****
Kenan keluar dari tempat gym saat hari sudah mulai sore. Saat dia berniat untuk menaiki motornya seseorang memanggilnya membuatnya dengan terpaksa menoleh.
"KENAN!!"
Kenan mengerutkan dahinya bingung saat melihat Vanetta berlari kearahnya. Napas Vanetta naik turun saat tiba dihadapannya.
"Ada apa?" tanya Kenan sambil turun dari motor.
Vanetta tersenyum. "Kok kita ketemu terus ya ... Kayaknya kita emang jodoh deh," ucap Vanetta dengan genit.
Kenan menatap Vanetta sambil menaikkan stau alis nya. "Seyakin apa lo kalau kita jodoh?" tanya Kenan.
Vanetta yang mendengar itu tertawa. "Aku cuma bercanda emang kamu nganggep aku serius?" tanya Vanetta saat tawanya sudah mulai mereda.
Kenan menggeleng. "Gue enggak serius," jawab Kenan.
Vanetta mengangguk, namun seketika di teringat sesuatu. "Oh iya kemarin kamu kan udah menyelamatkan aku jadi sekarang aku mau ngajak kamu untuk makan bareng di apartment aku,
**** Dering telepon terus tanpa henti dari dalam tas olahraga Kenan. Kenan sedang sibuk dengan Vanetta di dapur, entah apa yang sedang mereka lakukan. Kenan berjalan keluar dari dapur menuju sofa dimana tasnya berada. Dia mengambil tasnya dan merogoh nya. Wajahnya mendadak pucat saat melihat siapa yang terus menelepon nya. Kenan melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya, kemudian dia menepuk jidat nya dan memaki dirinya sendiri. "Sial! Lo bener-bener bego Ken!" maki Kenan pada dirinya sendiri. "Ada apa Ken?" Kenan menoleh ke samping dan tersenyum saat melihat Vanetta. Vanetta mengerutkan dahinya bingung saat melihat Kenan menyembunyikan tangannya dibelakang tubuhnya sendiri. Vanetta memukul lengan berotot Kenan dengan pelan. "Jawab pertanyaan aku. Ada apa?" tanya Vanetta kembali. Kenan menggeleng dengan cepat. "Enggak kok enggak ada apa-apa," sahutnya cepat sambil ters
**** Ruangan yang sangat gelap, tidak ada cahaya. Sang pemilik kamar enggan untuk membuka horden sehingga cahaya matahari tidak bisa masuk walaupun dipaksa. Seorang gadis meringkuk dengan tubuh bergetar diatas tempat tidur nya. Wajahnya tertutup oleh rambut panjangnya hingga sulit untuk melihat kondisi wajahnya. Diruangan ini bukan suara musik yang menggema, namun isakan tangis dan rintihan dari gadis itu. Isakan dan rintihannya terdengar sangat pilu, siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan sakit yang dirasakan oleh gadis itu. Gadis yang menyedihkan itu adalah Oceana, dengan masih menggunakan seragam sekolah yang berantakan dia meringkuk diatas ranjang. Tangis nya tidak berhenti sejak tadi pagi. Oceana merasa kepala sangat berat untuk diangkat. Air matanya yang tidak pernah ingin berhenti membuatnya sesak dan sulit untuk bernapas. Dia merasa suhu diruangan ini sangatlah dingin sehingga membuatnya menggigil. 
**** Pagi yang cerah menyapa Kenan hari ini. Dia keluar dari kamar mandi dengan celana ponggol berwarna hitam tanpa atasan. Tetesan air jatuh dari rambutnya menambah kesan sexy. Kenan berjalan keluar dari kamarnya menuju kamar Oceana. Hari ini dia berniat untuk tidak masuk sekolah demi merawat Oceana dan menghabiskan waktu bersama Oceana. Kenan memutar knop pintu dan masuk kedalam kamar Oceana. Diatas ranjang dia melihat Oceana yang masih tidur dengan berbalutkan selimut tebal. Kenan tersenyum, dia berjalan kearah jendela dan membuka horden yang meniti pi jendela. Kali ini cahaya matahari masuk setelah mendapatkan izin. Kenan membuka jendela agar angin dari luar masuk dan memenuhi kamar Oceana. Setelah beres dengan jendela, kenan berjalan menuju kamar mandi dan menyiapkan air panas untuk Oceana mandi. Bukankah kenan sangat romantis hari ini. Air panas untuk mandi sudah siap, kini giliran untuk membangunkan Ocean
**** "Honey, udah siap belum?" Kenan mengetuk pintu kamar Oceana. Oceana sudah membaik sejak dua hari yang lalu, dan pagi ini Kenan mengajak Oceana untuk jogging di lapangan olahraga yang tak jauh dari apartment mereka. Maksud Kenan mengajak Oceana pergi jogging adalah agar Oceana menjadi segar dan sedikit berkeringat. Pintu kamar Oceana terbuka dan menampilkan Oceana yang memekai training berwarna putih, tanktop hitam yang dibalut jaket boomber berwarna hitam juga. Rambut panjang Oceana diikat seperti ekor kuda. Kenan menggeleng tak percaya disaat seperti ini pun Oceana–nya sangat cantik. "Jangan cantik-cantik disana nanti banyak buaya," ucap Kenan tidak rela. "Buaya nya kamu?" tanya Oceana tersenyum geli. Kenan mendengus sebal. "Di bilangin juga malah bercanda!" kesal Kenan. Oceana tersenyum dan menggenggam tangan Kenan. "Iya udah jangan marah. Yuk pergi nanti kesiangan!" ajak Oceana penuh semangat.