Beranda / Romansa / Hasrat Liar Tuan Devano / Bab 4: Mencari Bukti

Share

Bab 4: Mencari Bukti

Penulis: Hello Cutie
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-24 10:05:41

Sepeninggalan Devano tadi, tak banyak yang bisa dilakukan oleh Lyra. Setiap gerak-geriknya dipantau oleh para pelayan di Mansion mewah itu. Ada banyak kamera pengawas yang terpasang disana.

Wanita itu hanya bisa berdiam diri di dalam kamar tanpa melakukan apapun. "Dasar pria gak punya hati! Dia yang bawa aku kesini, tapi dia juga yang pergi ninggalin aku!" umpat Lyra berdecak kesal.

Bagaimana tidak kesal? Ia dipaksa menikah oleh pria itu. Jika menjadi istri sesungguhnya mending, ini menjadi istri rahasianya. Jika dia ingin merahasiakan pernikahan mereka, untuk apa dirinya dinikahi bukan? Lebih baik dia menyewa orang saja untuk memenuhi hasratnya.

Tok... Tok... Tok...

Suara ketukan pintu menyadarkan Lyra dari lamunannya. "Masuk! Pintunya tidak dikunci!" tukas Lyra menyuruh seseorang yang mengetuk pintu kamarnya untuk masuk.

Pintu kamar terbuka, menampilkan seorang wanita berpakaian pelayan. Dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar utama milik Devano yang saat ini ditempati oleh Lyra.

"Nyonya ini beberapa pakaian dan juga barang-barang pribadi anda yang dikirim oleh tuan muda!" ucapnya menunjukkan beberapa pasang pakaian dan juga dress yang dikirim langsung oleh Devano melalui orang kepercayaannya.

Lyra memutar bola matanya malas. "Letakkan saja disana!" tukasnya menunjuk ke arah nakas.

Sorot mata Lyra menatap ke arah pelayan yang umurnya masih cukup muda. 'Sepertinya aku bisa memanfaatkannya untuk mencari tahu tentang Devano!' gumamnya di dalam hati.

"Pakaiannya saya taruh disini, nyonya! Kalau begitu, saya keluar, jika butuh sesuatu silakan panggil saya saja!" ucapnya membungkukkan badannya.

Lyra manggut-manggut. "Tunggu sebentar!" ucapnya menghentikan langkah kaki sang pelayan.

Pelayan muda itu langsung membalikkan badannya. "Ada apa, nyonya?" tanyanya menundukkan kepalanya.

"Kamu sudah lama bekerja dengan Devano... maksud saya dengan suami saya?" tanya Lyra mulai mencari tahu tentang Devano melalui pelayannya.

Barangkali ia mendapatkan sebuah bukti yang bisa memberatkan Devano dalam sidang pengadilan kelak.

Sang pelayan mengangguk. "Sudah hampir tiga tahun, nyonya." jawabnya takut.

Lyra tersenyum simpul. "Jangan takut, saya hanya ingin bertanya beberapa hal mengenai suami saya! Karena kan kami belum lama saling mengenal, jadi saya ingin mengenalnya lebih dalam!" kilah Lyra beralasan. Padahal ia hanya ingin mengulik tentang Devano melalui pelayannya.

"Sini duduk, kita berbicara sambil duduk!" lanjutnya lagi menyuruh sang pelayan untuk duduk di dekatnya.

Pelayan tersebut menggeleng pelan. "Tidak nyonya, kami dilarang untuk duduk bersama dengan majikan! Nyonya katakan saja, saya akan menjawabnya sesuai dengan pengetahuan saya!" ucapnya membuat Lyra berdecak kesal.

"Baiklah..." Lyra menarik napasnya dalam-dalam. "Menurut pengetahuan kamu, suami saya itu orangnya seperti apa?" sambung Lyra bertanya.

"Tuan Devano adalah orang yang baik, meskipun beliau tidak pernah tersenyum, tapi dia sangat baik pada para pelayan disini, nyonya." jawab sang pelayan dengan hati-hati. Karena jika dirinya mengatakan hal yang tidak-tidak, nyawanya pasti akan melayang.

Lyra terdiam sejenak. "Masa sih?" tanyanya ragu.

