Keesokan harinya, sinar mentari masuk melalui celah-celah jendela dan mengganggu tidur kedua insan yang tadi malam habis bercinta.
Sang pria menggeliat dan membuka matanya. Ia mendapati dirinya sedang dalam posisi naked dengan seorang wanita di sebelahnya. Pria itu memijat pelipisnya pusing. Sepertinya karena kebanyakan mengkonsumsi alkohol, jadinya membuat kepala Devano pusing. Ya. Pria yang bercinta dan merenggut keperawanan Lyra tadi malam adalah Devano. Dia salah masuk kamar dan mengira bahwa Lyra adalah j*lang yang ia pesan untuk melayaninya. Sorot mata pria itu menangkap bercak darah yang tercecer diatas sprei. "Ternyata dia… benar-benar masih perawan?" gumam Devano terkejut. Tatapannya beralih ke arah gadis yang sudah ia renggut keperawanannya. Gadis itu masih terlelap dalam tidurnya. "Sial! Aku sudah merenggut keperawanan gadis ini! Bagaimana jika dia… ah sudahlah!" Dengan cepat, Devano beranjak dari tempat tidurnya dan memakai pakaiannya kembali. Disaat yang bersamaan, pintu kamar tersebut diketuk oleh seseorang. Tok… tok…tok… "Tuan Vano, ini saya Alex!" ucapnya mengetuk pintu kamar tersebut. Alex adalah orang kepercayaan sekaligus tangan kanan Devano. Setiap pagi, dirinya harus menjemput bosnya yang sudah sangat sering menginap di klub malam tersebut. Jadi, Alex sudah tidak heran lagi. Bosnya itu memang sering bermalam disana, sekedar untuk bersenang-senang dan melupakan sejenak pekerjaannya. "Masuk!" tukas Devano dengan suara baritone nya. Alex membuka pintu kamar itu dan mendapati seorang wanita sedang tertidur pulas. "Jangan menatapnya!" tukas Devano dengan nada otoriter. Pandangan Alex seketika tertunduk. "Maaf tuan," ucapnya menundukkan kepalanya. "Dia siapa, tuan? J*lang baru anda? Karena tadi malam Cathy menelpon saya dan mengatakan bahwa anda tidak jadi datang ke kamarnya! Saya kira anda tidak ada di klub," tanya Alex dengan sangat lancang. Devano menarik napasnya dalam-dalam. Hampir tidak ada ekspresi apapun di wajah tampannya. Ia melirik sekilas ke arah gadis cantik yang masih tertidur pulas itu. "Entahlah, saya juga tidak tau dia siapa! Saya kira dia salah satu wanita penghibur disini, tapi ternyata tidak! Dia masih virgin, dan saya orang yang sudah mengambil keperawanannya!" jawab Devano membuat Alex tertegun. Selama dirinya bekerja dengan Devano, baru kali ini dirinya mendengar Devano menjelaskan sesuatu padanya. Karena biasanya, Devano bersikap sangat dingin. Bahkan lebih dingin dari es di kutub Utara. "Perlu saya cari informasi tentang dia, tuan?" tanya Alex menawarkan diri. Devano menganggukkan kepalanya. "Coba kamu lihat tasnya! Barang kali ada tanda pengenalnya, saya penasaran kenapa dia bisa ada di kamar yang seharusnya menjadi kamar untuk melayani para tamu disini!" tukas Devano meminta Alex untuk mencari informasi tentang identitas Lyra. Alex bergegas menuruti perintah bosnya sebelum gadis yang tadi malam bercinta dengan bosnya itu bangun. Ia menggeledah semua isi tas milik sang gadis. Pria itu menemukan sebuah kartu tanda pengenal dan langsung ia berikan kepada Devano. "Tuan, ini id card gadis itu!" ucap Alex. Devano mengambil kartu tersebut dan membaca nama sang gadis. "Lyra?" gumamnya mengernyit. "Kenapa tidak ada nama belakang atau nama keluarganya?" tanya Devano lagi. Alex menggelengkan kepalanya. Ini kali pertama ia melihat nama seseorang yang hanya terdiri dari satu kata. "Tuan, bukankah ini aneh? Biasanya nama seseorang terdiri dari minimal dua suku kata bukan? Kenapa ini hanya satu?" timpal Alex ikutan bingung. Devano tersenyum smirk. "Sekarang namanya akan berubah menjadi Lyra Ourlando! Bukankah itu dua suku kata?" ucap Devano sontak saja membuat Alex terkejut bukan main. "M-maksud Tuan?" Alex tidak salah dengar bukan? Bosnya hendak memberikan nama keluarganya pada gadis asing yang bermalam dengannya? Bola mata Devano mengedar. Ia kemudian beranjak dari tempat duduknya dan mengembalikan kartu tanda pengenal itu kepada Alex. "Siapkan mobil, dan minta pelayan untuk menyambut kedatangan nyonya muda mereka! Dan ingat, rahasiakan hal ini dari