Share

BAB 2

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2025-08-18 16:44:53

Lelaki itu hendak memasukkan jemarinya. Namun tiba-tiba ponselnya berdering terus-menerus.

"Sial! Siapa yang mengganggu, sih!"

Ari mengangkat telepon itu. Rupanya panggilan dari Ningsih. Istrinya tersebut marah-marah karena Ari belum juga pulang. Padahal anaknya sudah menangis sejak tadi.

"Iya, iya, Mas segera pulang. Mas sudah dapat kok, ASI-nya."

Ari segera menyambar dua kantong asi dari kulkas Ayu yang masih terbuka sejak tadi.

"Aku akan datang kembali, Yu. Tunggu saja, nanti malam!" ucap Ari dan berlalu pergi meninggalkan Ayu yang masih terdiam di tempatnya.

Wanita itu kemudian menangis sejadi-jadinya. Ia mencoba membetulkan dasternya yang berantakan dan telah sobek.

"Aku harus segera mandi dan berganti pakaian. Mas Ari benar-benar jahat."

Dengan tertatih Ayu beranjak dari tempatnya. Ia berjalan menuju kamar untuk mengambil handuk.

Di saat mandi Ayu banyak melamun. Ia takut jika kakak iparnya datang kembali. Ingin sekali wanita itu pergi jauh, tetapi ia tidak tahu harus pergi ke mana.

"Apa aku hubungi Tante Mirna saja, ya? Dan tinggal di sana untuk sementara."

Seolah Ayu memiliki semangat baru. Ia akan pergi ke rumah adik dari ibunya untuk menumpang beberapa hari.

Setelah berganti pakaian yang baru, Ayu mencoba menghubungi tantenya. Sayangnya Mirna sedang ke luar kota. Di rumahnya hanya ada sang suami yang terkenal sebagai lelaki hidung belang.

"Ini tidak mungkin. Aku takut sama Om Wisnu. Dulu dia hampir saja menjebakku."

Ayu tidak punya pilihan lain. Mau tidak mau wanita itu harus bersabar. Ia akan selalu berusaha untuk mengunci pintu rumahnya.

Malam telah tiba. Ayu merasa kesulitan untuk tertidur. Ia takut jika Ari benar-benar datang ke rumahnya.

Namun hingga malam semakin larut, tidak ada tanda-tanda kedatangan seseorang. Akhirnya Ayu bisa tertidur dengan lelap.

***

"Ayu, Mas datang," bisik Ari lembut tepat di telinganya.

Seketika Ayu membuka kedua matanya. Ia terkejut melihat Ari sudah berada di atas tubuhnya.

Ayu tidak tahu sejak kapan tubuhnya sudah tidak berbusana. Ia dapat merasakan Ari mengulangi perbuatan yang sama seperti sore tadi.

Anehnya wanita itu tidak menolak. Ia sangat menikmati sentuhan kakak iparnya.

"Ahh, Mas. Sakit. Kamu menggigitnya."

Mendengar sebuah lenguhan dari Ayu, membuat Ari semakin bertindak brutal. Ia sudah tidak bisa mengendalikan diri.

"Aku akan memberikan kenikmatan yang tak pernah kamu rasakan bersama suamimu, Yu."

"Aaaaaa!"

Ayu berteriak dengan kuat. Tubuhnya telah basah dengan banyak keringat. Rupanya wanita itu mengalami mimpi buruk.

"Auh, dadaku sakit lagi!"

Ayu harus kembali mengosongkan ASI-nya yang melimpah ruah.

"Sampai kapan harus seperti ini?"

Ayu meletakkan ASI-nya ke dalam kulkas. Ia teringat akan mimpinya baru saja.

"Mimpi itu terasa seperti nyata. Tetapi kenapa aku justru menikmatinya?"

Ayu merasakan kerinduan yang mendalam terhadap Galih—suaminya. Ia berharap jika lelaki itu masih hidup.

"Mas Galih, aku merindukanmu."

Tak ingin kembali larut dalam kesedihan, Ayu memilih untuk tertidur kembali.

***

Pagi-pagi sekali Ayu telah bangun dari tidurnya. Ia ingin memetik daun singkong di sawahnya untuk dimasak.

Lagi-lagi Ayu teringat akan mimpinya. Setelah selesai memetik daun singkong, Ayu mempercepat langkahnya untuk segera kembali ke rumah. Suasana di sawah tampak sepi karena memang masih sangat pagi. Sehingga wanita itu tidak perlu menyapa para warga sekitar.

