Share

Bab 102

last update Last Updated: 2025-04-23 22:41:42

Sementara itu, suasana pagi yang hangat juga terasa di apartemen milik Cintya. Matahari menyusup malu-malu dari balik tirai ruang makan, menyinari wajah mungil Lora yang duduk di kursi makannya sambil mengayun-ayunkan kaki kecilnya.

“Papa... Aaa...” pinta Lora dengan suara cadel, menunjuk mangkuk bubur di tangan Liam.

Liam tersenyum, mengaduk bubur itu pelan agar tidak terlalu panas, lalu menyuapkan ke mulut putrinya yang terbuka lebar.

“Lora anak pintar, ya. Makannya yang lahap ya, biar cepet sembuh,” ujarnya lembut.

Lora terkekeh kecil, pipinya yang tembam ikut bergerak. “Coalnya Papa yang ucapin," katanya bangga dengan cadel khas anak-anak seusianya. "Lola cukaaa..."

Liam terkikik pelan mendengarnya. "Iya sayang... Iya. Abis makan kita minum obat ya! Biar Lora cepet sembuh."

Lora mengerutkan keningnya. Bocah lucu berpipi gembul itu tampak kurang setuju dengan ucapan Liam. "Pait Pa. Obat gak enak."

"Kata siapa obatnya pahit? Obatnya kan rasa stoberi."

"Sto...be...li?"

"Yap. Buah kes
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 120

    Cintya menghela napas panjang, lalu menatap satu persatu wajah pria-pria di ruangan itu. “Masalahnya, Galen ini bukan bodyguard biasa. Dia itu jago banget. Geraknya cepet, matanya awas. Dia selalu nempel kayak bayangan. Sampai-sampai aku susah cari celah buat ngusik Nayya.” Pria berkepala plontos bersiul pelan. “Wah, yang begini biasanya ribet. Kita harus main halus kalau ada orang kayak gitu di sekitarnya.” “Betul,” Cintya mengangguk. “Makanya aku mau kalian berhati-hati. Kita gak boleh ketahuan. Gak boleh sampai ada jejak yang bisa buat kita ketahuan. Dan gak boleh ada keributan. Aku mau semuanya terlihat natural. Bisa kecelakaan. Bisa perampokan. Bisa juga cuma orang iseng. Terserah kalian, yang penting Nayya takut dan dia nurut.” “Dan Galen?” tanya pria berkumis tebal sambil menyilangkan tangan. “Kalau bisa, jangan konfrontasi langsung. Hindari dia. Tapi kalau emang gak bisa dihindari…” Cintya mengecilkan suaranya. “…buat dia sibuk. Jauhkan dia dari Nayya, tapi tanpa bikin jej

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 119

    Nayya memiringkan kepala, menatap garpu kecil berisi semangka yang disodorkan Galen ke arahnya. Ia menyipitkan mata, lalu meraih garpunya sendiri dari meja dan berkata, “Aku bisa makan sendiri, Galen.” Galen tak bergeming. “Aku tahu. Tapi aku pengen suapin baby di perut kamu." “Galen…” Nayya memperingatkan dengan nada setengah malas. Pria itu tetap tak bergerak, garpunya masih terulur. Tatapannya tenang, tak ada paksaan, hanya perhatian yang begitu lembut. Akhirnya, Nayya mendesah pasrah. Ia sedikit menunduk dan membuka mulutnya, membiarkan Galen menyuapkan potongan semangka ke dalam mulutnya. Dingin, manis, dan segar. Tapi lebih dari itu, ada kehangatan aneh yang menjalar diam-diam dari dadanya ke seluruh tubuh. “Lihat? Gak susah kan nerima perhatian dariku?” goda Galen sambil tersenyum. “Sedikit?” Nayya mengangkat alis. “Kamu ini paket full service.” “Anggap aja bonus karena kamu orang spesial,” balas Galen santai. Nayya menunduk, tersenyum kecil. Tangannya bergerak ke arah

