Tangan kekar Devano merengkuh pinggang ramping Lyra. Jarak antara wajah keduanya hanya tinggal 5cm saja. Keduanya bisa merasakan deru napas hangat masing-masing dari mereka.
"Kenapa kau tidak tidur, hmm…?" tanya Devano membelai pipi Lyra. Pria itu mengganti lampu ruang kerjanya menjadi temaram. Ia sangat suka melihat wajah cantik Lyra dalam penerangan yang temaram seperti sekarang. Menurutnya Lyra jauh lebih seksi jika dilihat menggunakan cahaya yang minim. Jemari tangan Lyra mengelus rahang tegas Devano. Menatapnya lekat. Semakin dilihat wajah Devano semakin tampan saja. Hal itu membuat detak jantungnya menjadi tidak aman karena pesona ketampanan seorang Devano Ourlando. 'Tidak-tidak, aku tidak boleh terpesona padanya! Aku kesini untuk mencari bukti tentang kejahatannya lalu melaporkannya ke pengadilan!' batin Lyra membentengi dirinya agar tidak jatuh dalam pesona Devano. "Ekhem…" suara deheman Devano menyadarkan Lyra dari lamunannya. "Ada apa?" tanyanya dan dibalas gelengan kepala oleh Lyra. "Aku tidak bisa tidur, tuan! Apakah aku boleh bermalam disini?" tanya Lyra mencium bibir Devano untuk menggodanya. Ia bermanja dengan Devano yang hanya menampilkan guratan di wajah tampannya. Sepertinya pria itu sedang stress akibat pekerjaannya. Sejujurnya, Lyra enggan melakukan hal itu. Tapi semua demi bukti kejahatan Devano, ia akan melakukan semuanya. Bahkan, ia melupakan moral dan akal sehatnya. Tangan Devano meraih tangan Lyra dan menggenggamnya dengan erat. "Kita bisa tidur di kamar, kenapa harus disini?" Ia hendak menggendong Lyra, namun dicegah olehnya. "Aku hanya ingin menemanimu bekerja, tuan! Bahkan, aku sudah membuatkan kopi untukmu!" ujar Lyra menahan tangan Devano yang akan menggendongnya. Jika mereka kembali ke kamar, maka sia-sia saja usaha Lyra. Ia sudah bersusah payah demi bisa masuk ke dalam ruang kerja Devano. Tentu saja ia enggan kembali ke kamar mereka. Devano tertawa kecil. "Lainkali suruh saja pelayan, jangan bekerja sendiri!" tukasnya mencium tangan Lyra. Pria itu sebenarnya tahu alasan kenapa Lyra datang ke ruang kerjanya. Wanita itu pasti ingin mencari bukti yang bisa memberatkannya di pengadilan. Lyra menganggukkan kepalanya. "Baik tuan," ucap Lyra berpura-pura baik. Tangan Devano menelusup ke balik dress mini yang dikenakan oleh Lyra. Ia menyentuh titik sensitif dari wanita itu. Aktivitas tangan Devano dibawah sana membuat Lyra menggigit bibir bawahnya. Terlihat begitu seksi dan menggoda. "Eunghh…" Tanpa sadar lenguhan kecil lolos dari bibir mungilnya. "Sayang, malam ini bagaimana jika kita melakukan sesuatu yang menyenangkan?" tawar Devano sengaja membuat Lyra tergoda. Pria itu menyeringai saat mendengar Lyra melenguh merdu. Lyra yang awalnya bersikap biasa saja, langsung terdiam di tempat. Ia benar-benar tidak bisa menahan godaan Devano. "Tapi tuan, bukankah kau sedang bekerja? Kenapa tidak bekerja saja? Aku bisa menemanimu disini," ucap Lyra mencari alasan agar mereka tidak menyatu lagi. Niatnya hanya ingin masuk ke dalam ruang kerja Devano dan memberikan kopi yang sudah ia masukkan obat tidur. Tapi sepertinya, Devano enggan meminum kopi itu dan malah menyentuh inti tubuhnya. Jantung Lyra berdecak sangat kencang. Apalagi saat Devano kembali menyentuh miliknya, dan ia bisa merasakan milik pria itu sudah mengeras. 