Tiba di rumah Ayu segera membersihkan daun singkong yang telah ia petik. Pagi itu Ayu memasak sayur singkong cukup banyak meski belum ada yang memesan.

"Ayu, kamu di mana?" teriak seorang perempuan kepada Ayu.

Tentu saja Ayu mengenali suara yang sangat familiar di telinganya.

"Mbak Ningsih? Ada apa Mbak ke sini?" tanya Ayu ragu-ragu.

"Kamu itu dijengukin saudara harusnya senang. Kok malah gitu sih, Yu! Kamu nggak suka ya kalau aku ke sini? Pasti kamu lebih suka ditengokin Mas Ari 'kan?"

Ningsih berbicara asal ceplas-ceplos di depan Ayu. Ia belum tahu jika Ayu adalah mantan pacar suaminya.

"Awas aja ya, Yu. Kalau kamu berani macam-macam sama Mas Ari. Mentang-mentang jasad si Galih belum diketemukan."

"Mbak Ningsih kok ngomong kayak gitu, sih. Mas Galih itu belum meninggal. Ayu yakin jika dia akan kembali."

"Alah! Bilang aja kamu mau merebut Mas Ari dariku. Karena dia lebih ganteng dari Galih. Kamu 'kan menikah karena hamil duluan. Entah bayi siapa yang kamu lahirkan itu. Wajahnya tidak mirip sama Galih."

Ayu hanya terdiam. Sebenarnya ia sakit hati dengan ucapan Ningsih. Tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Sebenarnya tujuan Mbak datang ke sini buat apa sih?"

Ayu merasa geram. Biasanya Ningsih ke rumahnya untuk meminjam uang. Tapi sekarang ia sudah tidak punya uang lebih semenjak suaminya pergi.

"Em, kamu masak apa hari ini? Mbak minta ya?" seloroh Ningsih tidak tahu malu.

"Ayu cuma punya sayur daun singkong, Mbak. Emangnya Mbak nggak masak, ya?" balas Ayu memberanikan diri.

"Sudah pintar menjawab ya, kamu. Aku adukan sama Mas Ari nanti. Semenjak suamimu meninggal Mas Ari 'kan yang kasih uang ke kamu? Benalu banget kamu."

"Sumpah, Mbak. Ayu tidak pernah meminta uang sama Mas Ari."

"Alah, alasan! Bibit pelakor sudah kelihatan di wajah kamu."

Ningsih membuka kulkas Ayu. Di sana ada ikan asin dan tempe mentah.

"Katanya nggak punya apa-apa. Kamu memang pandai berbohong, ya? Aku nggak jadi minta sayur. Aku minta ini saja."

Ningsih segera pergi dengan membawa lauk pauk milik Ayu yang masih mentah. Ia mengambilnya tanpa berucap terima kasih sekalipun.

"Mbak Ningsih tega banget sih sama aku."

Pagi itu Ayu hanya makan nasi lauk saur daun singkong. Tetapi ia sudah merasa bersyukur dan bahagia.

"Andai saja Ibu masih ada. Pasti Bapak tidak menikah lagi. Entah ke mana Bapak sekarang. Sudah tidak ada kabar lagi."

Di siang hari Ayu pergi ke rumah para warga untuk menawarkan jasa pijat. Tetapi ia hanya memijat para ibu-ibu saja.

Ayu senang karena Bu RT selalu langganan minta dipijat olehnya. Wanita itu sering kali memberikan uang tambahan kepada Ayu karena merasa puas.

Sore harinya Ayu beristirahat. Ia mencoba menghilangkan kesedihannya dengan menonton televisi.

KLING !

Sebuah pesan masuk ke ponsel Ayu. Rupanya chat dari Ningsih.

[Yu, ke sini bisa nggak? Tolong bawakan asi yang banyak. Mbak lagi stres ini. Asinya nggak mau ke luar. Cepetan ya?]

Ayu menghembuskan napas kesal. Ningsih sangat keterlaluan. Selalu apa-apa harus segera dituruti.

Ayu mengeluarkan sepeda bututnya. Tidak mungkin jika ia ke rumah Ningsih dengan berjalan kaki.

Setelah tiba di rumah Ari, Ayu segera menepikan sepedanya. Rupanya Ningsih sudah menantinya.

"Lama banget, sih! Mana ASI-nya!" ucap Ningsih sewot. Wanita itu segera merebut kantong plastik yang dibawa adiknya.

