Share

Chapter 2 Aku Bukan Bayi Lagi

Penulis: Tya Prajana
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-29 23:20:20

"Maaf, aku tidak bermaksud untuk membentakmu." Lucian menatap Leanna yang terlihat terkejut. Namun, pria itu tidak mengurungkan niatnya awalnya. Dia dengan cepat melangkah mendekat ke arah koper itu.

Leanna mengikuti Lucian, menahan saat pria itu meraih resleting koper. "Paman, aku tidak ingin kau melihatnya. Ini bukan sesuatu yang pantas untuk paman lihat,” ucap Leanna  menghalangi Lucian.

Lucian menatap Leanna dengan intensitas,memberinya peringatan untuk tidak menganggunya.

Wanita yang masih cantik walaupun tertutup lebam itu, menarik tangannya dengan ragu. Ekspresi wajahnya semakin pucat, pandangannya fokus untuk melihat seperti apa ekspresi yang akan dibuat oleh Lucian.

"Apa ini? Bagaimana bisa benda seperti ini ada di dalam tasmu? Apa ini pantas untuk berada di sini?!" ucap Lucian dengan marah.

Mata kecokeletan yang tajam milik  Lucian beralih ke arah seorang pelayan yang sebelumnya membawa koper itu, "Panggil Kepala Pelayan sekarang juga!"

Pelayan itu dengan takut melangkah masuk kembali  ke dalam untuk memanggil kepala pelayan.

Lucian mengalihkan pandangan ke arah Leanna yang saat ini tidak berani menatap Lucian dari Lucian.    Leanna berbicara  dengan nada  rendah, "Paman, kau sudah melihatnya. Bukankah aku memalukan? Aku hanya memiliki barang-barang seperti itu dan semua orang menjadikanku bahan tertawaan saat pergi wisata."

Lucian menarik tubuh Leanna ke dalam pelukannya. "Aku janji tidak akan ada yang akan menghina atau merendahkanmu lagi.  Aku juga akan memberikanmu segala hal yang lebih baik dari yang kau terima "

Lucian melepaskan pelukannya saat melihat Kepala Pelayan datang. "Kau tunggu di mobil sebentar, aku akan mengurus masalah ini."

Leanna mengangkat wajahnya, memandang Lucian dengan ragu, tetapi saat melihat ekspresi tegas dari pamannya itu, Leanna hanya bisa berjalan ke arah mobil. Sebelum itu dia berhenti dan menoleh ke belakang.

Wanita cantik itu menatap tanpa berkedip saat melihat Lucian melayangkan tinju pada seorang lelaki dewasa yang tidak lain adalah Kepala Pelayan. Sudut bibirnya terukir senyum, lalu dia dengan cepat masuk ke mobil.

***

Kepala Pelayan yang diserang tiba-tiba itu menunjukkan keluhan, "Tuan Muda Gu, kenapa Anda menyerang saya secara tiba-tiba seperti ini?"

"Kepala Pelayan, aku memintamu untuk mengemas barang milik Leanna, tetapi apa yang kau masukkan ke dalamnya? Pakaian kotor seperti ini?"

"Ini adalah pakaian yang biasa digunakan oleh Nona Muda."

"Kau masih berani memanggil Nona Muda, tapi kau tidak memperlakukannya selayaknya majikan? Dalam sekali pandang sudah jelas bahwa semua pakaian ini berkualitas rendah. Bahkan warnanya saja sudah luntur, kakakku tidak mungkin seburuk itu sampai tidak membelikan pakaian yang layak untuk putrinya sendiri!" Lucian menarik kerah Kepala Pelayan.

"Tuan Muda Gu, Anda tidak mengerti, sejak penyakit kejiwaan Nyonya Lucy kambuh, Nyonya memang keras pada Nona Muda dan tidak pernah membelikan pakaian mahal untuk--"

"Jangan banyak alasan! Pakaian lusuh ini seharusnya masih bagus, tapi kalian mencuci dengan sembarangan dan pakaian-pakaian lain juga sengaja di rusak. Kau masih ingin menyalahkan kejiwaan kakakku sebagai penyebabnya!" Lucian kembali melayangkan pukulannya. "Mulai sekarang, kau dan semua pelayan dipecat!"

