Share

Pria Menyebalkan

Penulis: Rein Azahra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-24 13:20:16

Amber mencibir. Semua lelaki ternyata sama saja. Bahkan seorang Dave yang dikabarkan gay ingin melihatnya telanjang.

"Aku bisa memberimu sebanyak yang Jeff kasih. Asal kamu mau menari di depanku." Dave berkata tanpa ekspresi.

Amber terdiam sejenak. Setidaknya dibanding menari di depan orang banyak seperti tadi, menari di depan Dave jauh lebih baik.

Amber segera berdiri dan bersiap membuka bajunya di depan Dave. Lelaki itu masih duduk dengan santai di sofa. Ia memperhatikan gerak gerik Amber dengan ekspresi datar.

Amber merasa heran. Kenapa Dave sama sekali tidak menunjukkan rasa tertariknya padahal ia sudah hampir telanjang. Oh, ia lupa kalau Dave ini tidak suka perempuan.

"Pakai lagi bajumu!" Dave berteriak saat Amber bermaksud melepas bra yang ia pakai.

Dengan cepat Amber memakai kembali bajunya. Ia duduk di depan Dave yang kini tengah memijat pelipisnya.

"Aku akan melunasi hutang keluargamu tapi dengan satu syarat." Dave berbicara dengan mata yang tertuju lurus pada Amber.

"Syarat apa itu?" Amber mulai penasaran.

"Layani aku dan turuti semua keinginanku."

***

"Nona, cepatlah, jangan sampai Tuan Dave menunggu terlalu lama." Seorang lelaki yang menjemput Amber melayangkan tatapan dinginnya pada gadis yang masih memeluk tubuh ibunya itu.

"Amber pergi dulu ya Bu, secepatnya akan Amber kasih kabar ke Ibu." Amber dengan terpaksa mengurai pelukannya dan menatap sendu wajah ibunya yang menyimpan kesedihan.

"Selalu berhati-hati ya Nak. Semoga Tuhan melindungi dimanapun kamu berada." Sepasang tangan keriput itu membingkai wajah kecil Amber yang berurai air mata.

Tak ada lagi kata yang keluar dari mulut Amber. Ia hanya bisa melambaikan tangannya ke arah ibunya yang masih bediri di teras rumah untuk menyaksikan mobil mewah itu membawanya pergi.

Mobil yang membawa Amber tiba di sebuah rumah mewah bergaya Eropa yang semalam ia datangi. Ia memutuskan untuk menerima tawaran Dave untuk menjadi pelayan sekaligus kekasih gelapnya.

"Silakan masuk Nona." Seorang pelayan menyambut kedatangannya.

Dengan langkah sedikit ragu, Amber melangkahkan kaki menuju ruang tamu rumah megah itu. Amber menyapu pandangannya menelisik setiap sudut tempat yang ada di ruangan itu.

Di rumah itu tadi malam sangatlah sepi, tapi siang hari seperti ini ternyata pelayan di rumah Dave sangatlah banyak.

Tap tap tap.

Suara ketukan sepatu menghentak lantai terdengar. Sontak Amber mengarahkan pandangannya ke arah sumber suara. Terlihat seorang lelaki bertubuh tegap turun dari lantai dua rumah besar itu. Tingginya sekitar 185cm, dengan memakai setelan mahal. Wajahnya sangat tampan dengan sentuhan dingin yang memikat.

Tubuhnya sungguh ideal melebihi model yang sering wara wiri di atas catwalk. Hidung mancung dengan rahang tegas serta iris abu-abu yang menawan. Secara keseluruhan, pria itu akan mampu memikat siapa pun perempuan di dunia ini.

"Selamat datang Amber." Iris abu-abu itu menatap tajam ke arah gadis berusia dua puluh tiga tahun itu.

Dengan sedikit ketakutan Amber menganggukkan kepalanya.

"Alfred, bawa Nona Amber ke kamarnya." Perintah Dave pada kepala pelayan di rumah itu.

Alfred segera mengajak Amber ke lantai dua rumah megah itu.

"Ini adalah kamar anda Nona." Alfred memberitahu Amber perihal kamarnya.