"Kenapa sih Mbak marah-marah gitu? Kasihan Dek Dinda nanti makin nangis."

Ayu tidak tega melihat anak Ningsih terus-terusan menangis kencang.

"Tolong ini sisanya masukkan ke kulkas di belakang," perintah Ningsih kemudian.

"Iya, Mbak."

Ayu pun hanya menurut. Ia membawa sisa kantong asi ke dalam kulkas. Wanita itu merasa kehausan. Ia minum minuman yang ada di atas kulkas.

"Kok rasanya aneh sekali. Minuman apa ini?" Ayu merasakan hawa tubuhnya naik seketika. Ia merasa kepanasan.

"Kok jadi panas begini, sih."

Wanita itu segera masuk ke dalam kamar mandi. Ia mencoba mencuci wajahnya agar merasa lebih seger.

CEKLEK !

Terdengar pintu kamar mandi dibuka dari luar. Ayu lupa mengunci pintunya.

"Mas Ari?"

Lidah Ayu menjadi kelu. Ari masuk ke kamar mandi hanya berbalutkan handuk kecil pada pinggangnya.

Sedangkan Ayu hendak melepaskan baju atasannya karena kepanasan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 6

    Ayu menggeleng cepat. Ia tidak mungkin memberikan asi yang sudah basi. "Itu tidak benar, Bu. Saya selalu memberikan asi yang segar kepada pembeli." "Alah, bohong kamu, Yu. Pokoknya saya akan melaporkan kamu ke polisi." Ari tidak tinggal diam. Ia tetap berusaha untuk membela Ayu. "Jangan, Bu. Kita bisa selesaikan hal ini dengan cara baik-baik. Aku yakin Ayu tidak mungkin melakukan hal itu." "Kalau begitu Ayu harus ganti rugi tiga kali lipat!" "Baik, Ayu pasti akan memberikan uang itu." Ayu memegang lengan tangan Ari. Ia tidak mungkin menuruti kemauan Bu Ita karena wanita itu tidak salah. "Sudahlah, Yu. Daripada nanti kamu masuk penjara." "Ayu sedang tidak ada uang, Mas." Bu Ita masih menatap sinis kepada mereka. Sebenarnya ia hanya menggertak saja. "Baiklah. Aku yang akan membayarnya." Lelaki itu mengeluarkan dompetnya dan memberikan sejumlah uang sesuai permintaan Bu Ita. "Nah gini, dong. Ini sih baru biaya ganti rugi. Belum biaya tutup mulut atas perselingkuhan kalian."

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 5

    "Ningsih?" Ari tampak kebingungan. Ia segera mencari alasan agar Ningsih percaya kepadanya."Aku hanya berusaha menenangkan Ayu, Ning. Dia teringat akan Galih dan anaknya."Ari terpaksa berbohong kepada istrinya. Ia tidak mau Ayu dimusuhi dan semakin ditindas oleh Ningsih."Dimas kecelakaan, Mas. Kalian malah asyik berduaan di sini."Ari terkejut dan sangat merasa bersalah. Ia segera mengajak Ningsih dan Ayu untuk melihat kondisi adiknya."Sebaiknya kita segera ke rumah sakit."Ari bergegas keluar dari rumah Ayu. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan Dimas.Ningsih memandangi Ayu dengan penuh kebencian. "Benar-benar tidak tahu malu kamu, Ayu.""Bagaimana bisa Dimas sampai kecelakaan Mbak?" tanya Ayu lemah."Dia jadi korban tabrak lari. Dan ini semua gara-gara kamu, Ayu. Jangan pernah muncul di hadapan Dimas lagi!" ancam Ningsih yang terlanjur kesal."Tapi Mbak?" Ayu sayang dengan Dimas. Tidak mungkin ia membiarkan Dimas di rumah sakit tanpa kehadirannya.Ningsih segera menyusul keper

