“Aaahh … Sandra. Tubuhmu nikmat sekali….”
Velicia menguatkan dirinya untuk melihat ke arah sumber suara–ke sebuah ruang kecil di dekat tangga darurat. Ia bisa melihat pintunya sedikit terbuka. Di sana, Velicia melihat suaminya tengah melakukan adegan tidak senonoh dengan seorang wanita asing–wanita yang tidak pernah Velicia temui sebelumnya. Jadi, sementara Velicia dilecehkan di dalam sana, Raymond justru … berselingkuh di belakangnya? “Hebat sekali,” desah si wanita yang dipanggil Sandra tadi. “Istrimu pasti puas memiliki suami sepertimu, Ray.” Raymond mendengus. “Kenapa bawa-bawa dia di sini?” “Ah, maaf.” Sandra tertawa kecil. “Bagimu, dia hanya boneka yang bisa dipamerkan saja ya?” “Mmh. Ya.” Raymond kembali menciumi leher Sandra. “Wanita sok polos seperti dirinya hanya bagus untuk dipajang.” Velicia mengepalkan kedua tangannya, sementara tubuhnya bergetar. Hatinya merasakan sakit yang luar biasa dan dadanya terasa sesak, hingga membuat air matanya keluar dengan sendirinya. Ia tahu ia hanya dinikahi karena tuntutan keluarga dan pemuas ego saja. Namun, ia pikir, setelah beberapa tahun menikah, Raymond akan memiliki sedikit perasaan padanya. Atau paling tidak bertanggung jawab atas Velicia. Karena toh Velicia selalu berusaha keras memenuhi semua tuntutan Raymond dan menjadi istri yang baik. Perbuatan pria itu malam ini sungguh menyakiti hatinya. Ia tidak mau lagi. Ia menolak menjadi boneka Raymond. Usai mengumpulkan tenaganya, perlahan Velicia melangkah pergi. Meninggalkan sepasang manusia laknat yang kini kembali mengeluarkan suara desahan yang membuat air mata Velicia mengalir kembali. Tidak hanya sedih dan terhina, ia juga merasa marah! “Ugh, panas–” Velicia merasa tubuhnya seperti terbakar. Apakah ini karena emosi dalam dirinya? Kenapa … rasanya aneh sekali– “Velicia?” Tubuh Velicia menegang saat mendengar panggilan itu. Sontak, ia berbalik ke arah sumber suara. Khawatir jika itu adalah salah satu atasan suaminya. Ia harus memfokuskan pandangannya beberapa kali karena rasa sakit di kepalanya makin menjadi. “Kamu–” Sepasang mata Velicia membelalak saat mengenali pria itu. Sepasang mata hazel itu tidak akan pernah bisa ia lupakan. “Arion?” Pria itu tersenyum miring. “Rupanya kamu masih mengingat namaku,” komentarnya. Mana mungkin ia bisa lupa? Arion Brooks. Sosok itu adalah mantan kekasihnya–seorang pria yang harus Velicia patahkan hatinya karena ia harus menikah dengan Raymond akibat perjanjian dua keluarga mereka. Bagaimana pria itu bisa ada di sini? Jantung Velicia berdebar lebih cepat sementara napasnya mulai berat dan peluh mulai menetes dari pelipisnya akibat rasa panas yang menelingkupi tubuhnya. Ada yang aneh dalam tubuh Velicia, tapi ia tidak tahu apa. Sekalipun ia minum alkohol, seharusnya tubuhnya tidak bereaksi seperti ini. Kecuali …. “... Hei, kamu baik-baik saja?” Kini, suara Arion tampak khawatir. Pria itu langsung menangkap tubuh Velicia yang meluruh di hadapannya sebelum wanita itu jatuh ke lantai sembari memegangi dadanya. “Arion,” desah Velicia, membuat sepasang mata hazel Arion membelalak karena desahan sensual Velicia diikuti dengan gerakan wanita itu yang menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher si pria. “Arion, tolong aku.” “Vel, apa yang–” Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, Arion tiba-tiba memahami sesuatu. Suaranya yang rendah terdengar berbahaya saat mengubah pertanyaannya menjadi, “Siapa yang melakukan ini?” Velicia menggeleng, tidak sanggup menjawab lantaran tengah menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Tanpa bisa ditahan, wanita itu mengerang pelan. