Share

Bab 2

Penulis: NurulQ
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-29 11:23:11

"Kenapa itu muka ditekuk, mending martabak manis, meski ditekuk masih ada rasanya, kalau yang ini, asem banget ngeliatnya,"

tegur Yulia pada Lila yang hanya melamun sambil mengaduk makanannya.

"Lupakan aja lelaki kayak gitu! dia nggak pantas buat kamu."

Kata Yulia lagi sambil menatap sahabatnya itu.

"Bagaimana bisa lupa? Pria itu sebentar lagi jadi suami adik sepupuku."

sahut Lila sewot.

"Ha! beneran?"

Seru Yulia dengan mata dan bibir membulat tak percaya.

"Masak aku bohong, sih?"

sahut Lila menatap Yulia kesal.

"Bagaimana bisa? Jangan-jangan, Dimas memutuskan pertunangan kalian karena ada sangkut pautnya dengan sepupumu!"

Gumam Yulia sambil menatap Lila serius, seketika pikirannya terpengaruh dengan ucapan sahabatnya itu.

"Entahlah, mungkin bukan jodoh." tepis Lila kemudian.

"Ya kalau udah begitu kamu move on, dong. Tunjukkan kamu bisa dapat pengganti yang lebih baik dari Dimas."

Ucap Yulia sambil tersenyum, berusaha menguatkan meski dia sendiri gemas luar biasa melihat sahabatnya yang terlihat kuyu dan menyedihkan itu.

"Dapat darimana pengganti yang lebih baik dari Dimas, Yul?" Keluh Lila sedih.

"Dimas saja sudah memutuskan pertunangan kami karena aku ini anak pembantu, kerjaku hanya karyawan toko, cantik juga tidak,"

Lanjut Lila setengah putus asa.

Peristiwa pembatalan pertunangan secara sepihak itu bukan hanya membuat Lila patah hati tapi juga membuat kepercayaan diri Lila seketika terbanting hingga ke tanah.

"Aku doakan kamu dapat pria yang lebih segalanya dari Dimas itu,"

Ucap Yulia dengan bersemangat. Ia menepuk bahu Lila dengan keras.

"Aamin!"

"Yang semangat, dong!" Seru Yulia bersemangat.

"Aamiin!" Seru Lila dengan suara kesal.

"Yang ikhlas, dari hati gitu. Biar cepat terkabul hajatnya." Ucap Yulia sambil tersenyum lebar. Ia hanya ingin membuat sahabatnya itu kembali ceria.

Tapi sekejap kemudian wajah Lila kembali muram.

"Aku kasihan pad a ibu dan bapakku," desis Lila dengan suara parau. Tak tahan juga untuk tidak curhat pada Yulia.

Ia bisa bersikap sok tegar di hadapan orangtuanya, tapi hatinya sudah hancur berserakan.

"Mereka sudah menabung untuk bakal pesta pernikahanku, ibu bahkan sudah membeli kain kebaya yang akan kami jadikan seragam nanti, dan tiba-tiba saja semua pupus seketika."

Ucap Lila sambil menyusut airmatanya.

"Orangtuaku tentu malu, mereka sudah bicara dengan keluarga besarku ...." Sambung Lila dengan suara tercekat.

Yulia mengulurkan tisu pada Lila. Gadis itu menyusut airmata yang mulai merebak.

"Udah! jangan sedih lagi. Ayo kita segera keluar. Waktu istirahat sudah habis,"

Hibur Yulia sambil melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya, ia membereskan kotak bekalnya, juga merapikan kotak bekal Lila yang masih tersisa banyak itu.

Yulia merasa bersimpati pada sahabatnya yang kini berdiri dan segera mencuci tangannya itu.

"Lila, ayo bantu aku melayani tamu yang datang,"

Perintah Bu Elsa muncul dari pintu pantry.

"Iya, Mbak!" seru Lila sambil mengelap tangannya.

Yulia menyusul mencuci tangan dan mengikuti Lila keluar dari pantry.