&nb
****Kenan menarik Oceana dengan kasar. Saat ini hatinya tengah diterjang amarah yang begitu besar. Dia mencengkram tangan Oceana dengan sangat kuat dan dapat diyakini kalah itu akan menjadi merah.Sedangkan Oceana terus menangis hingga membuat beberapa orang melihat kebingungan kearah mereka berdua. Oceana benar-benar merasa bersalah karena sudah berbicara dengan lelaki asing padahal dia sangat tahu kalau Kenan tidak suka dia berdekatan dengan lelaki lain.Kenan mendudukan Oceana disebuah bangku yang berada dilapangan ini. Dia ingin pulang namun, jika dia pulang dia sangat yakin kalau dia akan menyakiti Oceana nantinya.Kenan memijit pangkal hidung nya, dia pusing karena harus menahan amarah nya. Sedangkan Oceana terus menangis tanpa henti.Kenan menatap Oceana tajam. "Diam!" tegas Kenan membuat Oceana langsung menghapus air matanya."Maaf ...." Oceana memohon dengan suara serak karena terlalu banyak menangis.&
****Oceana berjalan maju mundur didepan pintu kamar Kenan. Dia gelisah dan bingung harus melakukan apa. Pintu kamar Kenan sedikit terbuka sehingga memudahkan nya untuk mengintip ke dalam.Oceana menggerutu sebal saat ruangan kamar Kenan sangat gelap dan membuat nya sulit untuk melihat apa yang terjadi di dalam. Oceana menghela napas, dia harus berani untuk masuk ke dalam.Oceana menarik napas lalu membuang nya dengan perlahan, dia sedang berusaha untuk rileks. Ia membuka pintu kamar Kenan dengan lebar dan masuk ke dalam.Oceana menekan tombol lampu sehingga ruangan itu menjadi terang. Oceana menyipit kan matanya karena cahaya lampu.Oceana ter batuk saat menghirup sebuah asap. Dia membuka matanya dan terkejut saat melihat Kenan merokok dan dimeja kaca terdapat satu botol sampanye. Oceana melangkahkan kakinya dengan cepat menuju Kenan."Belum tidur, honey?" tanya Kenan yang sadar akan keberadaan Oceana.Oceana m
****Hari masih pagi buta matahari bahkan belum muncul, namun Oceana sudah bangun dan membersihkan apartment. Setiap hari Oceana melakukan hal tapi karena dia sakit kemarin membuatnya di manja oleh Kenan sehingga dia tidak melakukan pekerjaan apapun.Oceana sudah menyapu dan mengepel lantai. Dia juga sudah memasak makanan untuk sarapan. Sekarang giliran dia untuk mencuci pakaian.Oceana sudah mengumpulkan pakaian kotor miliknya dan dia akan mengambil pakaian kotor milik Kenan. Dia membuka pintu kamar Kenan dan masuk, dia tersenyum saat melihat Kenan yang masih tertidur diatas ranjang.Oceana berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil pakaian kotor. Dia memindahkan pakaian kotor Kenan ke dalam keranjang. Wajah Oceana terkejut saat menemukan sesuatu.Tangan Oceana bergetar saat memegang hoodie Kenan yang penuh darah. Oceana bingung kapan Kenan melakukannya? Bukankah tadi malam saat dia tidur Kenan juga ikut tertidur?."Apa yang ka
****Kepala Kenan berpikir dengan keras tentang seseorang yang meneror Vanetta. Berbagai pertanyaan bersarang dikepalanya, tentang siapa yang melakukan itu dan mengapa harus Vanetta yang menjadi sasarannya.Kenan menghela napas kepalanya sangat pusing. Dia membuka pintu apartmentnya dan terkejut saat mendengar tawa perempuan.Dia melihat kearah runag tengah dimana para gadis tengah menonton film sambil memakan berbagai cemilan. Kenan tersenyum saat melihat Oceana yang begitu ceria, namun seketika senyumnya luntur saat dia menyimpan prasangka buruk kepada Oceana."Lio!!!" panggil Oceana dan langsung berlari menghampiri Kenan, kemudian memeluknya.Kenan membalas pelukan Oceana dengan ragu. Dia menatap Oceana datar namun bibirnya memaksa nya untuk tersenyum walaupun tipis."Urusan kamu udah selesai?" tanya Oceana saat Kenan tak kunjung mengeluarkan suara. Kenan tersentak dan mengangguk."Bagus deh kala