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 4

    Ayu melepaskan genggaman Ari dengan perlahan. Kemudian ia mulai menyusui Dinda hingga bayi mungil itu tertidur kembali.Ayu memberanikan diri untuk membangunkan Ari. Ia tidak tega melihat lelaki itu tidur dengan posisi yang tidak nyaman."Mas Ari, bangun Mas!"Ari membuka perlahan kedua matanya. Ia merasa bersalah karena ketiduran. Harusnya lelaki itu tetap menjaga Dinda."Ayu? Maaf aku ketiduran.""Sebaiknya Mas tidur di kamar, Mas. Aku bisa kok menjaga Dinda sendirian. Dia sangat pengertian malam ini.""Kamu serius, Yu?"Ayu mengangguk dengan pasti. Ia tidak nyaman jika satu kamar dengan kakak iparnya sendiri.Ari pun menurut saja. Ia pergi ke kamarnya sendiri untuk tidur. Selama ini Ari dan Ningsih selalu tidur dengan posisi saling membelakangi.Ari memang kecewa kepada Ningsih. Wanita itu telah membohonginya. Mengatakan jika Dinda adalah putrinya. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Ada seorang lelaki yang mengaku sebagai ayah dari anak yang dilahirkan oleh Ningsih.Pagi-pagi se

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 3

    Ari menaikkan sebelah alisnya. Ia tidak tahu jika sang adik ipar yang cantik menawan dan seksi itu sedang berada di rumahnya."Yu, kamu kok bisa ada di sini?" Ari semakin mendekati Ayu.Wanita itu hendak berteriak. Tetapi mulutnya segera dibungkam oleh tangan kekar milik Ari."Jangan berteriak, Yu. Nanti kamu akan menyesal.""Tolong jangan apa-apain Ayu, Mas." Wanita itu menunduk pilu. Di pelupuk matanya sudah menggenang air mata yang sekejap saja bisa jatuh jika ia berkedip."Lihatlah, Ayu. Ia sudah menegang gara-gara melihatmu seperti ini. Kamu harus menidurkannya kembali."Ayu mendongakkan kepalanya. Ia menggeleng cepat. Sembari terus memohon kepada kakak iparnya agar melepaskannya."Apa kamu tidak ingat Mas, perbuatan kamu dulu. Kamu tidak mau bertanggung jawab kepadaku. Kamu tega!"Ayu terisak. Ia berusaha menutupi mulutnya agar tidak ketahuan oleh Ningsih. Pasti dirinya akan dianggap sebagai penggoda suami orang."Apa maksud kamu, Yu? Apa benar bayi yang telah kamu lahirkan itu

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 2

    Lelaki itu hendak memasukkan jemarinya. Namun tiba-tiba ponselnya berdering terus-menerus."Sial! Siapa yang mengganggu, sih!"Ari mengangkat telepon itu. Rupanya panggilan dari Ningsih. Istrinya tersebut marah-marah karena Ari belum juga pulang. Padahal anaknya sudah menangis sejak tadi."Iya, iya, Mas segera pulang. Mas sudah dapat kok, ASI-nya."Ari segera menyambar dua kantong asi dari kulkas Ayu yang masih terbuka sejak tadi."Aku akan datang kembali, Yu. Tunggu saja, nanti malam!" ucap Ari dan berlalu pergi meninggalkan Ayu yang masih terdiam di tempatnya.Wanita itu kemudian menangis sejadi-jadinya. Ia mencoba membetulkan dasternya yang berantakan dan telah sobek."Aku harus segera mandi dan berganti pakaian. Mas Ari benar-benar jahat."Dengan tertatih Ayu beranjak dari tempatnya. Ia berjalan menuju kamar untuk mengambil handuk.Di saat mandi Ayu banyak melamun. Ia takut jika kakak iparnya datang kembali. Ingin sekali wanita itu pergi jauh, tetapi ia tidak tahu harus pergi ke m

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 1

    "Aku tidak pernah menyangka. Kalian meninggalkan aku secepat ini."Ayu memandangi foto kebersamaannya dengan bayi mungil dan sang suami tercinta.Dua bulan yang lalu mereka mangalami kecelakaan dan jasad keduanya belum ditemukan. Hanya Ayu yang masih selamat karena segera dibawa ke rumah sakit oleh seorang lelaki yang menemukannya.Ayu selalu merasa sedih dan kesepian. Setiap malam ia harus tidur sendirian. Tiada pengobat rindu yang menemani hadirnya. Wanita itu masih yakin jika suami dan anaknya masih hidup."Auh! Sakit sekali."Tiba-tiba Ayu merasakan dadanya yang begitu sesak dan nyeri. Tangannya meraba daster bagian atas yang sudah basah karena ASI-nya masih mengalir deras.Hampir setiap dua jam sekali Ayu harus mengosongkan air susu tersebut dan memasukkannya ke dalam wadah untuk ia jual kepada tetangga yang membutuhkan. Dengan begitu Ayu bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari meski uang yang dimiliki hanya sedikit.Kadang Ayu juga pergi ke sawah untuk memetik sayur-sayuran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status