Kepala Pelayan justru menunjukkan senyuman mengejek. "Tuan Muda Gu, apa hakmu memecat kami? Tidak ada yang dapat mengusir kami selain Nyonya Lucy  dan Nyonya Besar."

"Aku akan bicarakan ini pada tetua. Lihat saja, setelah semua terungkap, kau tidak akan bisa lagi membuat alasan!" Lucian menjauhkan tubuhnya, dia memberikan peringatan untuk terakhir kalinya hari ini.

Lucian melangkah meninggalkan kedua orang itu, tanpa menyadari seorang pelayan berbisik ke arah

Dia melangkah menuju ke mobil lalu segera masuk ke dalam. "Kita pergi dari sini sekarang juga!" ucap Lucian pada supirnya.

Lucian mengalihkan pandangan ke arah Leanna. Melihat gadis muda ini hanya diam sepanjang waktu membuatnya ragu untuk bertanya. Leanna menyadari lirikan Lucian. "Apa paman ingin bertanya bagaimana aku diperlakukan di rumah?" Tanya Leanna menebak apa yang ingin dibicarakan oleh Lucian.

"Bagaimana kau tahu?" Lucian mengerutkan kening.

"Itu terlihat jelas dalam situasi seperti ini, tetapi, apa paman akan percaya dengan apa yang aku katakan? Semua orang bahkan tidak mempercayaimu. Mereka hanya berpikir bahwa aku mencoba untuk mencemarkan nama baik orang lain. Kakek bahkan berkata begitu." Leanna hanya menunjukkan ekspresi datar.

"Kakek? Apa maksudmu papaku?"

Leanna mengangguk.

"Leanna, aku berbeda dengan Papaku. Aku akan selalu percaya dengan perkataanmu. Jadi, ceritakan padaku apa yang ingin kau katakan pada orang lain," ucap Lucian mencoba untuk membuka hati Leanna. Dia tidak bisa membayangkan seberapa menderitanya gadis mungil yang dulu ceria berakhir seperti ini tanpa ada orang yang dapat membantunya. "Dan juga, papaku tidak sepenuhnya tidak mempercayaimu, buktinya dia mengirimiku untuk membawamu."

Leanna membuka bibirnya hendak mengatakan sesuatu, tetapi suara panggilan telepon di ponsel Lucian menghentikannya.

"Tunggu sebentar. Aku harus menjawab telepon."

Lucian mengambil ponselnya. "Hallo, Papa tenang saja, saat ini Leanna sudah aman bersamaku dan aku akan tinggal bersamanya mulai sekarang."

"Tidak! Kalian tidak bisa tinggal bersama. Bawa saja Leanna ke kediaman. Biarkan ibumu yang merawatnya!"

Lucian melirik kearah Leanna yang menatapnya dengan matanya yang sedu. "Papa, apa Papa tidak mempercayai aku bisa merawatnya dengan baik? Lagipula kondisi mental Leanna saat ini juga masih belum sepenuhnya stabil."

"Apa aku bisa percaya padamu saat melihat kebiasaan buruk mu itu dan juga kau hanya akan membuat orang lain salah paham. Kau hanya akan memberikan dampak buruk bagi Leanna."

Lucian merenung sejenak.

Leanna tiba-tiba saja menyandarkan kepala di bahu Lucian, tangannya melingkar di lengan pria itu. "Paman, ada apa?"

Lucian menggelengkan kepalanya. Dia Kembali melanjutkan pembicaraan di telepon. "Papa, aku akan merubah kebiasaanku selama Leanna ada di kediamanku dan bertindak hati-hati, jadi biarkan aku merawatnya. "

"Terserah kau saja. Namun, pastikan untuk menjamin bahwa kau tidak akan tergoda oleh keponakanmu."

Lucian justru tertawa kecil. "Papa, aku tidak akan mungkin menyentuh keponakanku. Dia seperti seorang bayi yang aku besarkan."

"Baguslah, jaga janjimu itu!" Panggilan berakhir.

Leanna tidak terlalu mendengar apa yang mereka bicarakan di telepon, tetapi kalimat terakhir yang diucapkan oleh Lucian membuat sesuatu yang memberontak di dalam hatinya menimbulkan rasa sakit. Dia tidak menyukai pandangan menjadi bayi.

