiba. Semua yang ada di ruangan itu menepuk keningnya karena lupa jika bayinya belum di beri nama. "Emm, sesuai kesepakatan kami berdua, anak yang kami yang cowok kami namai Kalandra Adi Purnomo dan yang cewek namanya Alindra Putri Purnomo," jawab Revan. *** Setelah beberapa waktu mereka semua pamit undur di
Revan memacu kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata. Dia ingin segera sampai di rumah sakit secepatnya."Ayolah kenapa mereka lemot sekali? Nggak tahu orang lagi darurat apa?" gerutunya sambil berusaha menyalip kendaraan di depannya.Sesampainya di rumah sakit, dia bergegas menuju ruang operasi. Dia meminta izin pada dokter agar diperbolehkan menemani istrinya yang sedang berjuang."Boleh Tuan, tapi harap jangan mengganggu jalannya operasi ya, Tuan!" kata dokter."Baik, Dok."Revan segera memakai baju steril yang sudah disediakan dan segera masuk ke ruang operasi."Mas Revan," sapa Anjani dengan lirih dan lemah.Revan segera mendekat dan menciumi Anjani yang sedang berbaring di meja operasi."Sayang, kamu harus kuat demi aku dan kedua anak kita," ucap Revan menguatkan Anjani.Revan tidak beranjak dari sisi Anjani selama operasi. Saat bayi pertama berhasil di keluarkan, Revan sempat mematung mendengar suara tangis bayinya."Anakku," ucapnya lirih.Disusul ke luarnya bayi kedua
Alex akhirnya ditangkap oleh anak buah mertuanya sendiri dan sekarang sedang diberi pelajaran oleh Pranoto. Pranoto benar-benar merampas semua aset milik Alex hingga Alex jatuh miskin. Tidak hanya itu dia juga terjerat dengan pasal berlapis. Dia tidak bisa berkutik lagi karena semua hartanya habis tak bersisa.Suami Vina berinisiatif mengajak Vina menjenguk Alex ke lapas. Bagaimana pun juga, Alex merupakan ayah kandung Vina. Alex sangat terkejut dengan kedatangan Vina dan suaminya."Nak, kamu datang menjenguk Ayah, Nak?" tanya Alex berkaca. Kini dia sadar jika keluarga lebih berarti dari segalanya."Aku datang atas permintaan suamiku. Ini aku bawakan makanan untukmu, perbaikilah dirimu dan bertobatlah. Walau bagaimana pun kau tetap ayah kandungku, meskipun kehadiranku mungkin tidak kau harapkan!" ucap Vina tanpa menoleh ke arah Alex sedikit pun. "Maafkan Ayah, Vina. Ayah sudah menoreh luka terlalu dalam di hidupmu, aku tidak pantas disebut ayah," ucap Alex tergugu. "Setidaknya aku
Revan menghentikan gerakannya sejenak dan menatap Anjani dengan lekat."Ada angin apa tiba-tiba kamu ingin mengajak Mayra bertemu, hm?" tanya Revan lembut."Aku ingin berbicara dari hati ke hati dengan Mayra, Mas. Rasanya aku masih punya beban karena bahagia di atas derita orang lain," jawab Anjani.Revan hanya menanggapi ocehan Anjani dengan senyuman. Dalam hatinya sangat bangga dengan sifat istrinya yang masih memedulikan orang lain walau sudah menyakitinya secara fisik dan mental."Kamu yakin? Tapi kan dia yang sudah membunuh anak pertama kita, Sayang. Apa kamu nggak takut dia akan kembali melakukannya?" tanya Revan hati-hati."Kan ada kamu, Mas. Aku yakin kamu nggak akan membiarkanku dan anak-anak kita dalam bahaya," jawab Anjani dengan mantap."Terima kasih sudah percaya padaku Sayang. Tapi kamu harus tahu kalau Mayra sekarang berada di rumah sakit jiwa. Dan aku tidak mau mengambil risiko kalau kamu tetap ngotot ingin menemuinya.
DeggggPengakuan Gibran membuat Linda menjadi terkejut. Dia sama sekali tidak mengira jika Gibran akan menaruh hati pada Mayra."Kalau kau memang mencintai Mayra, kenapa kau mau menuruti perintahku untuk menghancurkan hidupnya dan menjauhinya?" tanya Linda nanar."Apa Tante sudah melupakan sesuatu?" tanya Gibran balik.Flashback On"Tante, apa tidak sebaiknya aku menikahi Mayra saja? Aku rasa sepertinya aku sudah terlanjur mencintainya. Aku berjanji tidak akan pernah membiarkannya kembali mengejar Revan, Tante!" ujar Gibran meminta pertimbangan."Tidak, kau tidak boleh menikahinya. Mayra harus menderita karena sudah berani menentangku dan terus berhubungan dengan Revan. Awas saja kalau sampai kau berani menikahi Mayra, Gibran. Di sini, akulah yang berhak memutuskan segalanya. Dan kamu hanya harus tunduk di bawah perintahku!" Flashback off"Dengan pongahnya kau memintaku meninggalkan Mayra di saat aku sudah mulai mencintainya. Apa kau pikir itu tidak menyakitkan bagiku, Tante Linda?"
Sementara di sisi lain, kondisi Mayra semakin mengenaskan setelah dia ke luar dari tempat penyiksaan. Anak buah Reno sengaja menyiksa mental Mayra hingga dia berubah menjadi tidak waras. Dia sering menangis dan tertawa dengan tiba-tiba."Revan, coba lihat anak kita cantik sekali ya seperti aku. Kamu nggak mau gendong dia Van? Coba deh Van lihat anak kita," ucap Mayra sambil menggendong boneka dan menyodorkannya pada penjaga. Kedua orang tua Mayra sengaja memperkerjakan penjaga untuk menjaga Mayra agar tidak kabur. "Pa, bagaimana ini Pa? Anak kita seperinya sudah gila, Pa? Segera lakukan sesuatu Pa, aku tidak bisa melihatnya seperti ini lebih lama," ucap Fatma sambil menangis."Tidak ada cara lain lagi Ma, kita harus membawa Mayra ke rumah sakit jiwa."Mau tidak mau akhirnya Fatma harus rela jika Mayra dibawa ke rumah sakit jiwa. Polisi juga tidak menangkap Mayra kembali dengan alasan Mayra sakit jiwa. Setiap hari Mayra selalu meracau dan menganggap setiap lelaki yang melintas di de