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Arion mengangkat tubuh Velicia dan menggendongnya ke kamarnya yang ada di hotel tersebut. Sepanjang jalan ke sana, Velicia tampak tidak nyaman. Bahkan wanita itu mulai terisak dan meracau. Hingga pada akhirnya ketika Arion membaringkan Velicia di tempat tidurnya, wanita itu langsung menarik Arion ikut bersamanya. Dan mencium pria itu. *** "Kenapa penampilanmu berantakan seperti itu, Raymond?” Pria yang ditanyai itu menoleh ke arah si penanya, salah seorang atasan yang tadi bersama sang istri. “Ah.” Raymond tersenyum kikuk, sembari berusaha merapikan pakaiannya. “Kamu ini. Tampilanmu seperti orang yang habis melakukan sesuatu saja," imbuh atasannya lagi. Senyumannya penuh arti. “Apakah kamu baru saja ‘berbuat’ dengan istrimu yang cantik itu?” Pertanyaan itu membuat Raymond mengerutkan kening dan melihat sekeliling. Baru kemudian ia menyadari bahwa Velicia tidak ada di sana. "Sedang mencari sesuatu, Ray?" Kenzo bertanya. Meskipun jabatannya satu tingkat di atas Ray, usianya sama dengan Raymond. “Maaf. Istriku tidak di sini?” tanya Raymond. “Tadi dia bilang sih mau ke toilet, lalu dia tidak kembali lagi. Kupikir dia sekalian menyusulmu,” balas Kenzo ringan. Sama sekali tidak ada rasa bersalah dalam suaranya. “Kupikir kamu bertemu dengannya. Karena sekarang penampilanmu,” Ia melihat penampilan Raymond yang masih cukup berantakan, “tampak ‘panas’.” Seorang pria lain terkekeh. “Apakah kamu melakukannya di toilet?” godanya, membuat Raymond makin bingung. “Ya sudah, tidak apa-apa lah, meski istrimu tidak sopan. Kumaafkan. Sepertinya memang dia sangat mencintai suaminya.” “Di toilet ya,” gumamnya kemudian, tidak terlalu mengomentari komentar yang ditujukan padanya. “Kalau begitu permisi.” Tanpa disadari oleh Raymond, para atasannya menatap kepergiannya dengan seringai tipis, tampak seperti baru mendapatkan hiburan menarik. Terutama Kenzo. Karena pria tersebutlah yang memberikan minuman yang sudah dicampur obat kepada Velicia. Jika ia tidak salah hitung, seharusnya saat ini obatnya sudah mulai bereaksi. Kenzo bahkan tadi sempat pergi untuk mencari keberadaan istri Raymond tersebut. Namun, sayangnya Kenzo tidak berhasil menemukannya. Yah, sekalipun Velicia berakhir melakukan perbuatan itu dengan orang lain, itu tidak masalah. Yang jelas, nantinya itu akan membuat martabat dan rasa percaya diri Raymond yang setinggi langit itu jatuh, sesuai yang Kenzo harapkan. Sementara itu, Raymond berusaha mencari Velicia ke sekeliling ballroom terlebih dahulu sembari menghubungi nomor ponsel sang istri. Awalnya, ia tampak bingung, tapi lama kelamaan ia tampak kesal lantaran Velicia tak kunjung menjawab panggilan teleponnya. “Sial, di mana wanita itu?” gumam Raymond pada dirinya sendiri. Akhirnya ia keluar dan menuju arah toilet. Dalam hati Raymond, ia akan memberi