Bu Elga tampak sibuk melayani dengan seorang costumer yang sedang memilih baju pengantin itu.

"Semua bagus dan cantik-cantik, aku jadi bingung memilihnya," seru wanita yang memakai busana kerja formal itu dengan antusias.

"Kamu pilih yang mana, Sayang?"

Tanya wanita itu seraya menggamit lengan pria disebelahnya itu dengan manja.

"Terserah kamu, saja!" Jawab pria itu datar.

"Kita juga punya koleksi baru yang simple dan warna-warna soft yang cantik," Ucap Bu Elsa kembali mempromosikan gaun desainnya dengan bersemangat.

"Lila, tunjukkan gaun pengantin koleksi terbaru milik kita,"

Titah Bu Elsa lagi.

Lila segera mendekat, seketika ia tertegun ketika melihat siapa custumer yang sedang bicara dengan Bu Elsa.

Begitu juga pasangan yang akan sedang memilih gaun pengantin itu, tampak terkejut melihat Lila.

"Lila?!" Seru Dimas tampak terkejut melihat Lila berada di butik itu memakai pakaian hitam putih yang sama dengan pegawai butik itu

Sari tampak tersenyum sambil bergelanyut di lengan Dimas. Seolah ingin menunjukkan kepemilikannya pada pria itu.

Sari tidak menyapa sedikitpun pada Lila. Ia hanya melihat dengan senyum penuh kemenangan.

"Lila, ambilkan gaun yang baru selesai kemarin,"

titah Mbak Elsa yang segera dilaksanakan oleh Lila.

"Lil, dia itu mirip pria yang ada di ponselmu," tanya Yulia dengan nada ragu.

"Emang dia!"

Sahut Lila tak bisa menutupi wajahnya yang gusar.

"Kurang kerjaan, ya? Apa mereka nggak tahu kamu bekerja di sini?"

Tanya Yulia dengan nada marah.

"Enggak tahu! Jika tahu, mereka sengaja melakukan itu."

Dengkus Yulia marah.

Lila berusaha tenang dan melepas baju pengantin itu dari badan manekin dengan hati-hati.

"Mereka harus diberi pelajaran!" Ucap Yulia geram.

"Sudahlah, jangan cari perkara. Kita jaga nama baik di sini, ya!"

Cegah Lila pelan

Yulia mendengkus. Ia heran, mengapa ia yang kesal sendiri melihat perlakuan dua pasangan itu pada Lila.

Lila mengambil gaun berwarna dusty pink itu dibantu oleh Yulia.

Dengan langkah berat Lila berjalan kembali menemui Sari dan Dimas.

"Nah, ini koleksi terbaru kami, ini desain busana pengantin yang akan menjadi tren tahun ini,"

Jelas Bu Elga sambil menunjukkan gaun berhiaskan kristal swarovski itu.

"Wah, cantik sekali, ya, Mas! Cocok sama aku?"

Tanya Sari dengan suara manja sambil menatap Dimas dengan tatapan penuh cinta.

Lila mengalihkan wajah jengah, begitu juga dengan Yulia.

"Pasti cocok, dong!" sahut Dimas sambil tersenyum. Ekor matanya melirik Lila sekilas.

"Ayo, bantu mbak Sari fitting bajunya,"

Perintah Bu Elga pada Lila.

"Yulia! kamu ambilkan aksesoris dan veil pengantin untuk dicoba Mbak Sari,"

Perintah itu segera dilaksanakan Yulia tanpa banyak bicara.

"Silahkan ke ruang ganti, Mbak!"

titqh Sari segera menuju ruangan lapang. Hanya ada kursi sofa beludru dan sebuah cermin sepanjang besar menempel di tembok ruangan.

"Bantu aku memakai baju ini!"

Perintah Sari tanpa menoleh, ia terlihat mengamati dirinya di cermin.

Gadis itu bertingkah seolah tidak pernah mengenal Lila sebelumnya.

"Bisa lebih cepat sedikit memasang kancing-kancing itu?" Omel Sari tak sabar.

Lila tak menjawab.