Amber memperhatikan kamar yang didominasi oleh warna putih. Kamar ini cukup besar hampir sama dengan kamarnya yang dulu sebelum rumahnya di lelang untuk membayar hutang ayahnya.

"Nona saya tinggal dulu. Jika ada apa-apa silakan panggil saya atau panggil pelayan yang lain." Alfred pamit dari hadapan Amber.

Amber merebahkan badannya di atas kasur empuk. Ia masih bertanya-tanya apa saja tugasnya di rumah ini. Apa ia harus melayani Dave seperti seorang asisten pribadi?

Saat Amber hampir terlelap Dave tiba-tiba muncul dan langsung membangunkan gadis itu dari tidurnya.

"Aku tidak membayarmu untuk tidur dan berleha-leha Amber." Suara Dave terdengar ketus. Ia melangkah masuk dan mengunci pintu kamar. Membuat Amber memasang sikap waspadanya.

"A—aku tidak tahu apa saja tugasku, Dave." Amber memberanikan diri menatap wajah Dave yang berdiri tegak di depannya.

"Tuan, panggil aku Tuan. Sesuai dengan posisimu yang kini jadi pelayanku." Dave berkata dingin.

"Kalau begitu katakan apa saja tugasku Tuan?" tanya Amber dengan sikap hormat. Ia tahu kalau Dave sekarang adalah majikannya. Demi uang satu juta dolar sikap ini adalah sikap yang paling pantas ia lakukan di depan Dave.

"Kamu tahu rumor tentangku kan?"

"Ya Tuan Dave, Anda dikabarkan jadi seorang.... gay.... " Dengan ragu Amber menjawab.

"Aku ingin menepis rumor itu dengan berpura-pura berpacaran denganmu." Dave mulai berbicara mengenai tugas Amber yang sesungguhnya.

Amber mengedipkan matanya berulang-ulang. Hanya berpura-pura menjadi kekasih Dave agar rumor Dave sebagai gay hilang. Jadi Dave benar-benar seorang gay?

"Kenapa kamu tertawa?" Dave mendelik kesal saat melihat Amber menahan tawanya.

"Tidak Tuan. Aku tidak tertawa." Amber segera menghilangkan senyum itu dari wajahnya. Ia takut Dave marah dan tersinggung.

"Jangan-jangan kamu adalah salah satu yang meyakini kalau aku adalah seorang gay." Dave mendengkus kesal seolah tahu dengan apa yang dipikirkan Amber tentangnya.

"Ti—tidak, mana berani aku berpikir seperti itu, Tuan." Amber menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Bagus, jangan pernah mengira aku seperti itu, paham?!"

"Paham Tuan." Amber mengangguk dengan cepat.

***

Sore hari, matahari hampir tenggelam saat mobil roll royce milik Dave memasuki pekarangan rumah besarnya.

"Tuan Dave sudah pulang!" Para pelayan itu begitu sibuk menyambut kedatangan Dave. Mereka berbaris rapih untuk menyambut kedatangan pria yang baru saja pulang dari kantornya.

Sudah jadi kebiasaan di rumah itu ketika majikan mereka pulang maka semua pelayan harus menyambutnya.

Dave berjalan dengan tegap. Sebuah kacamata hitam bertengger di hidung mancungnya. Garis wajah yang tegas memancarkan aura tersendiri baginya. Masih terlihat dingin seperti biasa.

"Selamat datang kembali, Tuan." Serempak para pelayan itu menyapa majikannya.

Dave menyapu pandangannya. Seperti mencari seseorang. Ya benar, di sana tidak ada Amber. Dave mengerutkan keningnya. Kemana gadis itu?

Seharusnya Amber juga ikut dalam barisan para pelayan, apakah Alfred tidak memberitahunya? Tatapan Dave beralih pada Alfred. Seolah tahu akan kesalahannya Alfred segera meminta maaf.

"Maaf Tuan, sepertinya Nona Amber masih di kamarnya." Alfred merasa jantungnya hampir copot. Keringat di dahinya bahkan sudah keluar sejak tadi. Ia tahu Dave sedang marah padanya saat ini. Ia lupa memberitahu Amber tentang kebiasaan di rumah ini.

Lelaki itu bergegas naik ke lantai atas. Kalau Alfred tidak memberitahunya maka dia sendiri yang akan memberitahu Amber soal kebiasaan di rumah ini.