pelajaran pada istrinya karena tidak mendengarkan perintahnya. Namun, sekarang yang penting ia harus menemukan Velicia terlebih dahulu. Fokus Raymond tiba-tiba jatuh pada kalung yang ada di dekat kakinya. Ia mengenali kalung itu karena tadi ia sempat melihatnya bertengger di leher sang istri. Apakah tadi Velicia di sini? Namun … tempat ini tidak jauh letaknya dari ruang peralatan tempat Raymond berhubungan dengan Sandra tadi. Mungkinkah … perempuan itu tadi melihatnya?Raymond terlihat lesu duduk di sofa ruang tamu dengan penampilan berantakan. Kemeja kerjanya kusut dengan satu kancingnya yang terbuka. Dasi dan jasnya masih berada di atas sofa semenjak dilemparnya semalam, ketika akan keluar mencari Velicia. Rambutnya sangat jauh berbeda dari gayanya sehari-hari. Rambut yang biasanya rapi, kini menjadi berantakan, tidak beraturan layaknya orang yang sedang frustasi.Dia menghabiskan malamnya untuk mencari Velicia yang sedang mengandung, dan kini telah berstatus sebagai mantan istrinya. Raymond sangat menentang hasil perceraian tersebut. Baginya hasil persidangan tanpa kehadirannya tidak akan sah meskipun sudah tercatat resmi menurut pengadilan dan negara. "Raymond!""Ray!""Buka pintunya!"Mata Raymond yang sedikit terpejam, seketika terbuka lebar. Dia bergegas berjalan cepat menuju pintu, berharap Velicia lah yang datang dan memanggil namanya.Senyuman sumringahnya seketika musnah, berganti dengan wajah datar yang menyembunyikan rasa kesal pada so
Raymond berjalan dengan lesu. Langkahnya terasa berat masuk ke dalam rumahnya. Dia menghela napas mendapati rumahnya yang terasa hening dan sepi. Bahkan terlalu kosong untuk rumah yang masih berpenghuni.Lagi-lagi dia merasa kesepian. Sepasang matanya menatap ke arah kamar belakang yang pintunya dalam keadaan tertutup."Pasti dia sudah tidur," gumamnya tidak bersemangat.Tidak dipungkiri sejak Velicia dinyatakan sedang mengandung, wanita itu selalu saja mudah mengantuk, sehingga Raymond tidak memprotesnya. Berbeda dengan sebelumnya yang harus ada setiap kali dibutuhkan oleh Raymond. Bahkan sebelum Raymond tertidur pulas, Velicia dilarang untuk tidur mendahuluinya.Pandangan mata Raymond tertuju pada sebuah amplop besar berwarna coklat yang berada di atas meja makan. Merasa sangat penasaran, dia pun bergegas mengambilnya. Seketika matanya terbelalak melihat lembaran isi dari amplop tersebut. "Tidak. Ini tidak mungkin," ucapnya sambil membaca lembaran itu secara teliti.Berkali-kali Ra
Di tengah kesibukan Raymond menyiapkan pernikahannya, Velicia menyiapkan kepergiannya dari rumah mereka. Hanya tinggal menunggu waktu saja untuk menerima surat resmi perceraian mereka yang diurus oleh pengacara Arion.Siang ini, Arion mengajak Velicia untuk bertemu di tempat biasanya. Dengan hati berdebar, Velicia menunggu kedatangan mantan kekasihnya itu, berharap pria tersebut membawa berita baik untuknya."Ini. Bukalah," ucap Arion sambil meletakkan sebuah amplop besar berwarna coklat di atas meja."Apa ini?" tanya Velicia pada mantan kekasihnya yang duduk di hadapannya.Arion tersenyum menggodanya. "Bukalah. Kamu pasti akan senang melihatnya," jawabnya dengan mantap.Velicia menatap serius padanya. "Di dalam amplop itu ada sebuah hadiah yang aku persembahkan untuk ibu anakku," imbuh Arion kemudian."Apa mungkin ...." Perkataan Velicia tidak dapat diselesaikannya. Dia mendapatkan anggukan kepala dari Arion. CEO muda itu membenarkan pikiran mantan kekasihnya.Dengan tangan gemetar V
