Share

Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti
Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti
Author: Tya Prajana

Chapter 1 Paman, Menikahlah denganku!

"Paman, menikahlah denganku!"

Gadis kecil berusia 11 tahun itu bersuara dengan lantang dan penuh keyakinan, ekspresi wajah bulat itu menatap dengan seriusnya, "Kita pasti akan menjadi sepasang pengantin yang sempurna."

Pria tampan berusia 20 tahun itu tertawa. "Leanna, kau sudah mengatakan ini puluhan kali padaku. Apa kau begitu menyukaiku?" Pandangannya terarah pada gadis kecil yang tidak mengubah ekspresi seriusnya.

"Aku sangat menyukai paman. Ayo kita menikah sekarang juga dan aku akan tinggal bersama dengan paman selamanya," jawab Leanna dengan kepolosan anak-anak. Tangan mungil itu menarik tangan besar dan kekar milik pamannya itu.

“Leanna, dengarkan aku! Aku tidak bisa menikah denganmu,” tegas Lucian.

"Apa Paman Lucian tidak menyukaiku?" bibirnya cemberut membuat pipi bulatnya itu mengkerut

Lucian mengusap rambutnya dengan lembut. “ Leanna, kau masih terlalu muda, aku tidak ingin tinggal dipenjara jika berani menikah dengan anak-anak.” Lucian memberikan jeda, tatapan matanya menunjukkan kesedihan. “Aku juga akan pergi meninggalkan kota ini. Mungkin ini akan menjadi hari terakhirku di sini.”

Leanna mengangkat wajahnya, mata bulat itu tidak bisa menampung air mata yang dia tahan. “Tidak. Paman tidak boleh pergi. Paman harus di sini dan menungguku dewasa lalu kita akan menikah!” Gadis kecil itu merengek.

"Leanna, aku tidak bisa membatalkan perjalananku. Kita akan bertemu lain waktu." Lucian melihat ke arah jam tangannya. "Sudah waktunya aku pergi!"

"Tidak, aku ingin ikut dengan Paman, bawa aku bersamamu."

"Leanna!" Seorang Wanita memanggilnya dengan tegas. Rengekan gadis itu langsung berhenti. Gadis itu bahkan tidak berani menoleh ataupun memberontak saat wanita yang tidak lain adalah mamanya itu, melepaskan tangannya dari Lucian.

"Maafkan anak ini."

"Tidak apa-apa, kak. Aku harus pergi. Sampai bertemu lagi."

Leanna menatap satu-satunya cahaya harapannya. Mamanya membisikkan sesuatu lalu menarik Leanna untuk masuk ke dalam. Sesekali gadis itu masih menoleh, berharap Lucian kembali lagi padanya.

***

12 tahun kemudian,

Tubuh seorang gadis berusia 23 tahun gemetar, badannya begitu kurus, kulit putih tertutup dengan lebam. Dia merasakan seseorang yang mengamatinya, tetapi terlalu takut untuk melihat mereka. Kepalanya tertunduk. "Sebentar lagi, aku akan dibuang." gumahnya dengan suara yang begitu pelan.

"Tidak apa-apa, aku sudah mengalami penderitaan ini, mendapatkan siksaan lain setelah ini?" Pikiran negatif memenuhinya membuatnya tidak mendengarkan apa yang di bicarakan kedua orang yang tidak jauh darinya. Ini membuatnya tidak mendengarkan apa yang mereka bicarakan pada awalnya.

Salah satu dari pria itu mendengar apa yang di katakan yang lainnya dan mulai memberikan tanggapan. "Apa kakakku benar-benar sampai sejauh itu, bahkan ingin membunuh anaknya sendiri?" Wajah pria berusia 32 tahun menunjukkan keterkejutan.

"Ya. Anda tahu kondisi Nyonya Sisi, kan? Dia memilki depresi yang parah dan semakin buruk setelah Tuan Roy meninggal, " Kepala pelayan mengungkapkan apa yang terjadi .

"Lalu, apa yang kalian lakukan selama ini? Kalian telah berada di rumah ini selama bertahun-tahun dan mengetahui jika seorang gadis kecil telah dianiaya, tetapi kalian hanya diam melihatnya menderita?!" Pria dewasa yang tidak lain adalah Lucian Gu berteriak dengan marah.

"Maafkan kami, Tuan Muda. Anda tahu bahwa kami--"

"Cukup! Aku tidak ingin mendengar pembelaan. Kemasi barang Leanna, dia akan berada dalam perawatanku sampai Kak Sisi selesai dengan pemulihannya. Tinggalkan aku sendiri bersama Leanna!"