BRAK!

Dave membuka pintu kamar Amber dengan kasar. Tapi pemandangan di dalam kamar selanjutnya membuat kedua mata Dave terbelalak.

"Aaahhh...!!! Terdengar jeritan panik dari mulut Amber yang sedang berdiri tanpa sehelai benang pun. Gadis itu baru selesai mandi dan belum berpakaian sama sekali.

Dave sontak membalik badannya. Kedua pipinya merona merah. Namun kemarahan kembali tersirat di wajah tampannya.

"Dasar murahan, apa yang kamu lakukan Amber? Apa kamu sengaja ingin menggodaku?" Suara Dave terdengar ketus.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Hot Duda   Kembali ke Rumah

    Setelah beberapa hari menghabiskan waktu di pantai, Dave dan Amber memutuskan untuk kembali. Perjalanan pulang terasa sunyi, namun hangat. Ethan tertidur di jok belakang, sementara Amber duduk di depan di samping Dave yang menyetir.Sesekali mencuri pandang ke arah istrinya itu. Amber menangkap pandangan itu dan tersenyum tipis, lalu kembali menatap keluar jendela, membiarkan angin sore mengayun rambutnya yang tergerai."Aku senang sekali Sayang. Akhirnya kita bisa bersama lagi setelah bertahun-tahun berpisah. Kita bahkan seperti sepasang pengantin baru lagi. Apa kamu juga senang, Sayang?" tanya Dave sambil melirik ke arah Amber yang tersipu. "Apa masih perlu aku jawab? Kau tidak melihat ekspresiku? Kau juga tidak menyadari kalau selama liburan ini aku selalu patuh padamu dan melakukan apapun maumu termasuk menyerahkan diriku sepenuhnya padamu Dave?" Amber balik bertanya. "Hei, jangan terlalu banyak pertanyaannya. Aku jadi pusing, Sayang." Dave terkekeh pelan. Ia menatap gemas lalu

  • Hasrat Liar Hot Duda   Janji yang Terucap

    Malam perlahan turun. Lampu-lampu di resort menyala temaram, memantulkan cahaya hangat di antara rindangnya pepohonan dan semilir angin laut. Ethan sudah tertidur pulas setelah puas bermain seharian, sementara Amber duduk di sofa balkon dengan selimut tipis menyelimuti tubuhnya. Dave datang membawa dua cangkir teh hangat dan duduk di sebelahnya. Dia tidak langsung bicara, hanya memandangi wajah Amber yang tampak lelah, namun jauh lebih tenang dibanding beberapa hari terakhir. “Terima kasih,” ucap Amber lirih, menerima cangkir dari tangan Dave. Dave mengangguk, “Terima kasih karena sudah mau ikut ke sini.” Amber menatap lautan di depan mereka. “Kau tahu, aku takut. Takut kalau semua ini hanya akan mengulang luka yang sama.” Dave memutar tubuhnya sedikit agar bisa memandangi Amber lebih jelas. “Aku paham, Amber. Dan aku tak menuntut jawaban sekarang. Aku hanya ingin kau tahu… aku serius. Aku ingin memperbaiki semuanya. Demi kau dan Ethan.” Amber menggigit bibirnya, menahan gempu

  • Hasrat Liar Hot Duda   Bulan Madu Kedua

    Mobil berhenti di depan sebuah resort mewah di pinggir pantai. Angin laut membawa aroma asin yang menenangkan. Amber turun dari mobil dengan Ethan yang tertidur di gendongannya, sementara Dave membantu membawakan barang-barang kecil mereka."Tempat ini..." Amber bergumam begitu matanya menangkap pemandangan yang akrab.Dave tersenyum hangat, memperhatikan ekspresi wanita yang begitu dicintainya. "Masih ingat? Ini tempat kita bulan madu kita dulu."Amber menoleh padanya, matanya membulat sedikit. Tentu saja ia masih ingat. Ini adalah tempat di mana mereka berdua dulu tertawa, bercanda, dan bermimpi akan membangun keluarga kecil yang bahagia. Amber sempat berpikir tempat ini sudah terkubur bersama semua kenangan pahit mereka. Tapi kini, Dave membawanya kembali ke sini, seolah menghidupkan kembali semua kenangan itu."Aku sudah lama ingin membawamu ke sini," kata Dave pelan, mengambil tas dari tangan Amber. "Aku ingin kau ingat, betapa dulu kita pernah berjanji menjadikan tempat ini seb