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 118

    Selesai membantu menata beberapa barang milik Nayya di kamar barunya, Galen membersihkan tangannya dengan handuk kecil yang tadi ia ambil dari dapur. Sore mulai merambat ke malam, cahaya jingga berubah redup, berganti dengan siluet lampu-lampu kota yang mulai menyala dari jendela balkon.“Kalau begitu, saya siapkan makan malam, ya?” katanya ringan, memecah keheningan yang nyaman di antara mereka.Nayya mengangguk pelan. “Makasih, Galen.”Ia duduk di tepi ranjang, memegangi perutnya yang terasa sedikit kencang. Mungkin karena terlalu banyak berjalan hari ini, atau mungkin juga karena emosinya tadi. Entahlah. Yang jelas, tubuhnya mulai terasa letih.Sementara Galen sibuk di dapur, aroma tumisan mulai menyebar ke seluruh apartemen. Nayya bisa mendengar bunyi spatula yang sesekali beradu dengan wajan, diselingi suara panci mendidih dan gesekan pelan ketika Galen membuka laci atau kulkas.Tak lama, pria itu muncul kembali di ambang pintu dengan dua piring makan dan satu mangkuk sup. “Seder

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 117

    “Galen... Kamu itu bicara apa sih?" katanya lirih. "kamu tau kan aku ini calon janda. Kamu gak malu punya pasangan janda?""Menikah dengan anda adalah salah satu tanggungjawab saya atas anda dan juga anak yang ada di perut anda," ungkap Galen dengan nada tenang dan ekspresi penuh keyakinan. "Dan janji saya adalah menunggu anda sampai anda mau menerima saya."Nayya menghela nafas. Tatapannya masih tertuju ke arah Galen. "Berapa lama kamu bakal nunggu? Aku yakin itu gak bakal berlangsung lama kan?""Mau taruhan?" tantang Galen. Melihat perubahan ekspresi Nayya yang semakin cemberut, ia pun berkata, "jangan bahas itu lagi, Nona. Lebih baik anda masuk sekarang dan coba pilih kamar mana yang ingin anda tempati."Nayya hendak mengatakan sesuatu, tapi lagi-lagi Galen menyela ucapannya dan menariknya masuk ke dalam.Begitu masuk, Galen berjalan lebih dulu menyusuri dalam apartemen yang mengarah ke beberapa pintu. Tangannya menunjuk satu per satu sambil menjelaskan dengan santai.“Yang ini kam

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 116

    Pagi datang perlahan, membawa sinar matahari yang menyusup malu-malu lewat sela-sela tirai butik. Aroma kain dan lavender masih menyelimuti ruangan, tapi kini bercampur dengan hawa pagi yang sedikit lebih hangat.Nayya membuka mata dengan pelan. Lehernya terasa kaku karena tidur di posisi yang salah. Ia duduk sambil mengusap perutnya, mengeluh pelan saat nyeri ringan menyapa punggungnya.Saat ia melirik ke bawah, ia sadar Galen sudah tidak ada di tempatnya. Jaket yang tadi malam ia berikan pun terlipat rapi di sisi karpet. Nayya sempat menatap kosong ke tempat itu beberapa detik, lalu menghela napas.“Mungkin dia pulang,” gumamnya pelan.Tapi Nayya tidak terlalu ambil pusing. Ia bangkit dari sofa, lalu berjalan pelan menuju kamar mandi kecil di pojok butik untuk membersihkan diri.Baru beberapa menit setelah ia keluar dari kamar mandi, pintu samping butik terbuka. Galen muncul dengan bungkusan kertas dan satu botol susu di tangan.“Pagi, Nona,” sapanya sambil sedikit terengah. “Saya b

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 115

    Mobil melaju pelan di jalanan kompleks elit yang mulai sepi. Di dalamnya, hanya suara mesin dan desahan napas berat Nayya yang terdengar. Galen melirik ke kaca spion, memperhatikan wanita yang duduk diam di kursi belakang dengan mata sembab dan wajah lelah.Setelah beberapa menit dalam keheningan, Galen akhirnya bertanya pelan, “Nona mau saya antar ke mana?”Nayya mengusap pipinya, mencoba merapikan suara yang masih basah oleh tangis. “Ke butik aja, Galen.”Galen melirik ke arah spion tengah dengan kening berkerut. “Ke butik? Tapi—""Hm. Aku istirahat di sana aja malam ini," potong Nayya cepat. “Lagipula di sana tempatnya sepi dan tenang. Jadi aku mau istirahat di sana aja malam ini."Galen menghela napas. “Saya ngerti Nona butuh ketenangan. Tapi di sana Nona gak bisa istirahat dengan layak. Setidaknya ikut saya ke apartemen, atau saya bookingin hotel... yang penting Nona bisa istirahat dengan nyaman. Apalagi Nona sedang hamil."

