MasukJika suka novel ini, mohon untuk masukkan ke daftar pustaka, ya! Jangan lupa follow akun GoodNovel author!
Anneliese dan Laura serentak menoleh secara perlahan. Sementara para anak buah Lucien yang berdiri di dekat gerbang langsung menundukkan kepala mereka dengan sangat hormat.Sosok seorang wanita tua yang berdiri itu melangkah dengan anggun, mengenakan gaun hitam berkelas dengan tongkat yang berukiran naga emas di tangan kanannya.“Siapa wanita itu? Kenapa semua orang terlihat sangat menghormatinya?” batin Laura, sangat penasaran.Sorot matanya tampak tajam seperti elang yang sedang mengamati mangsanya. Dialah Elda Deveraux, nenek Lucien—sosok yang bahkan lebih ditakuti di keluarga Deveraux.Laura tetap berusaha untuk berdiri tegak, tidak ingin menunjukkan sedikit pun rasa takutnya, meskipun berkali-kali ia terlihat menelan salivanya susah payah, sambil tetap menatap lurus ke arah wanita itu.Elda mengangkat satu alisnya usai memperhatikan seluruh tubuh Laura, mulai dari bawah sampai atas, lalu tersenyum lembut di hadapan semua orang. Bahkan Lucien dan kedua orang tuanya yang sedang berd
Anneliese menoleh dengan depat pada Sofia, ingin memastikan kebenarannya, karena kalau benar begitu, sama saja telah merendahkannya sebagai pewaris kedua keluarga Moretti.“Katakan padaku, Bu Sofia. Kenapa anak lelakimu berkata seperti itu?”“Kau … jangan khawatir, Anne,” jawab Sofia dengan mimik wajah begitu gugup, sesekali melirik ke arah Lucien yang terlihat menatap lekat-lekat wajah cantik Laura.Dalam sekejap Sofia segera menggenggam tangan Lucien, lalu mengajaknya pergi ke tempat yang lebih sepi untuk membicarakan sesuatu.PLAK!Tamparan keras mendarat ke pipi kiri Lucien, tapi Lucien tidak peduli dengan semua itu. Ia sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh ibunya dalam keadaan genting seperti ini.“Kau sudah bodoh, ya?” ujar Sofia.“Seharusnya kau tidak berkata seperti itu di hadapan Sofia, Lu!”“Kenapa? Ibu takut keluarga Moretti akan menyerang keluarga Deveraux?” jawab Lucien yang terdengar seperti menantang ibunya karena tak takut sedikit pun.“Anne itu anak satu-satunya kelu
Suasana di halaman rumah langsung berubah mencekam usai mendengar pengakuan Laura yang sungguh berani, seolah kata-katanya menantang mautnya sendiri.“Apa yang baru saja kau katakan?” Suara Sofia terdengar tajam, seperti bilah pisau yang siap menggorok siapa saja yang berani melawan kehendaknya.Laura hanya terdiam, tapi bukan berarti ia akan takut dengan siapa berbicara. Mata cokelatnya bersinar dengan keberanian yang tak tergoyahkan.“Saya bilang, saya adalah anak dari kepala divisi investigasi kriminal … yang putra Anda bunuh.”Dalam sekejap suasana di sana langsung hening lagi, sebelum pada akhirnya suara Alessandro Devereaux bergemuruh dengan kemarahan yang tak tertahan usai menatap tajam putranya sendiri.“Kau … kenapa tidak mengatakan padaku siapa sebenarnya gadis jalang ini, Lucien?”“Bukankah kau yang mengajaknya bersamaku pulang ke rumah?” jawab balik Lucien yang membuat Alessandro geram.“Selain keluarga Deveraux dilarang masuk ke kawasan ini, kecuali jika dia memang diundan
Kembali ke masa kini, tepatnya tiga tahun kemudian di Hotel Bellagio saat tengah malam. Laura yang gagal kabur itu hanya bisa berdiri membisu di hadapan Lucien yang sudah kehilangan kesabarannya.“Kecelakaan 3 tahun lalu … membuatku berpikir kau sudah tewas, tapi lihatlah dirimu sekarang? Kau … baik-baik saja.”“Apa kau tau, Tuan Lucien? Hidupku sangat menderita ketika aku menghindar darimu selama 3 tahun ini,” kata Laura dengan mata yang berkaca-kaca.“KAU BAHKAN MEMBUNUH … GABRIEL!”Tangannya memukul bertubi-tubi dada bidang Lucien karena lelaki yang paling ia cintai sudah tiada di dunia ini, dan semua itu karena keegoisan Lucien!Pria itu melangkah mendekat, sorot matanya tajam seperti pisau yang siap mengiris ketenangan jiwa siapa pun yang menentangnya.“Kau berani menghilang selama tiga tahun dan sekarang berbicara seolah kau adalah korban?” Suaranya terdengar agak serak.“Kau tau berapa banyak orang yang telah kuhancurkan hanya untuk menemukanmu di kota ini?”Laura menggigit bibi
“Cepat pakaikan dia gaun pengantin!”Tubuh Laura yang dilempar ke dua Pelayan di mansion seketika terkejut. Baru saja ia sampai tapi kenapa Lucien justru menyuruhnya memakai gaun pengantin?“Tu–tuan? Bukankah pernikahan Anda dilaksanakan besok?” tanya Bianca.Hanya ditatap sinis dari samping, Bianca langsung merinding sambil memainkan jari jemarinya. Sedangkan Laura langsung berdiri tegap dan mendekat ke Lucien.“Jangan memaksaku untuk menikahimu, pria sialan!” ucap Laura.“Apa kau tidak mendengarku? Segera dandani dia dan pakaian gaun pengantin!” bentaknya pada Bianca sampai terkejut.Sementara itu, Laura yang diabaikan oleh Lucien hanya bisa menggelengkan kepalanya memohon pada Bianca. Meskipun semua usahanya itu sia-sia mengingat Bianca terlihat ketakutan.Tubuh Laura segera dibawanya masuk ke dalam rumah. Bianca juga memanggil Pelayan baru bernama Alana yang jago dalam merias wajah.Bianca pun menyuruh Laura agar duduk di kursi meja rias, lalu Alana mulai merias wajahnya dengan per
Tepuk tangan itu terdengar lambat, tapi bergema di dalam ruangan rumah sakit yang tadinya dipenuhi perdebatan dan air mata akan tindakan egois Bu Kamilia.Semua mata kini beralih ke arah pintu masuk, di mana Lucien sudah berdiri di sana dengan jas hitamnya yang sempurna.“Lucien? Bagaimana bisa dia datang kemari?” batin Gabriel.Mata tajamnya menyorot tajam dalam ruangan yang hanya diterangi lampu-lampu rumah sakit.Senyum sinis mulai menghiasi wajahnya saat matanya bertatapan dengan Laura, seolah-olah dia menikmati pertemuannya lagi.“Sungguh pertemuan yang mengharukan.”“Benar kan, kucing nakal?”Suaranya sangat tenang, tapi ada nada bahaya yang terselip di dalamnya.Tubuh Madam Simone Pun menegang melihat sosok Lucien yang datang. Ia segera mendekat dan berdiri di depan Laura, melindungi putrinya. Gabriel yang meskipun tubuhnya masih lemah, berusaha bangkit dari ranjangnya, tapi Lucien hanya meliriknya sekilas, seakan-akan dia bukan ancaman sama sekali.“Apa yang kau lakukan di sin