Ia berusaha meredam perasaannya sambil tetap menautkan kancing bagian belakang pada baju Lila. Lila agak kesulitan karena baju itu terlalu sempit di badan Sari.

"Auw! Kamu sengaja, ya, bersikap kasar begitu?"

Seru Sari tiba-tiba dengan suara keras.

"Maksud kamu apa?" tanya Lila panik

"Alah! bilang saja tak ikhlas membantu aku, sampai kamu mencakar punggungku?" seru Sari dengan suara keras.

Lila terperangah melihat Sari yang tiba-tiba saja nampak marah. Lila bahkan heran kenapa gadis itu bisa bersikap dramatis seperti itu.

"Kamu kenapa, sih, Sari?"

Seru Lila bingung.

"Ada apa, ini?" Bu Elga dan Dimas berjalan tergesa memasuki ruangan itu.

"Pegawai anda ini! dia bersikap tidak sopan, dia sangat kasar dan mencakar punggungku saat membantu memasang kancing ini.

Adu Sari dengan berapi-api.

Bu Elga dan Dimas segera menatap Lila yang terpaku dengan tatapan tak percaya.

"Maaf, Mbak! biar saya sendiri yang akan membantu mbak Sari-" Lerai bu Elga berusaha menengahi.

"Sudah! Saya tidak nyaman lagi berada di tempat ini, bridal pengantin tidak cuma ada di sini," Seru Sari sambil berusaha melepaskan kancing baju yang telah tertaut separuh itu.

"Mbak Sari, sini saya, bantu!" Bu Elga segera mendekat dan membantu Sari melepas baju itu.

Dimas memilih kembali keluar ruangan.

Pria itu melayangkan pandangan mata kesal saat melewati Lila.

"Mbak Sari, maafkan atas keteledoran pegawai kami. Saya sendiri yang akan melayani, Mbak-"

Ucap Bu Elga mengikuti Sari yang berjalan tergopoh keluar dari fitting room dengan wajah marah itu.

Marah yang dibuat-buat seolah ia adalah korban di tempat itu.

"Nggak usah, Bu! Saya sudah tidak mood berada di sini," Sahut Sari sambil berjalan cepat menuju ke arah Dimas.

"Ayo kita pergi, Mas. Kita cari butik lain yang lebih bagus pelayanannya." seru Sari sambil menggamit lengan Dimas dan menyeret pria itu keluar dari butik.

"Kamu ini kenapa, sih?" tanya Dimas sambil melepaskan tangan Sari yang menyeretnya itu.

"Apa Lila bersikap kasar pada kamu?" Tanya Dimas untuk meyakinkan.

"Tidak, sih! Aku cuma nggak cocok aja dengan harga di butik itu, mahal-mahal. Masa dana pernikahan habis buat satu gaun pengantin, saja?"

Jawab Sari sambil berjalan menuju ke mobil milik Dimas yang terparkir di halaman butik.

Dimas menggeleng dan menatap tak percaya melihat tingkah calon istrinya itu.

Bu Elsa berjalan mondar mandir dengan wajah merah padam. Pelanggan pertama yang ia harapkan bisa memberi keuntungan padanya hari itu justru lepas karena Lila.

"Kamu ternyata bisa bersikap begitu, ya?" cecar Bu Elga sambil menatap tajam ke arah Lila.

Sedang Lila hanya menunduk sambil meremas tangan resah. Yulia hanya menatap sahabatnya itu dengan wajah bersimpati.

"Kamu punya masalah apa sama gadis itu? Kamu iri?" Bu Elga kembali berseru marah.

"Tapi, Bu. Saya tidak bersalah. Gadis itu yang bersikap kasar-"

Batin Lila membela diri.

"Kamu sudah bersalah tapi tidak menyesal, ya" Seru Bu Elga semakin murka.

"Aku tidak butuh karyawan kasar seperti kamu!"

Seru Bu Elga marah.

"Sekarang kamu keluar dan jangan kembali ke tempat ini!" Usir Bu Elga sambil menunjuk ke arah pintu keluar.