'Bagaimana ini? Sepertinya aku terjebak disini!' batin Lyra berusaha mencari cara agar mereka tidak bercinta lagi. "Jangan ditahan sayang, lepaskan saja!" bisik Devano merendahkan nada bicaranya dan mencium bibir Lyra dengan sangat rakus. Devano sangat suka dengan tubuh Lyra yang sangat seksi nan mempesona. Pria itu melakukan pemanasan dengan menyentuh dada Lyra dan juga inti tubuhnya. Lyra mati-matian menahan hasrat yang sudah membumbung tinggi. Niatnya dikalahkan oleh godaan Devano. "Eunghh…" suara laknat itu lolos dari bibir mungil Lyra. Wanita itu benar-benar dibuat terbang hingga ke langit ke tujuh oleh Devano. Ia sudah salah besar jika menilai Devano tidak akan tergoda dengan penampilannya dan mau menurutinya untuk minum kopi. Fakta yang sebenarnya terjadi, Devano justru tergoda dengan penampilannya dan juga sikap Lyra yang seakan menantang tadi. Malam itu kembali menjadi malam yang panas bagi Lyra dan Devano. Kedua insan manusia itu bersatu kembali di sebuah ruang kerja dengan penerangan yang begitu temaram. "Ohh… hentikan Tuan…" pinta Lyra saat milik Devano memaksa masuk ke dalamnya. Devano tak memghiraukan permintaan Lyra. Ia terus menuntun miliknya untuk masuk ke area sensitif Lyra. "Ahh… kau masih sangat sempit sayang…" desah Devano melampiaskan hasratnya kepada Lyra. Sepanjang malam, Devano terus melampiaskan hasratnya pada Lyra. Mereka berdua melakukannya di sebuah sofa yang ada di ruang kerja. "Mau coba gaya lain?" tawar Devano mencabut miliknya dari dalam Lyra. Lyra yang sudah terkulai lemas pun hanya menggelengkan kepalanya saja. Permainan panas Devano benar-benar membuat Lyra kewalahan sekaligus ketagihan. Pria itu terlihat begitu perkasa saat mencapai puncak kenikmatannya. Wajah tampannya yang basah akibat peluh, membuat Lyra terpesona. Karena Lyra sudah kehabisan tenaga, dan Devano juga harus segera menyelesaikan pekerjaannya. Pira itu akhirnya menghentikan aktivitas panas mereka. Ia menatap wajah cantik nan seksi Lyra selesai bercinta dengan nya. Wajahnya dipenuhi buliran peluh, semakin menambah aura kecantikan Lyra. Pria berwajah tampan itu kemudian memakai kembali celananya dan menggendong Lyra kembali menuju kamarnya. "Akan ku buat kau mengandung benih ku, sayang!" bisik Devano menggigit telinga Lyra yang sudah tertidur lelap akibat kelelahan. "Tuan, dia…" Alex yang berjaga di luar ruang kerja langsung menutup mulutnya saat mendapatkan tatapan sinis dari Devano. Pria itu menggendong Lyra yang sudah terlelap dalam tidurnya karena kelelahan kembali ke kamar mereka. Sesampainya di kamar, ia merebahkan tubuh Lyra ke atas ranjang berukuran king size lalu menyelimutinya dengan menggunakan selimut tebalnya. Sekujur leher Lyra dipenuhi oleh kissmark yang diberikan oleh Devano. Pria itu menyunggingkan senyum smirknya. "Kau masih belum bisa menandingi ku, sayang!" ucap Devano mengelus lembut pipi Lyra. Kemudian, Devano kembali ke ruang kerjanya. Masih ada banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan malam itu juga. Anggap saja kegiatan panas tadi sebagai olahraga untuknya melupakan pekerjaannya yang memusingkan. "Ikut saya!" tukas Devano memerintahkan Alex untuk ikut dengannya. Alex menganggukkan kepalanya dan berjalan— mengekor di belakang Devano. "Buang kopi ini!" titah Devano menyuruh Alex untuk membuang kopi yang dibuat oleh Lyra tadi. "Tapi