"Paman, aku bukan bayi lagi, tapi aku telah menjadi dewasa."

Lucian terkejut dengan perkataan tiba-tiba yang terlontar dari bibir Leanna. "Ya, aku tahu itu. Namun, kau akan tetap menjadi gadis kecil kesayanganku!"

"Aku tidak mau hanya menjadi gadis kecil! Paman Lucian, kau tidak bisa menganggap pengantinmu seperti itu!"

"Pengantin?" Lucian mengerutkan kening.

"Paman, apa kau lupa janji yang kita buat saat aku masih kecil? Kau juga membuat janji hari ini. Apa Paman akan melanggarnya?" Leanna semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Lucian.

Lucian menelan ludah melihat wajah cantik dari jarak dekat, pandangannya tanpa sadar terarah pada bibir merah yang hampir menyentuh bibirnya hanya dalam sekali gerakan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 41 Menjadi Rival Cinta?

    Lucian menatap tajam pada pemuda ituangannya di tekuk di depan dada. "Sekarang kau harus membersihkan semua ruangan disini kecuali kamar. Aku harap kau bisa melakukannya dalam waktu cepat!" Pria muda yang usianya tidak jauh dari Leanna, mengangguk dan menjawab dengan sopan, "Baik, Tuan." Lucian duduk dengan santai di sofa dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Lucian memperkirakan pria itu tidak akan selesai kurang dari dua jam Namun, siapa yang mengira bahwa dalam waktu kurang dari 1 jam, pria itu datang padanya. "Saya sudah menyelesaikan semuanya." "Begitu cepat. Sekarang buat makanan untuk aku dan keponakanku." Pria muda itu mengangguk, dia mulai masuk ke dapur dan menyiapkan bahan-bahan untuk memasak. Lucian berdiri mengawasinya. "Asistenku telah memilihmu dari banyaknya kandidat, aku harap hasil masakanmu memenuhi standarku!" Pria itu hanya menganggukkan kepala. Tangan dan pandangannya berfokus pada bahan yang mulai dia masukkan ke dalam panci. pemuda berambut sed

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 40 Apa yang Paman Lakukan Padanya

    "Bagaimana bisa anda mengatakan akan mentoleransi nilai wanita bernama Leanna ini? Apa karena dia menggunakan jalur belakang?" Yuna tidak tahan untuk membiarkan hal ini begitu saja. "Bukankah ini tidak adil?" "Apa kau berani menentang keputusanku? Aku telah bersikap adil, jika kau masih ingin protes, aku akan membuatmu mendapatkan nilai D." Yuna menghela nafas untuk menenangkan dirinya. Tatapannya begitu tajam ke arah Leanna yang masih bersikap tenang. Saat dosen meminta mereka mengerjakan, Leanna menjawab pertanyaan dengan santai. Luca juga fokus dengan pekerjaannya. Waktu berlalu, mereka mulai mengumpulkan tugas itu. Dosen memberikan beberapa materi baru sampai waktu habis. Para mahasiswa keluar ruangan. Leanna masih dikelas mengecek jadwalnya. Luca melirik ke arahnya. "Tidak ada jadwal lagi hari ini. Kau bisa kembali atau kau ingin aku mengajakmu berkeliling sekolah?" "Luca, bisakah aku saja yang menemaninya berkeliling. " Yuna tiba-tiba saja datang bersama dengan te

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 39 Pria dari Masa lalu yang Ingin Melindunginya

    Leanna langsung melangkah keluar dengan terburu-buru. Dia bahkan mengabaikan panggilan wanita yang berstatus sebagai dosen dan penanggung jawabnya Kaki Leanna melangkah tanpa tahu ke arah mana jalanan ini akan membawanya. Dia masih belum mengenali tata letak ruangan di kampus ini. Pikirannya kacau, dia hanya ingin menghindari pria itu. "Kenapa? Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?" Saat berada di koridor, dia mendengar para wanita yang sedang bergosip. "Bukankah wanita itu yang tadi bersama CEO tampan idaman dikota ini? Apa dia pacarnya?" "Tidak mungkin, CEO Lucian tidak akan memiliki sebuah hubungan. Mungkin dia hanya sugar babynya, tapi dia tidak terlihat terlalu cocok. Jika aku yang datang ke tempat tidur CEO Lucian, aku pasti bisa menyingkirkan wanita itu." Leanna mengepalkan tangannya. Dia berbalik dan melangkah ke arah wanita itu itu. "Kau begitu percaya diri dapat mendapatkan paman Lucian dan meningkatkanku?" Menatap dari bawah ke atas. "Dia tidak akan tertarik