publik!" titah Devano semakin membuat Alex tak habis pikir. Sang bos selalu tidak bisa ditebak. Padahal, pria itu sudah dijodohkan dengan wanita dari keluarga terpandang. Tapi, dia malah ingin membawa pulang seorang gadis yang tidak jelas asal-usulnya. "Tapi Tuan, untuk apa membawanya pulang? Biarkan saja dia disini dan anggap saja one night stand!" protes Alex pada Devano. Tatapan mata Devano menghunus tajam ke arah Alex. "One night stand? Haha…" Pria itu tertawa. "Dia memiliki benih ku! Bagaimana jika dia memanfaatkan hal itu dan menjadi skandal bagiku? Apa kau mau bertanggungjawab?" sambungnya menggertak Alex. Alex menggelengkan kepalanya. Ia tidak berani membantah perintah bosnya. "Saya tidak berani, Tuan!" "Lakukan dengan cepat! Lima menit!" Devano mengintruksi dengan nada otoriter. Mendengar perintah dari Devano, Alex langsung berlari terbirit-birit untuk menyiapkan sebuah mobil untuk Tuan dan calon nyonya muda-nya. Sedangkan Devano, pria itu memakaikan pakaian Lyra dengan sangat hati-hati dan jangan sampai gadis itu terbangun dari tidurnya. Karena jika Lyra bangun akan sulit mengatur nya. Selesai memakaikan pakaian untuk Lyra, ia menggendongnya ala bridal style keluar dari kamar yang menjadi saksi bisu penyatuan mereka tadi malam. Pria itu membawa Lyra masuk ke dalam mobilnya, tentunya dengan pengawasan serta keamanan yang ketat. Devano mendudukkan Lyra di sebelahnya. Ia memakai masker dan kacamata hitam serta topi untuk menyembunyikan identitasnya. Hanya sekedar untuk berjaga-jaga jika Lyra bangun di tengah perjalanan menuju mansion mewah miliknya. Benar saja dugaan Devano, di tengah perjalanan Lyra terbangun dari tidurnya. Pandangan pertama yang ditangkap oleh Lyra adalah seorang pria bertubuh atletis berpakaian serba hitam berada di sebelahnya. Sorot matanya mengedar. Betapa terkejutnya Lyra saat menyadari bahwa dirinya sedang berada di sebuah mobil yang dikelilingi oleh orang-orang asing. "Siapa kalian?" tanya Lyra menggertak. Tatapan matanya menatap sinis ke arah pria di sebelahnya. Meskipun ia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas, tapi ia yakin kalau pria itu adalah orang yang sudah merenggut keperawanannya. "Santai saja, sayang!" Suara baritone nya menginterupsi. Hal itu membuat Lyra mengepalkan tangannya kesal. "Kenapa kau menculik ku?" tanya Lyra ketus. "Oh… aku tau, kau adalah orang yang sudah merenggut keperawanan ku kan?" Pria itu yang tak lain adalah Devano menganggukkan kepalanya. "Benar!" jawabnya singkat. "Katakan! Kenapa kau menculik ku? Dan siapa kau?" Lyra berusaha melepaskan topi serta masker yang dipakai oleh Devano. Namun, gerakannya kalah cepat dibandingkan Devano. "Saya ingin menikahi mu, tidak cocok jika dibilang penculikan bukan?" ucapnya menarik Lyra ke dada bidangnya. Lyra mendesis pelan. "Siapa yang mau menikah denganmu? Anggap saja kejadian tadi malam hanyalah one night stand!" "Benarkah?" Devano tersenyum smirk dibalik masker yang ia kenakan. Disaat Devano lengah, Lyra berhasil menarik dan membuka masker yang dikenakan olehnya. Kedua bola mata Lyra membulat sempurna. 'Mati aku! Jadi, aku bercinta dengan Devano Ourlando?'Tangan kekar Devano merengkuh pinggang ramping Lyra. Jarak antara wajah keduanya hanya tinggal 5cm saja. Keduanya bisa merasakan deru napas hangat masing-masing dari mereka. "Kenapa kau tidak tidur, hmm…?" tanya Devano membelai pipi Lyra. Pria itu mengganti lampu ruang kerjanya menjadi temaram. Ia sangat suka melihat wajah cantik Lyra dalam penerangan yang temaram seperti sekarang. Menurutnya Lyra jauh lebih seksi jika dilihat menggunakan cahaya yang minim. Jemari tangan Lyra mengelus rahang tegas Devano. Menatapnya lekat. Semakin dilihat wajah Devano semakin tampan saja. Hal itu membuat detak jantungnya menjadi tidak aman karena pesona ketampanan seorang Devano Ourlando. 'Tidak-tidak, aku tidak boleh terpesona padanya! Aku kesini untuk mencari bukti tentang kejahatannya lalu melaporkannya ke pengadilan!' batin Lyra membentengi dirinya agar tidak jatuh dalam pesona Devano. "Ekhem…" suara deheman Devano menyadarkan Lyra dari lamunannya. "Ada apa?" tanyanya dan dibalas gelengan ke