Kepala Pelayan langsung meninggalkan tempat itu. Lucian menatap Leanna dengan tatapan yang dipenuhi dengan kesedihan, kemarahan dan kekhawatiran. Kakinya berjalan mendekat ke arahnya lalu berjongkok untuk menepuk pundaknya pelan.

Gadis itu-Leanna Han menatap sepatu hitam yang mendekat itu. Tubuhnya gemetar, secara naluri, dia menarik diri menjauh. Lucian menenangkannya, "Jangan takut! Apa kau tidak mengenaliku? Kita pernah bertemu sebelumnya."

Leanna yang awalnya menenggelamkan wajahnya disela-sela kaki, mulai mengangkat wajahnya. Mata yang menatap kosong itu menatap Lucian. Dia tidak menjawab dan hanya mengamati dalam diam menatapnya. Lucian kembali bicara, "Apa kau melupakanku? Saat kecil kau selalu berada di sekitarku dan berteriak ingin menikah denganku."

"Paman Lucian?" Leanna memanggilnya dengan ragu, tetapi tubuhnya sudah bergerak untuk memeluknya, merasa kehangatan yang selama ini dirindukannya.

Leanna memeluk Lucian dengan begitu erat dan menangis dengan putus asa. Pelukannya dibalas dengan erat juga. Jari-jarinya menepuk pelan punggungnya. "Maaf, aku baru menemuimu sekarang."

Leanna tidak mengatakan apapun, dia hanya bisa menangis. "Paman, jangan tinggalkan aku lagi. Hanya paman satu-satunya yang aku miliki."

"Aku tidak akan meninggalkanmu, aku janji. Mulai sekarang kau akan tinggal denganku dan berada dalam perawatanku." Lucian hendak melepas pelukannya, tetapi cengkeraman tangannya begitu erat dan sulit untuk dilepaskan.

"Paman, kita akan bersama selamanya, kan?" ucap Leanna meminta kepastian.

"Tentu, saja. Jangan khawatirkan tentang itu."

"Paman berjanji tidak akan ada yang memisahkan kita, kan?" Gadis kecil yang telah tumbuh dewasa itu melepaskan pelukannya dan mengulurkan kelingking. "Janji, kan?"

Lucian tanpa ragu mengulurkan jari kelingkingnya. Mereka membuat janji satu sama lain. "Aku janji akan selalu bersamamu."

Senyum cerah terukir menggantikan kesedihan yang ditunjukkan Leanna. "Paman, aku tidak akan pernah melepaskanmu."

Lucian tidak menganggap serius makna dari pernyataan keponakan yang bahkan tidak memiliki hubungan darah dengannya ini. Dia bahkan tidak menyadari nada posesif dari perkataan Leanna itu. Sementara gadis itu telah menetapkan kepemilikannya pada Lucian.

Leanna kembali memeluk Lucian kali ini lebih erat dari biasa. Lucian tiba-tiba merasa tidak nyaman. "Leanna, ayo berdiri! Pelayan itu pasti sudah selesai menyiapkan pakaianmu."

Lucian melepaskan pelukannya lalu mengulurkan tangannya. "Ayo!"

Leanna menyambut uluran tangan itu. Dia mengenggam erat tangan itu.

Lucian membawa Leanna masuk ke dalam mobilnya. Saat Lucian tidak naik, Lyla menjadi cemas. "Paman, kau mau ke mana? Apa paman berbohong dan ingin meninggalkanku?" teriaknya dengan putus asa.

"Aku hanya ingin mengecek barang-barangmu. Tunggu di sini sebentar!"

Leanna masih tidak melepaskannya. Tatapan mata gadis itu bergetar menyembunyikan kesedihan yang mendalam. "Paman, aku tidak ingin membawa apapun dari rumah ini. Bisakah kita tidak membawanya?"

Lucian mengerutkan keningnya. Dia bertanya-tanya apa yang terjadi padanya sampai seperti ini ? Bahkan tidak ingin membawa pakaiannya?

Lucian melepaskan tangan itu. Dia perlu memeriksanya sendiri tentang sesuatu yang ditakuti oleh gadis kecilnya yang telah begitu banyak menderita. Dia ingin tahu sampai sejauh mana perlakuan.

"Apa semua barangnya sudah siap?" tanya Lucian pada seorang pelayan yang ditugaskan.

"Ya, Tuan Muda Gu."

"Buka kopernya sebentar, aku harus memeriksa sesuatu." Pelayan itu mengerutkan keningnya dan menunjukkan wajah pucat, tapi dia tidak bisa berbuat apapun dan hanya melakukan perintah.

Leanna tiba-tiba datang merebut tas itu lalu mendorong koper itu menjauh. Lucian menjadi semakin curiga. "Leanna, kenapa kau melakukan ini?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status