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 38 Sesuatu yang Manis

    Leanna membaringkan tubuhnya, tetapi Lucian hanya berdiri di dekat tempat tidur. “ Paman, kenapa tidak berbaring di sampingku?” Lucian menghela nafas panjang dan memilih untuk duduk dipinggir tempat tidur. “Baiklah, aku akan menemanimu disini sampai kau tertidur lelap. “ Lucian memberi sedikit jarak. Leanna mengerutkan keningnya. “Kenapa? Kenapa paman lebih memilih untuk duduk dan mengawasiku dibandingkan berbaring bersamaku. Paman?” Leanna kembali meraih Jika terlalu sempit aku masih bisa bergeser--” “Leanna, tolong jangan memprovokasiku!” Tegas Lucian dengan masih menjaga nada bicaranya yang lembut, tetapi tatapan matanya sedikit membuat Leanna tertekan. “ Lebih baik kau tidur sekarang. Jangan sampai kau terlambat di hari pertamamu.” Lucian melepaskan tangan Leanna dengan perlahan. Leanna masih mencengkeram lengannya dengan erat. “Setidaknya biarkan aku masih merasakan kehangatan paman, Tidak bisakah paman mengenggam tanganku jika tidak ingin memelukku?” Leanna menatap Lucia

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 37 Mengambil Keuntungan

    "Aku tidak menyangka paman akan melakukan hal konyol itu. " Leanna tidak bisa menahan tawanya mendengar apa yang dikatakan oleh Lucian. Dia kembali membalik lembar demi lembar foto-foto masa kecil Lucian yang terlihat konyol. Ada banyak hal tentang wajah Lucian kecil yang penuh dengan krim dan ekspresi lainnya. Bahkan ekspresi cemberut Lucian sangat menggemaskan. Leanna tidak bisa mengendalikan senyumnya. "Aku sudah menujukkan sisi memalukanku saat kecil, kali ini kau akan memaafkanku, kan?" ucap Lucian dengan suaranya yang tenang dan penuh percaya diri. Leanna hanya menganggukkan kepala. "Baiklah. Aku akan memaafkan paman, jika aku boleh menyimpan salah satu dari foto ini." Lucian tidak memberikan penolakan, "Lakukan apapun yang kau inginkan." Leanna melihat-lihat banyak foto. Namun, foto yang menarik perhatiannya adalah foto saat Lucian tertawa lepas. Di sebelahnya ada seorang wanita. Leanna menoleh ke arah Lucian yang memandang foto itu dengan lembut. Leanna diam-di

  • Hasrat Cinta: Paman, Aku Tidak Bisa Berhenti    Chapter 36 Di Dalam Kotak

    Lucian hampir membuka mulutnya, menanggapi provokasi asistennya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan keras. Sebelum Lucian sempat bereaksi, Leanna sudah melangkah bergerakan cepat menarik tubuh Lucian sedikit menjauh dari sang asisten. Leanna memeluk pinggang Lucian dengan erat. Matanya menatap dengan provokatif ke arah pria berkacamata itu. “Jangan coba-coba memprovokasi pamanku!" Tepukan di bahu Lucian secara perlahan terlepaskan. Asistennya mengalihkan tangannya untuk membenarkan posisi kacamatanya, tatapan mata tajam menyiratkan kebencian yang tersembunyi. “Kenapa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya,” ucap asisten itu dengan nada datar, tetapi menusuk. “Keponakan sepertimu tidak layak untuk—” Lucian menghentikan asistennya. “Cukup! Lebih baik kau kembali ke kantor. Aku tidak perlu kau ikut campur dalam urusan pribadiku.” “Tuan Lucian, Anda....” Asistennya tidak bisa melanjutkan protesnya, saat melihat tatapan Lucian yang tajam dan mengintimidasi. Sebagai orang yang su

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status