Sepeninggalan Devano tadi, tak banyak yang bisa dilakukan oleh Lyra. Setiap gerak-geriknya dipantau oleh para pelayan di Mansion mewah itu. Ada banyak kamera pengawas yang terpasang disana.Wanita itu hanya bisa berdiam diri di dalam kamar tanpa melakukan apapun. "Dasar pria gak punya hati! Dia yang bawa aku kesini, tapi dia juga yang pergi ninggalin aku!" umpat Lyra berdecak kesal.Bagaimana tidak kesal? Ia dipaksa menikah oleh pria itu. Jika menjadi istri sesungguhnya mending, ini menjadi istri rahasianya. Jika dia ingin merahasiakan pernikahan mereka, untuk apa dirinya dinikahi bukan? Lebih baik dia menyewa orang saja untuk memenuhi hasratnya.Tok... Tok... Tok...Suara ketukan pintu menyadarkan Lyra dari lamunannya. "Masuk! Pintunya tidak dikunci!" tukas Lyra menyuruh seseorang yang mengetuk pintu kamarnya untuk masuk.Pintu kamar terbuka, menampilkan seorang wanita berpakaian pelayan. Dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar utama milik Devano yang saat ini ditempati oleh Ly
"Ekhem…" Suara deheman Devano menyadarkan Lyra dari lamunannya. Wanita itu refleks membenarkan posisi duduknya. "Kenapa kau ingin menikahi ku?" tanya Lyra ketus. Devano tersenyum smirk. "Karena benih ku ada di dalam rahim mu! Aku tidak mau jika suatu hari nanti, kau datang dan mengacau nama baik ku! Aku terlalu sibuk untuk mengurus skandal!" jawabnya membuka kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Mata elangnya menghunus tajam ke arah Lyra. Ia menyunggingkan senyum miring. Lyra mendesis pelan. "Siapa juga yang mau buat skandal denganmu! Sekarang kita buat perjanjian, aku tidak akan membuat skandal tentangmu dan kita lupakan saja kejadian tadi malam! Dan kau melepaskan ku, bagaimana?" tawar Lyra membuat sebuah penawaran kepada Devano. Devano tertawa kecil. "Gadis kecil sepertimu tidak layak untuk bernegosiasi dengan ku!" ucapnya membuat Lyra jengah. Iring-iringan mobil mewah milik Devano dan juga para pengawalnya melaju pesat membelah jalanan kota. Jika sudah ang
Keesokan harinya, sinar mentari masuk melalui celah-celah jendela dan mengganggu tidur kedua insan yang tadi malam habis bercinta. Sang pria menggeliat dan membuka matanya. Ia mendapati dirinya sedang dalam posisi naked dengan seorang wanita di sebelahnya. Pria itu memijat pelipisnya pusing. Sepertinya karena kebanyakan mengkonsumsi alkohol, jadinya membuat kepala Devano pusing. Ya. Pria yang bercinta dan merenggut keperawanan Lyra tadi malam adalah Devano. Dia salah masuk kamar dan mengira bahwa Lyra adalah j*lang yang ia pesan untuk melayaninya. Sorot mata pria itu menangkap bercak darah yang tercecer diatas sprei. "Ternyata dia… benar-benar masih perawan?" gumam Devano terkejut. Tatapannya beralih ke arah gadis yang sudah ia renggut keperawanannya. Gadis itu masih terlelap dalam tidurnya. "Sial! Aku sudah merenggut keperawanan gadis ini! Bagaimana jika dia… ah sudahlah!" Dengan cepat, Devano beranjak dari tempat tidurnya dan memakai pakaiannya kembali. Disaat yang bersama
Suara dentuman musik dari seorang DJ terkenal mengalun— memenuhi sebuah ruangan dengan penerangan temaram. Semua orang yang datang ke klub malam tersebut berasal dari keluarga terpandang. Ada yang pengusaha terkenal, mafia, bahkan pejabat pun berdatangan ke klub malam tersebut. Suasana di dalam ruangan tersebut terlihat begitu menyenangkan. Ada banyak pria yang menikmati alunan musik DJ sembari memegang gelas wine-nya. Mereka semua juga menikmati wanita-wanita penghibur yang melayani. "Tidak perlu! Saya tidak membutuhkan pelayanan mu!" Suara baritone seorang pria menolak bahkan melemparkan gelas berisikan wine di tangannya tepat ke arah seorang wanita penghibur yang memakai pakaian kurang bahan tersebut. Dari arah lain, seorang wanita cantik berambut hitam legam tampak sedang mengamati seorang pria yang baru saja melemparkan gelas wine hingga jatuh berserakan di lantai. "Cih! Tempramen-nya begitu buruk! Tak heran jika dia dijuluki pria berhati dingin!" umpat nya sembari terus m