  • Hasrat Liar Hot Duda   Mulai Luluh

    Amber baru saja selesai mengantarkan pesanan ke meja pelanggan saat pintu restoran berdenting. Ia menoleh tanpa banyak pikir, dan jantungnya sontak berdegup kencang saat melihat siapa yang baru saja masuk.Dave.Dengan setelan santai namun tetap memancarkan kharisma, pria itu melangkah masuk, matanya langsung mencari keberadaan Amber. Ketika pandangan mereka bertemu, Amber seketika merasa seluruh dunia mengecil, hanya menyisakan dia dan Dave.Amber buru-buru memalingkan wajah dan pura-pura sibuk membereskan meja. Ia berharap Dave akan pergi. Tapi langkah berat Dave justru mendekat, dan sebelum Amber sempat menghindar, Dave sudah berdiri tepat di depannya."Amber," suara itu terdengar penuh emosi. "Kita perlu bicara."Beberapa karyawan dan pelanggan mulai memperhatikan mereka, bisik-bisik kecil terdengar di sekeliling. Amber merasa wajahnya mulai memanas. Ia menggeleng dengan cepat."Aku sedang bekerja, Dave. Pergilah," bisiknya ketus.Namun Dave tidak bergeming. Ia justru melakukan se

  • Hasrat Liar Hot Duda   Ancaman Dave

    Dave menghela napas panjang di dalam mobilnya, tangannya mengepal erat di atas setir. Suasana di dalam kendaraan itu terasa sesak, seolah-olah udara tidak cukup untuk menahan beban di dadanya. Kilasan wajah Amber yang marah dan penuh luka terbayang terus di benaknya. Dave memejamkan mata, mencoba mengendalikan rasa frustrasinya.Ia harus melakukan sesuatu. Ia tidak bisa membiarkan Amber berjuang sendirian menghadapi tuntutan konyol dari ayahnya. Ia tidak akan membiarkan siapa pun mengambil Ethan dari Amber, anak yang bahkan baru saja diakuinya sebagai darah dagingnya.Telepon genggamnya bergetar di saku jaket. Dengan cepat, Dave mengangkatnya. Di layar tertera nama Julian."Dave, aku sudah mencari tahu," suara Julian terdengar tergesa. "Ayahmu sudah menyiapkan pengacara terbaik di kota ini untuk memenangkan kasus hak asuh Ethan."Dave mengumpat pelan. "Aku harus bertemu denganmu sekarang."Mereka bertemu di sebuah kafe kecil yang cukup sepi. Begitu Julian duduk, Dave langsung mengutar

  • Hasrat Liar Hot Duda   Tuan Martin membuat semuanya kacau

    Julian membuka pintu ruang kerja Dave dengan tergesa, napasnya sedikit memburu. Dave yang tengah menatap layar laptop langsung mengangkat kepala, alisnya bertaut ketika melihat ekspresi serius di wajah tangan kanannya itu. "Ada apa, Julian?" tanya Dave, nada suaranya tenang tapi tajam. Julian menelan ludah. "Dave, ini bahaya.""Ada apa?" tanya Dave dengan alis berkerut. "Tuan Martin baru saja melayangkan gugatan hak asuh anak terhadap Amber," jawab Julian dengan wajah tegang. "Apa?" Dave langsung berdiri, kursi kerjanya bergeser dengan kasar. “Aku baru saja mendapat informasi dari kenalanku di pengadilan. Gugatan itu resmi. Suratnya sudah dikirim ke rumah Nenek Rose.” Wajah Dave langsung mengeras. Matanya dipenuhi amarah yang tak terbendung. "Shit! Kenapa Papa berani-beraninya mencampuri urusanku dengan Amber dan Ethan?!” gumamnya geram."Tenang dulu Dave, kau bisa membicarakan hal ini baik-baik dengan Tuan Martin siapa tahu dia bisa menarik gugatannya kembali. Kau juga h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status