เข้าสู่ระบบSemua sukarelawan yang disebut-sebutnya itu, sebenarnya merupakan pelanggan yang dicarinya, dengan tujuan utama untuk mengeksploitasiku.Aku harus mencari cara untuk menyelamatkan diri.Pertama-tama, aku meminta bantuan kepada seorang sukarelawan yang paling akrab denganku. Saat sedang gembira, dia bersumpah kepadaku bahwa hidupnya adalah milikku.Untuk menunjukkan betapa besar kebahagiaan yang kuberikan kepadanya, dia bahkan memberikan gelang warisan keluarganya kepadaku.Aku juga memiliki perasaan yang istimewa kepadanya. Meskipun usianya hampir lima puluh tahun dan bentuk tubuhnya tidak lagi semenarik dahulu, tiap kali bersama, aku akan melakukan yang terbaik agar dia bisa merasakan puncak kenikmatan.Aku merasa, dialah yang paling bisa dipercaya. Setidaknya, di ranjang, dia selalu berterima kasih kepadaku setiap saat.Aku berharap dia membantuku menelepon polisi, agar polisi datang menyelamatkanku.Tak disangka, setelah dia berjanji dengan sungguh-sungguh kepadaku, dia malah berbal
Anindya menunjukkan ekspresi yang tegas dan berkata, "Agam, kamu nggak boleh terlalu keras kepala. Tahukah kamu, betapa besar pengorbanan yang sudah dilakukan bibimu dan aku untuk mengobati kecanduan seks-mu?""Dengarkan Bibi Anindya. Bekerja sama-lah baik-baik dengan para wanita di luar sana untuk pengobatan. Mengingat kekuatanmu terlalu besar, aku khawatir para wanita itu nggak akan bisa menghadapimu sendiri-sendiri. Jadi, aku minta mereka semua bersama-sama membantumu. Bekerja sama-lah dengan baik."Meskipun enggan, aku tetap mengikuti perintah Anindya dan pergi ke kamar yang sudah dia siapkan untukku.Begitu masuk, aku melihat lima wanita paruh baya bertubuh besar sudah menungguku di sana. Mereka semua sudah menanggalkan pakaiannya dan hanya melilitkan beberapa handuk mandi sederhana di tubuh mereka.Meskipun kelima wanita itu masih menyisakan sedikit pesona mereka di masa lalu, dibandingkan dengan bibiku dan Anindya, mereka tetap saja beda jauh.Menghadapi para wanita gemuk ini, m
Anindya tersenyum dan membawaku ke ruang tamu. Dia menunjuk beberapa wanita paruh baya berpakaian mewah yang duduk di sofa dan berkata, "Inilah rencana pengobatan yang kusiapkan untukmu."Beberapa wanita paruh baya di sofa itu serentak menatapku ketika aku masuk, dengan ekspresi rakus, seperti serigala jahat yang melihat domba kecil."Anak muda ini benar-benar tampan, nanti aku yang pertama.""Kenapa harus kamu yang pertama? Punyamu itu lebih besar atau lebih dalam?""Cuma karena aku bersedia membayar dua kali lipat, kenapa?""Kamu pikir cuma kamu yang punya uang? Uangku juga sebanyak uangmu!"Melihat mereka hampir bertengkar, Anindya pun buru-buru mendekati mereka dan membisikkan sesuatu kepada mereka. Para wanita paruh baya yang kaya itu pun berhenti bertengkar dan semuanya menatapku dengan mata berbinar.Salah seorang wanita dengan riasan tebal mendekatiku dan mencubit pipiku dengan lembut. "Anak anjing kecil yang menggemaskan, Bibi akan memanjakanmu nanti."Aku buru-buru menghindar
Setelah melihat lebih dekat, aku menyadari bahwa Bibi sudah menanggalkan satu-satunya pakaian yoga yang dikenakannya, sehingga memperlihatkan tubuhnya yang montok dan putih di hadapanku.Menyaksikan gundukan di dadanya yang naik turun mengikuti napasnya, aku pun tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludah.Bibi segera menarikku yang terpaku di ambang pintu ke dalam kamar, menekan dadanya yang montok dengan erat ke tubuhku."Agam, kamu kecanduan seks dan Bibi haus akan seks. Kita berdua pasangan yang cocok, 'kan?"Menghadapi inisiatif bibi yang tiba-tiba, aku pun merasa sedikit bingung untuk sesaat. Aku tidak berani percaya bahwa semua yang ada di depan mataku adalah nyata.Jelas-jelas sebelumnya dia memukulku ketika aku menyentuhnya. Mengapa sekarang dia malah telanjang dan menggodaku?Sebelum aku bisa berpikir lebih jauh, Bibi langsung menarikku ke tempat tidur. Setelah mendorongku hingga terjatuh, Bibi langsung menaiki tubuhku.Saat itu, bahkan dengan pengendalian diri terbaik
Plak!Bibi menampar tangan kiriku dengan keras."Apa yang kamu lakukan? Dasar bocah nakal, kamu sengaja, ya?"Bibi menoleh dan menatapku dengan marah. Akan tetapi, sudut bibirnya samar-samar menyiratkan senyuman."Lihatlah, betapa menggembungnya penismu itu. Bibi cuma menyuruhmu memijat saja, kamu sudah begitu bersemangat. Kalau lakukan itu... kamu pasti akan membuat Bibi mati!"Aku mengikuti pandangan Bibi dan melirik selangkanganku. Aku pun menyadari bahwa itu sungguh pemandangan yang mengerikan. Aku buru-buru menjepitnya di antara kedua kaki dan menekannya dengan paksa."Maafkan aku, Bibi. Aku juga nggak tahu kenapa aku jadi begini. Aku…"Bersikap seperti ini di depan Bibi, memang benar-benar tidak pantas.Aku buru-buru meminta maaf pada Bibi. Aku berharap, Bibi tidak menceritakan hal ini kepada Ibu dan Paman.Ibuku seperti Voldemort. Jika dia tahu, aku punya pikiran yang tidak pantas pada adik iparnya, dia pasti akan memukuliku sampai mati."Pffft, sudahlah. Bibi nggak menyalahkanm
Bibiku yang mengenakan pakaian yoga itu sempat terkejut saat melihatku masuk. Akan tetapi, dia dengan cepat kembali tenang seperti biasa.Sambil berlatih split, dia bertanya kepadaku, "Agam, gimana terapimu hari ini?""Baik-baik saja. Cuma di tengah terapi, Dokter Anindya dipanggil pergi. Dia memintaku untuk membuat janji lagi lain kali."Saat menjawab, aku berusaha sekuat tenaga menahan diri untuk tidak melihat bokong bibiku yang indah. Aku takut tidak bisa mengendalikan diri."Bibi, kalau nggak ada yang lain, aku kembali ke kamar dulu. Aku mau istirahat sebentar."Sambil berkata seperti itu, aku bergegas menuju kamarku, mencoba menghindari situasi yang canggung itu.Tepat di saat aku sampai di pintu kamar, Bibi memanggilku dari belakang."Agam, tunggu sebentar. Bibi lelah setelah berlatih yoga. Tolong pijat Bibi, ya."Setelah berkata seperti itu, Bibi mengangkat pantatnya dan berbaring telungkup di lantai sambil menatapku dengan ekspresi menggoda.Hatiku sudah bergejolak. Melihatnya