Sang pelayan itu menganggukkan kepalanya. "Benar nyonya! Tapi sayangnya, beliau jarang pulang kesini! Ini kali pertama beliau pulang setelah tiga bulan lalu," jawab sang pelayan membuat Lyra bertanya-tanya.

"Jadi dengan kata lain suami saya tidak pernah kembali ke Mansion ini selama tiga bulan terakhir? Lalu dia tinggal dimana?"

Sang pelayan menggelengkan kepalanya. "Maaf nyonya, saya tidak tau hal itu. Jika anda ingin tahu lebih lanjut tentang tuan muda, anda bisa bertanya pada Ana. Dia adalah kepala pelayan dan kepercayaan tuan," jawabnya kembali membuat Lyra kesal.

"Ya sudah, pergilah!" tukas Lyra mengusir sang pelayan muda itu.

"Baik nyonya, permisi—" pelayan wanita itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar tuan dan nyonya nya.

Kini tinggal Lyra seorang diri di dalam kamar. Ia menopang dagunya menggunakan tangan mungilnya. "Percuma saja bertanya pada pelayan Devano! Mereka pasti tidak mau mengatakan keburukan bos mereka!" decak Lyra kesal.

Sepertinya Lyra hanya perlu menunggu. Menunggu waktu yang pas untuk mencari bukti tentang Devano.

Di sebuah perusahaan besar berbasis internasional, seorang pria tampan dengan kulit putih, tinggi dan hidung mancungnya sedang duduk menghadap ke luar kaca besar yang mengarah langsung ke pemandangan kota.

Di tangannya terdapat sebuah kertas berisikan informasi tentang identitas istri rahasianya. Ia memang sengaja merahasiakan pernikahannya karena dirinya malas dengan pertanyaan media yang begitu memusingkan.

"Tuan, apakah anda yakin untuk tetap menikah dengan nyonya Lyra? Dia salah satu intelijen yang mencari bukti tentang anda yang bisa saja memberatkan anda sewaktu-waktu!" ucap Alex yang sebenarnya masih ragu tentang keputusan bosnya.

Devano— pengusaha muda nan sukses yang nyaris sempurna, bahkan banyak wanita yang tergila-gila padanya. Walau begitu, Devano hanya bersikap dingin saja dan selalu melampiaskan hasratnya pada j*lang yang ia pesan di sebuah klub malam.

Karena kebiasaan buruknya itu, mengantarkan Devano bertemu dengan Lyra dan terpaksa menikahinya sebagai istri rahasianya.

"Siapa kau berani mempertanyakan keputusan saya? Apakah kau sudah bosan hidup, tuan Alex?" Sorot matanya menatap tajam ke arah Alex.

Alex menggelengkan kepalanya. "Saya tidak berani, Tuan!" ucapnya langsung membungkukkan badannya.

"Semakin dia dekat dengan saya, semakin mudah bagi saya untuk mendapatkan informasi tentang badan intelijen tidak berguna itu! Lagipula hanya orang-orang terdekat saya yang mengetahui bahwa dia adalah istri saya!" tukas Devano menyesap rokok yang ada di sela-sela jemarinya. "Segera urus surat nikah saya dan dia! Saya mau besok suratnya sudah harus selesai!" lanjutnya memerintah.

Alex menganggukkan kepalanya. "Baik tuan,"

Begitulah sifat Devano, dia selalu otoriter dan super bossy. Dia tidak pandang bulu terhadap siapapun. Jika ada yang mengganjal di hatinya, maka ia akan langsung mengatakannya.

••••

Pada malam hari, tepatnya pukul sepuluh malam Devano masih berada di dalam ruang kerjanya. Ia enggan beranjak dari sana dan tetap berada di ruang kerjanya.

Terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah ruang kerjanya. "Lihat siapa yang datang!" titah Devano memerintah Alex.

Pria itu sudah terbiasa diperintahkan oleh Devano. Namanya juga bawahan, jadi harus siap sedia jika diperintah.

Alex melangkah keluar dari ruang kerja Devano. Saat pintu terbuka, terlihat seorang wanita cantik memakai dress mini selutut berwarna merah yang sangat cocok di tubuhnya.

