Short
Hasrat Menggelora di Ranjang Perawatan

Hasrat Menggelora di Ranjang Perawatan

By:  CathyCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
8Chapters
3views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

"Kalau nggak bisa menyembuhkanmu secara psikologis, aku akan mengobatimu secara fisiologis. Ayo!" Terapis kecanduan seks yang cantik dan memikat itu melepas pakaian dalamnya, berbaring di ranjang perawatan, merentangkan kakinya, lalu melambaikan tangan padaku dengan gaya yang menggoda.

View More

Chapter 1

Bab 1

"Kapan kamu pertama kalinya melakukan hubungan seksual?"

Saat terapis kecanduan seks itu bertanya padaku, aku tengah menatap lekat-lekat celah kedalaman di antara payudaranya dan mencoba mengukur seberapa dalam celah itu sebenarnya.

Meskipun aku tahu hal tersebut sangat tidak sopan, aku tetap tidak bisa mengendalikan diriku.

"Agam, tolong fokuskan perhatianmu pada kata-kataku, bukan dadaku. Jawab pertanyaanku, kapan kamu pertama kalinya melakukan hubungan seksual dengan lawan jenis?"

Meski nada bicara Anindya Raharja mengandung teguran, dia tetap membungkukkan tubuhnya begitu saja, agar aku bisa melihat keindahan dadanya dengan lebih jelas.

"18 tahun."

"Itu masih termasuk dalam batas usia yang wajar. Dan itu terjadi dengan pacarmu?"

Setelah mendengar jawabanku, Anindya sedikit memejamkan mata indahnya. Bibir merahnya mengerucut, seakan sedang mengirimkan sebuah isyarat ambigu kepadaku, yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Aku melirik sekilas ke celah sempit di antara kedua kaki Anindya di bawah rok mininya yang sangat pendek itu, lalu menjawab dengan santai, "Bukan, dia Bibi tetanggaku."

"Oh, lalu bagaimana kalian… bagaimana bisa sampai bersama?"

Mendengarku mengatakan hal itu terjadi dengan Bibi tetangga, Anindya tampak terkejut. Kakinya sedikit terbuka tanpa kentara.

"Hari itu, Bibi Lia memintaku ke rumahnya untuk bantu membersihkan pipa airnya. Tapi, dia malah menarikku ke tempat tidurnya, lalu… Lalu dia menyuruhku membersihkan saluran airnya sendiri…"

"Hehehe, dasar bocah nakal! Kamu lucu banget."

Anindya tertawa terbahak-bahak. Kakinya tanpa sadar terbuka lebih lebar lagi. Aku pun tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik. Tiba-tiba saja, hidungku terasa panas, seperti hendak keluar darah.

Wanita jalang ini ternyata mengenakan lingerie yang terbuka di bagian selangkangan. Ketika dia membuka kakinya, semuanya menjadi terpampang jelas.

Ini sebenarnya untuk mengobati kecanduan seks-ku, atau malah menggodaku untuk melakukan kejahatan?

Sebenarnya, bibiku itu bisa dipercaya atau tidak? Dia bilang, sahabatnya ini spesialis terbaik dalam mengobati kecanduan seks. Akan tetapi, cara Anindya berpakaian dan sikapnya itu benar-benar mirip pekerja seks.

Mungkin karena melihat kerakusan dan keraguan di mataku, Anindya pun merapatkan kedua kakinya. Raut wajahnya juga kembali serius.

"Ehem, Bibi Lia yang kamu bilang itu lebih tua berapa tahun darimu? Kalian masih punya hubungan seperti itu?"

"Dia seumuran denganmu. Tahun ini, umurnya 36 tahun. Bibi Lia itu 16 tahun lebih tua dariku. Dia nggak berani lagi menghubungiku. Katanya, dia nggak sanggup menghadapiku."

"Oh, jadi Bibi Lia itu seumuran denganku? Kamu suka wanita dewasa, ya?"

Mendengar aku mengatakan bahwa pasangan hubungan seksualku yang pertama seumuran dengannya, Anindya pun menatapku dengan tatapan yang membara. Di matanya, aku melihat nafsu yang sama, seperti yang pernah kulihat pada Bibi Lia.

"Lalu, sekarang bagaimana kamu mengatasi kebutuhan biologismu? Biasanya, seminggu berapa kali?"

Mungkin, Anindya menyadari bahwa pertanyaannya barusan tidak ada hubungannya dengan proses terapi, jadi dia segera mengoreksi topiknya.

"Aku pernah mencoba berpacaran, tapi mereka semua nggak sanggup denganku. Akhirnya, aku cuma bisa membayar untuk menyelesaikan masalah. Tapi sekarang, membayar pun hampir nggak bisa menyelesaikannya, karena mereka juga nggak mau melayaniku lagi."

"Sehari, paling nggak aku butuh empat kali dan tiap kalinya sekitar satu jam…"

Mendengar jawabanku, mata Anindya membelalak lebar. Tanpa sadar, dia menjilat bibirnya.

Melihat payudaranya yang naik turun, kedua tanganku bergetar tanpa bisa dikendalikan. Aku benar-benar takut akan kehilangan kendali dan menyentuhnya.

Anindya membetulkan letak kacamata berbingkai emasnya dan menarik napas dalam-dalam. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tetap terlihat tenang.

"Kondisimu memang agak serius. Ikutlah aku masuk ke ruang pemeriksaan. Kita periksa dulu struktur tubuhmu, untuk melihat apakah masalahmu berasal dari faktor fisiologis."
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status