tuan, bukankah itu kopi yang dibuat oleh nyonya muda!" ucap Alex tidak mengerti dengan perintah dari bosnya itu. Devano tersenyum smirk. "Kopi itu sudah dicampur oleh obat tidur! Segera buang kopinya!" ujar Devano membuat Alex membulatkan kedua bola matanya. "Jadi… nyonya muda sengaja mencampuri obat tidur dalam kopi anda?" tanya Alex lagi. Devano manggut-manggut. "Ya. Dia ingin membuat saya tidur! Tapi, dia lupa sedang berhadapan dengan siapa!" jawab Devano sembari menggelengkan kepalanya. Ya. Devano sudah tahu apa rencana Lyra. Namun, ia tetap mengikuti setiap sandiwara yang dilakukan oleh Lyra dan berpura-pura tidak tahu apapun. Maka dari itu, Devano langsung membalikkan keadaan dengan menggoda Lyra dan berujung mereka berdua melakukan hubungan s*ksual yang sangat panas. "Tetap awasi gerak-geriknya, tapi jangan menyentuh atau bahkan nenggertaknya!" tukas Devano memberikan perintah. Ia masih penasaran tentang rencana yang akan dilakukan oleh istrinya selanjutnya. Dan ia pun menunggu rencana tersebut. Alex menganggukkan kepalanya. "Baik tuan, saya akan mengirim pengawal bayangan pada nyonya muda," ucapnya mengiyakan perintah Devano. Setelah memerintahkan hal itu, Devano kembali duduk di kursi kerjanya dan kembali menatap layar laptop. Ia mengusap bibirnya sendiri dengan menggunakan jari telunjuknya. "Bibirnya sangat manis!" gumam Devano menyeringai. "Lyra… Lyra, kau kira aku tidak tahu apa rencana mu, hmm?" lanjutnya geleng-geleng kepala. Meskipun terkadang sifatnya dingin, tapi sebenarnya Devano memberikan perhatian kecil pada Lyra. "Aku akan mengikuti permainan mu, sayang!" ucap Devano menunggu rencana Lyra selanjutnya.Tangan kekar Devano merengkuh pinggang ramping Lyra. Jarak antara wajah keduanya hanya tinggal 5cm saja. Keduanya bisa merasakan deru napas hangat masing-masing dari mereka. "Kenapa kau tidak tidur, hmm…?" tanya Devano membelai pipi Lyra. Pria itu mengganti lampu ruang kerjanya menjadi temaram. Ia sangat suka melihat wajah cantik Lyra dalam penerangan yang temaram seperti sekarang. Menurutnya Lyra jauh lebih seksi jika dilihat menggunakan cahaya yang minim. Jemari tangan Lyra mengelus rahang tegas Devano. Menatapnya lekat. Semakin dilihat wajah Devano semakin tampan saja. Hal itu membuat detak jantungnya menjadi tidak aman karena pesona ketampanan seorang Devano Ourlando. 'Tidak-tidak, aku tidak boleh terpesona padanya! Aku kesini untuk mencari bukti tentang kejahatannya lalu melaporkannya ke pengadilan!' batin Lyra membentengi dirinya agar tidak jatuh dalam pesona Devano. "Ekhem…" suara deheman Devano menyadarkan Lyra dari lamunannya. "Ada apa?" tanyanya dan dibalas gelengan ke
Sepeninggalan Devano tadi, tak banyak yang bisa dilakukan oleh Lyra. Setiap gerak-geriknya dipantau oleh para pelayan di Mansion mewah itu. Ada banyak kamera pengawas yang terpasang disana.Wanita itu hanya bisa berdiam diri di dalam kamar tanpa melakukan apapun. "Dasar pria gak punya hati! Dia yang bawa aku kesini, tapi dia juga yang pergi ninggalin aku!" umpat Lyra berdecak kesal.Bagaimana tidak kesal? Ia dipaksa menikah oleh pria itu. Jika menjadi istri sesungguhnya mending, ini menjadi istri rahasianya. Jika dia ingin merahasiakan pernikahan mereka, untuk apa dirinya dinikahi bukan? Lebih baik dia menyewa orang saja untuk memenuhi hasratnya.Tok... Tok... Tok...Suara ketukan pintu menyadarkan Lyra dari lamunannya. "Masuk! Pintunya tidak dikunci!" tukas Lyra menyuruh seseorang yang mengetuk pintu kamarnya untuk masuk.Pintu kamar terbuka, menampilkan seorang wanita berpakaian pelayan. Dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar utama milik Devano yang saat ini ditempati oleh Ly