Seksi. Satu kata itu yang cocok untuk memuji penampilan Lyra saat ini. Wanita itu melenggak-lenggok dengan membawa secangkir kopi di tangannya.

"Tuan, apakah aku boleh masuk?" Suaranya sengaja ia pelankan untuk menggoda Devano.

Devano yang awalnya fokus pada laptop di hadapannya, kini beralih menatap ke arah Lyra. "Tidak!" tolaknya mentah-mentah. Bahkan, tidak ada ekspresi apapun di wajahnya.

Lyra berdecak kesal, sedangkan Alex menahan tawanya. Meskipun ditolak, namun Lyra tidak kehabisan akal. Ia tetap saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kerja Devano.

"Hei! Tuan sudah mengatakan bahwa kau tidak boleh masuk!" teriak Alex menghalangi Lyra.

"Tuan, apakah seperti ini caramu memperlakukan istrimu?" tanya Lyra sengaja menampilkan wajah sedihnya.

Devano menarik napasnya dalam-dalam. "Alex, kau tidak berhak membentaknya! Sekarang keluarlah, biarkan dia disini!" gertak Devano mengusir keberadaan Alex.

"Tapi tuan…" Alex hendak protes, akan tetapi ia mengurungkan niatnya karena tatapan sinis dari Devano.

Ia pun terpaksa keluar dari ruang kerja Devano dan membiarkan bosnya itu bersama dengan seorang wanita yang bisa saja menjadi ancaman besar bagi Devano.

Setelah Alex pergi, Lyra melenggang menghampiri Devano. Ia duduk diatas pangkuan pria itu sembari meletakkan secangkir kopi ke atas meja.

"Tuan, aku membawakan kopi untukmu!" ucap Lyra dengan nada menggoda. Ia mengalungkan tangannya di leher Devano.

'Jika bukan demi penyelidikan ku, males banget berhadapan sama laki-laki ini!' batin Lyra merasa mual dan muak.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Tuan Devano   Bab 5: Malam yang Panas

    Tangan kekar Devano merengkuh pinggang ramping Lyra. Jarak antara wajah keduanya hanya tinggal 5cm saja. Keduanya bisa merasakan deru napas hangat masing-masing dari mereka. "Kenapa kau tidak tidur, hmm…?" tanya Devano membelai pipi Lyra. Pria itu mengganti lampu ruang kerjanya menjadi temaram. Ia sangat suka melihat wajah cantik Lyra dalam penerangan yang temaram seperti sekarang. Menurutnya Lyra jauh lebih seksi jika dilihat menggunakan cahaya yang minim. Jemari tangan Lyra mengelus rahang tegas Devano. Menatapnya lekat. Semakin dilihat wajah Devano semakin tampan saja. Hal itu membuat detak jantungnya menjadi tidak aman karena pesona ketampanan seorang Devano Ourlando. 'Tidak-tidak, aku tidak boleh terpesona padanya! Aku kesini untuk mencari bukti tentang kejahatannya lalu melaporkannya ke pengadilan!' batin Lyra membentengi dirinya agar tidak jatuh dalam pesona Devano. "Ekhem…" suara deheman Devano menyadarkan Lyra dari lamunannya. "Ada apa?" tanyanya dan dibalas gelengan ke

  • Hasrat Liar Tuan Devano   Bab 4: Mencari Bukti

    Sepeninggalan Devano tadi, tak banyak yang bisa dilakukan oleh Lyra. Setiap gerak-geriknya dipantau oleh para pelayan di Mansion mewah itu. Ada banyak kamera pengawas yang terpasang disana.Wanita itu hanya bisa berdiam diri di dalam kamar tanpa melakukan apapun. "Dasar pria gak punya hati! Dia yang bawa aku kesini, tapi dia juga yang pergi ninggalin aku!" umpat Lyra berdecak kesal.Bagaimana tidak kesal? Ia dipaksa menikah oleh pria itu. Jika menjadi istri sesungguhnya mending, ini menjadi istri rahasianya. Jika dia ingin merahasiakan pernikahan mereka, untuk apa dirinya dinikahi bukan? Lebih baik dia menyewa orang saja untuk memenuhi hasratnya.Tok... Tok... Tok...Suara ketukan pintu menyadarkan Lyra dari lamunannya. "Masuk! Pintunya tidak dikunci!" tukas Lyra menyuruh seseorang yang mengetuk pintu kamarnya untuk masuk.Pintu kamar terbuka, menampilkan seorang wanita berpakaian pelayan. Dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar utama milik Devano yang saat ini ditempati oleh Ly