Berdasarkan perdebatan Raymond dengan kedua orang tuanya dan juga Sandra mengenai pesta pernikahannya, akhirnya mereka memutuskan untuk mengadakan pesta pernikahan itu semewah dan sebesar keluarga kelas atas pada umumnya. Tidak hanya itu saja, mereka menyuruh Raymond agar segera membeli rumah mewah untuk tempat tinggalnya setelah menikah dengan Sandra. "Jangan perhitungan, Ray. Nanti juga kamu akan mendapatkan lebih besar lagi dari yang kamu keluarkan," tutur Alexander dengan gaya bijaknya setelah Raymond mengantarkan Sandra pulang. Anna duduk di sebelah suaminya, dan menyahuti ucapan suaminya, "Benar, Ray. Mereka tidak mungkin membiarkan putri berharganya keluar dari istana dengan tangan kosong. Buktinya mereka masih memikirkan pesta pernikahan putrinya dan tempat tinggal setelah putrinya menikah. Apa kamu tidak berpikir jika ini merupakan salah satu ujian dari mereka untukmu?" Raymond menghela napasnya. Yang menjadi pertanyaannya saat ini adalah ... dari mana uang untuk membay
"Kapan kalian menikah?" tanya Thomas Brooks ketika Sandra memberitahukan keinginan calon mertuanya untuk bertemu dengan mereka."Karena itulah orang tua Raymond ingin menemui kalian untuk membicarakan tentang pernikahan kami," jawab Sandra sambil tersenyum tipis.Pria paruh baya itu menatap sekilas pada wanita muda yang sudah diangkat menjadi anaknya, kemudian perhatiannya kembali pada kertas-kertas yang ada di hadapannya."Katakan pada mereka kami setuju dengan keputusan mereka. Kapan saja dan di mana saja mereka akan mengadakan pernikahan kalian," tuturnya tanpa melihat ke arah putrinya."Tapi, Pa ... Mereka--"Sontak saja pria paruh baya itu melihat ke arah Sandra yang sedang duduk di hadapannya. "Kami hanya perlu datang dalam pernikahan kalian sebagai walimu, bukan?" tanyanya dengan tegas.Seketika Sandra terdiam. Bibirnya kembali tertutup. Dia mengangguk sebelum akhirnya menundukkan kepalanya."Seberapa besar dan hebatnya pesta pernikahan kalian akan memperlihatkan strata sosial
Beberapa barang Velicia sudah dimasukkan ke dalam koper miliknya. Sama seperti awal dia datang ke rumah itu, Velicia hanya membawa dua koper yang berisi barang pribadinya tanpa membawa barang-barang yang dibeli menggunakan uang Raymond. Semua pakaian, perhiasan, sepatu yang dibelikan Raymond untuk menunjang penampilannya sebagai boneka hiasan suaminya di depan atasan dan koleganya, ditinggalkan begitu saja di tempatnya.Namun, ada sebuah gaun pesta dan sepasang sepatu berwarna senada di dalam koper tersebut yang tidak pernah dikeluarkannya. Semua itu pemberian dari Arion. Gaun pesta dan sepasang sepatu dari desainer ternama itu terlihat sangat mewah dan anggun ketika dipakainya. Velicia sengaja membawanya karena kenangan mereka sangatlah berharga untuknya. Dan ada sedikit harapan kala melihat benda kenangan tersebut, dia ingin bertemu kembali dengan sang mantan, dan menikah dengannya.Tentu saja itu hanya harapan kecil darinya. Akan tetapi, harapannya ketika terpaksa menerima perjodoh