"Bu, tolong beri kesempatan Lila-"

Ucap Yulia takut-takut.

"Sudah! Jangan bela dia atau kamu juga ingin dipecat!" Seru Bu Elga sambil berjalan tergesa menuju ke ruangan kerjanya.

Sementara Lila berjalan menuju ke arah loker karyawan dan mengemasi seluruh barangnya yang ada di tempat itu.

[Sari, kau telah merampas tunangan sekaligus membuatku menjadi pengangguran.]

Desis Lila geram.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 95

    Hantaran Diminta Kembali"Yud, cepat, ya!" seru Rizal dengan gusar. Ia menatap Lila yang nampak duduk dengan gelisah sambil beberapa kali menghembuskan nafas dengan cepat. "Ambil nafas, sayang!" ucap Rizal sambil mengusap keringat di dahi Lila. "Ambil nafas mulu, sudah ngos-ngosan ini!" seru Lila marah sambil melirik dengan tatapan tajam. Rizal bungkam seketika. "Iya, sabar, ya!" ucap Rizal tetap bersikap tenang sambil mengelus pinggang Lila. Dengan cepat Lila melesakkan dirinya dalam pelukan Rizal. Mencoba tenang dan menikmati sensari nyeri dan mulas yang semakin terasa. "Tenang, ya!" kata Rizal kembali sambil melirik ke depan. Jalanan di depan terlihat padat dan gelap. Banyak lampu terlihat di depan mereka, menandakan kondisi jalan yang sedang ramai. Lila diam, merasakan dada suaminya yang berdegub keras tak beraturan. Menandakan pria itu juga panik dan merasakan ketegangan yang sama. "Macet, pak!" keluh Yuda sambil membuang nafas kasar. Ia melirik Lila di jok belakang den

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 94

    Hantaran Diminta Kembali Lila menajamkan pandangannya saat ia melihat sosok berbaju putih dengan rok lilit batik berwarna hitam itu, terlihat sibuk di antara meja prasmanan. "Yulia!" seru Lila tak percaya. Gadis yang dipanggil segera menoleh dengan cepat dan tampak terkejut. "Lila! Oh ... maaf, Nyonya!" Yulia menyapa dengan gelagapan. Lila tampak terkejut, ia mendekati Yulia dan menggamit lengan Yulia untuk ke pinggir ruangan. "Ngapain manggil Nyonya?" Lila bertanya sambil mendongakkan dagu. Yulia tersenyum kikuk. "Eh, Nyonya-" Yulia menyebut lagi panggilan resmi itu dengan kaku. "Kenapa harus bersikap formal begitu, kalau teman, ya, sapa saja seperti biasa, Mbak," sela Rizal sambil mendekat. "Maaf, Pak, kan para tamu tamu di sini semua orang terhormat," Sahut Yulia malu-malu sambil membenahi celemek kecil yang melingkari pinggangnya. "Saya kok malah sok akrab sama ...." Yulia tidak melanjutkan ucapannya. "Ya ampun! bisa-bisanya, ya kepikiran begitu?"sergah Lila kes

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 93

    Hantaran Diminta Kembali Lila berdiri menghadap kaca besar di kamarnya. Ia menipiskan bibir melihat bentuk tubuhnya yang terpantul di kaca itu. Kemudian melempar pandangan ke arah ranjang dengan lelah. Tampak setumpuk baju tergeletak di atas ranjang. "Belum siap, juga?" Rizal berjalan memasuki memasuki kamar dan melihat istrinya itu masih belum bersiap. "Kenapa? Bajunya sudah jelek semua?" Rizal bertanya dengan nada lembut sambil mengamati gaun-gaun itu. "Bukan bajunya yang jelek, aku yang yang terlihat jelek," keluh Lila sambil menatap lagi bayangan dirinya di cermin. Rizal tersenyum menatap wanita yang tengah hamil besar itu. Wanita yang memakai gaun sutra yang flowy itu sudah terlihat begitu anggun dan cantik di matanya. "Kamu cantik dan seksi sekali!" Rizal berkata sambil mengambil selembar scarf untuk Lila. Namun Lila tidak terpengaruh pujian itu. Ia hanya mengira Rizal hanya sedang menghiburnya saja. Menurut Lila, mana ada wanita hamil dengan perut membuncit dan b