  • Hasrat Liar Tuan Devano   Bab 3: Menjadi Istri Rahasia

    "Ekhem…" Suara deheman Devano menyadarkan Lyra dari lamunannya. Wanita itu refleks membenarkan posisi duduknya. "Kenapa kau ingin menikahi ku?" tanya Lyra ketus. Devano tersenyum smirk. "Karena benih ku ada di dalam rahim mu! Aku tidak mau jika suatu hari nanti, kau datang dan mengacau nama baik ku! Aku terlalu sibuk untuk mengurus skandal!" jawabnya membuka kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya. Mata elangnya menghunus tajam ke arah Lyra. Ia menyunggingkan senyum miring. Lyra mendesis pelan. "Siapa juga yang mau buat skandal denganmu! Sekarang kita buat perjanjian, aku tidak akan membuat skandal tentangmu dan kita lupakan saja kejadian tadi malam! Dan kau melepaskan ku, bagaimana?" tawar Lyra membuat sebuah penawaran kepada Devano. Devano tertawa kecil. "Gadis kecil sepertimu tidak layak untuk bernegosiasi dengan ku!" ucapnya membuat Lyra jengah. Iring-iringan mobil mewah milik Devano dan juga para pengawalnya melaju pesat membelah jalanan kota. Jika sudah ang

  • Hasrat Liar Tuan Devano   Bab 2: Salah Paham

    Keesokan harinya, sinar mentari masuk melalui celah-celah jendela dan mengganggu tidur kedua insan yang tadi malam habis bercinta. Sang pria menggeliat dan membuka matanya. Ia mendapati dirinya sedang dalam posisi naked dengan seorang wanita di sebelahnya. Pria itu memijat pelipisnya pusing. Sepertinya karena kebanyakan mengkonsumsi alkohol, jadinya membuat kepala Devano pusing. Ya. Pria yang bercinta dan merenggut keperawanan Lyra tadi malam adalah Devano. Dia salah masuk kamar dan mengira bahwa Lyra adalah j*lang yang ia pesan untuk melayaninya. Sorot mata pria itu menangkap bercak darah yang tercecer diatas sprei. "Ternyata dia… benar-benar masih perawan?" gumam Devano terkejut. Tatapannya beralih ke arah gadis yang sudah ia renggut keperawanannya. Gadis itu masih terlelap dalam tidurnya. "Sial! Aku sudah merenggut keperawanan gadis ini! Bagaimana jika dia… ah sudahlah!" Dengan cepat, Devano beranjak dari tempat tidurnya dan memakai pakaiannya kembali. Disaat yang bersama

  • Hasrat Liar Tuan Devano   Bab 1: Hilangnya Keperawanan

    Suara dentuman musik dari seorang DJ terkenal mengalun— memenuhi sebuah ruangan dengan penerangan temaram. Semua orang yang datang ke klub malam tersebut berasal dari keluarga terpandang. Ada yang pengusaha terkenal, mafia, bahkan pejabat pun berdatangan ke klub malam tersebut. Suasana di dalam ruangan tersebut terlihat begitu menyenangkan. Ada banyak pria yang menikmati alunan musik DJ sembari memegang gelas wine-nya. Mereka semua juga menikmati wanita-wanita penghibur yang melayani. "Tidak perlu! Saya tidak membutuhkan pelayanan mu!" Suara baritone seorang pria menolak bahkan melemparkan gelas berisikan wine di tangannya tepat ke arah seorang wanita penghibur yang memakai pakaian kurang bahan tersebut. Dari arah lain, seorang wanita cantik berambut hitam legam tampak sedang mengamati seorang pria yang baru saja melemparkan gelas wine hingga jatuh berserakan di lantai. "Cih! Tempramen-nya begitu buruk! Tak heran jika dia dijuluki pria berhati dingin!" umpat nya sembari terus m

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status