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 114

    Nayya menatapnya sebentar. Mata mereka bertemu—mata yang dulu penuh cinta, kini hanya menyisakan luka dan kecewa. “Kesempatan itu udah aku kasih bertahun-tahun, Mas. Dan kamu buang semuanya.”Liam menggenggam tepi pintu mobil, nadanya mulai putus asa. “Aku bisa buktiin! Apa pun yang kamu mau, Nay... aku lakuin! Jangan pergi kayak gini... tolong.”Nayya menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu cepat karena campuran marah, sedih, dan iba. Tapi ia tahu, kali ini bukan saatnya goyah.“Keputusanku udah bulat Mas!" ucapnya pelan. “aku gak mau terus hidup sama orang yang udah buat kedua orang tuaku meninggal!"Pintu mobil ditutup perlahan oleh Galen, tapi suara klik-nya terdengar seperti tembakan di dada Liam. Ia berdiri terpaku saat mobil mulai berjalan mundur, lalu melaju perlahan melewati gerbang rumah yang dulu mereka bangun bersama.“Nayyaaa!!”Liam berteriak memanggil nama istrinya, tapi yang ia

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 113

    Langkah kaki Liam terdengar semakin mendekat ke kamar. Pintu yang tak sepenuhnya tertutup pun akhirnya terdorong perlahan. Ia berdiri di ambang pintu, membisu selama beberapa detik saat melihat pemandangan di hadapannya.Nayya sedang membuka lemari, menarik satu per satu baju dan memasukkannya ke dalam koper besar berwarna hitam. Gerakannya cepat, tegas, tanpa ragu sedikit pun. Raut wajahnya dingin, matanya sembab tapi tegas.“Nay... kamu ngapain?” tanya Liam akhirnya, suaranya pelan tapi penuh tekanan.Nayya tak menjawab. Ia hanya melipat sehelai dress dan menekannya ke dasar koper.Liam masuk ke kamar, mendekat dengan hati-hati. “Kamu... kamu beneran mau ninggalin aku?”Nayya menoleh, menatapnya lurus. “Apa aku terlihat main-main, Mas?” suaranya dingin, nyaris tanpa emosi.Liam mengerutkan kening, seolah belum percaya dengan apa yang terjadi. “Terus anak kita gimana? Kasian dia Nay! Dia pasti butuh sosok ayah.”Nayya terkekeh pendek, getir. “Anak kita?” Ia menatap Liam tajam. “Mendi

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 112

    “Mas Liam benar-benar keterlaluan.""Tidak ada yang harus disesali Nona, atas semua yang sudah terjadi. Yang penting sekarang Nona harus bangkit dan melawan balik Tuan Liam. Karena saya yakin dia juga tidak akan diam saja, apalagi setelah mendengarkan ancaman anda kemarin.""Aku tau, makanya setelah ini aku akan bertemu pengacara. Aku—" Nayya menelan ludah. "Aku akan mengajukan permohonan cerai. Aku sudah muak dengan Mas Liam dan semua drama yang dia buat. Aku ingin lepas darinya, Galen."Galen tersenyum, tangannya terulur untuk membantu Nayya bangkit. "Apapun keputusannya. Saya akan selalu mendukung anda, Nona."Nayya bangkit dan berdiri berhadapan langsung dengan Galen. Ia menghapus air matanya dan tersenyum tipis ke arah pria itu. Nayya juga tidak lupa mengucapkan terimakasih sebelum mengajak Galen pergi dari sana.Tujuan mereka selanjutnya adalah mencari solusi agar dia dan Liam bisa segera bercerai.***Kantor hukum itu terletak di sebuah bangunan tua namun elegan di pusat kota.

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status