"Ekhem…" Suara deheman Devano menyadarkan Lyra dari lamunannya. Wanita itu refleks membenarkan posisi duduknya. "Kenapa kau ingin menikahi ku?" tanya Lyra ketus. Devano tersenyum smirk. "Karena benih ku ada di dalam rahim mu! Aku tidak mau jika suatu hari nanti, kau datang dan mengacau nama baik ku! Aku terlalu sibuk untuk mengurus skandal!" jawabnya membuka kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Mata elangnya menghunus tajam ke arah Lyra. Ia menyunggingkan senyum miring. Lyra mendesis pelan. "Siapa juga yang mau buat skandal denganmu! Sekarang kita buat perjanjian, aku tidak akan membuat skandal tentangmu dan kita lupakan saja kejadian tadi malam! Dan kau melepaskan ku, bagaimana?" tawar Lyra membuat sebuah penawaran kepada Devano. Devano tertawa kecil. "Gadis kecil sepertimu tidak layak untuk bernegosiasi dengan ku!" ucapnya membuat Lyra jengah. Iring-iringan mobil mewah milik Devano dan juga para pengawalnya melaju pesat membelah jalanan kota. Jika sudah ang
Keesokan harinya, sinar mentari masuk melalui celah-celah jendela dan mengganggu tidur kedua insan yang tadi malam habis bercinta. Sang pria menggeliat dan membuka matanya. Ia mendapati dirinya sedang dalam posisi naked dengan seorang wanita di sebelahnya. Pria itu memijat pelipisnya pusing. Sepertinya karena kebanyakan mengkonsumsi alkohol, jadinya membuat kepala Devano pusing. Ya. Pria yang bercinta dan merenggut keperawanan Lyra tadi malam adalah Devano. Dia salah masuk kamar dan mengira bahwa Lyra adalah j*lang yang ia pesan untuk melayaninya. Sorot mata pria itu menangkap bercak darah yang tercecer diatas sprei. "Ternyata dia… benar-benar masih perawan?" gumam Devano terkejut. Tatapannya beralih ke arah gadis yang sudah ia renggut keperawanannya. Gadis itu masih terlelap dalam tidurnya. "Sial! Aku sudah merenggut keperawanan gadis ini! Bagaimana jika dia… ah sudahlah!" Dengan cepat, Devano beranjak dari tempat tidurnya dan memakai pakaiannya kembali. Disaat yang bersama
Suara dentuman musik dari seorang DJ terkenal mengalun— memenuhi sebuah ruangan dengan penerangan temaram. Semua orang yang datang ke klub malam tersebut berasal dari keluarga terpandang. Ada yang pengusaha terkenal, mafia, bahkan pejabat pun berdatangan ke klub malam tersebut. Suasana di dalam ruangan tersebut terlihat begitu menyenangkan. Ada banyak pria yang menikmati alunan musik DJ sembari memegang gelas wine-nya. Mereka semua juga menikmati wanita-wanita penghibur yang melayani. "Tidak perlu! Saya tidak membutuhkan pelayanan mu!" Suara baritone seorang pria menolak bahkan melemparkan gelas berisikan wine di tangannya tepat ke arah seorang wanita penghibur yang memakai pakaian kurang bahan tersebut. Dari arah lain, seorang wanita cantik berambut hitam legam tampak sedang mengamati seorang pria yang baru saja melemparkan gelas wine hingga jatuh berserakan di lantai. "Cih! Tempramen-nya begitu buruk! Tak heran jika dia dijuluki pria berhati dingin!" umpat nya sembari terus m