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 92

    Hantaran Diminta Kembali Dimas tersentak, bibirnya sampai terbuka saking terkejutnya. "Bangun, nggak! cari kerja sana!" Sari menghardik sambil menunjukan jari ke pintu ke pintu."Kau tahu aku juga setiap hari pergi melamar kerja," sahut Dimas seraya bangkit dari ranjangnya Ia melihat Sari sudah mengenakan seragam warna khakinya. Wanita hamil itu sudah siap bekerja. "Aku menyuruhmu kerja, bukan hanya mencari kerja!" Sari berseru marah. "Aku kan sudah berusaha, Sari!" Dimas menyahut sambil meruyak rambut dengan kasar. "Berusaha itu ada hasilnya, tapi ini tidak!" Sari memotong dengan suara melengking. "Ingat, aku hampir melahirkan, Mas dan aku masih terus bekerja, bahkan cari obyekan ke sana kemari demi cicilan mobilmu," seru Sari makin emosional. "Iya, iya, aku akan kerja!" Dimas menyahut gusar."Aku seperti ini juga gara-gara kamu!" Dimas balik berteriak dan segera beranjak menuju ke kamar mandi dan menutupnya dengan keras. Bu Eni yang sedang menjemur baju di samping ruma

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 91

    Hantaran Diminta Kembali Selvi memasuki mobilnya dengan wajah ceria. Sebuah telepon pagi ini membawa kabar yang membuat mood-nya seketika membaik. Tumben pria angkuh itu menelpon, meminta dirinya datang ke kantornya jam sepuluh pagi ini. Rizal tak perlu memohon, Selvi seketika menyanggupi akan datang saat itu juga."Tentu, dengan seneng hati," sahut Selvi dengan nada manja. Selvi melonjak girang, melempar ponsel di atas ranjang dan gegas menuju kamar mandi, memakai baju terbaik dan sedikit mengekspos keindahan tubuhnya, menyemprotkan parfum beraroma seksi seluruh tubuhnya, bahkan ia sibuk memilih sepatu dan tas termahalnya. Semua harus istimewa demi memenuhi panggilan Rizal. "Kamu yakin mau datang memenuhi panggilan Pak Rizal?" Elsa bertanya ragu. Melirik Selvi yang asyik mengemudi sambil bersenandung. "Tentu saja, kapan lagi aku memuaskan rindu pada Zal, kalau tidak mendatanginya pagi ini," sahut Selvi seraya mengibaskan rambut panjangnya. "Entahlah, aku merasa ia akan

  • Hantaran Diminta Kembali   Bab 90

    Hantaran Diminta Kembali Rizal perlahan membuka pintu kamar. Ia tersenyum melihat sosok yang berbaring di atas ranjang. Lila sudah pulas dengan posisi seenaknya. Kakinya bahkan menggantung begitu saja. Rizal mendekat dan membenahi posisi kaki Lila yang menggantung. Rizal terkejut saat melihat kaki Lila agak bengkak. Diusapnya pelan kaki itu, membuat Lila terusik. Ia hanya menggerakkan kaki dan kembali pulas. Rizal berdiri dan beranjak keluar dari kamar. Rizal segera menuju ruang tengah, karena masih mendengar suara dari televisi dari ruang itu. Ibu dan bapak masih duduk sambil selonjoran di sofa. Rizal dan Lila memang memutuskan menginap di rumah mertuanya itu. "Kenapa belum tidur, Mas?" Bapak bertanya pada menantunya itu. Rizal dengan santai duduk di dekat kaki ibu mertuanya. Bu Eni tersenyum, kebiasaan Rizal saat kecil dulu masih tak berubah hingga ia menjadi dewasa."Belum ngantuk, Pak," sahut Rizal sambil menoleh pada ibu yang kini membenahi letak jilbabnya. "Buk,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status