Share

Bab 116

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 17:58:40

Pagi datang perlahan, membawa sinar matahari yang menyusup malu-malu lewat sela-sela tirai butik. Aroma kain dan lavender masih menyelimuti ruangan, tapi kini bercampur dengan hawa pagi yang sedikit lebih hangat.

Nayya membuka mata dengan pelan. Lehernya terasa kaku karena tidur di posisi yang salah. Ia duduk sambil mengusap perutnya, mengeluh pelan saat nyeri ringan menyapa punggungnya.

Saat ia melirik ke bawah, ia sadar Galen sudah tidak ada di tempatnya. Jaket yang tadi malam ia berikan pun terlipat rapi di sisi karpet. Nayya sempat menatap kosong ke tempat itu beberapa detik, lalu menghela napas.

“Mungkin dia pulang,” gumamnya pelan.

Tapi Nayya tidak terlalu ambil pusing. Ia bangkit dari sofa, lalu berjalan pelan menuju kamar mandi kecil di pojok butik untuk membersihkan diri.

Baru beberapa menit setelah ia keluar dari kamar mandi, pintu samping butik terbuka. Galen muncul dengan bungkusan kertas dan satu botol susu di tangan.

“Pagi, Nona,” sapanya sambil sedikit terengah. “Saya b
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 118

    Selesai membantu menata beberapa barang milik Nayya di kamar barunya, Galen membersihkan tangannya dengan handuk kecil yang tadi ia ambil dari dapur. Sore mulai merambat ke malam, cahaya jingga berubah redup, berganti dengan siluet lampu-lampu kota yang mulai menyala dari jendela balkon.“Kalau begitu, saya siapkan makan malam, ya?” katanya ringan, memecah keheningan yang nyaman di antara mereka.Nayya mengangguk pelan. “Makasih, Galen.”Ia duduk di tepi ranjang, memegangi perutnya yang terasa sedikit kencang. Mungkin karena terlalu banyak berjalan hari ini, atau mungkin juga karena emosinya tadi. Entahlah. Yang jelas, tubuhnya mulai terasa letih.Sementara Galen sibuk di dapur, aroma tumisan mulai menyebar ke seluruh apartemen. Nayya bisa mendengar bunyi spatula yang sesekali beradu dengan wajan, diselingi suara panci mendidih dan gesekan pelan ketika Galen membuka laci atau kulkas.Tak lama, pria itu muncul kembali di ambang pintu dengan dua piring makan dan satu mangkuk sup. “Seder

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 117

    “Galen... Kamu itu bicara apa sih?" katanya lirih. "kamu tau kan aku ini calon janda. Kamu gak malu punya pasangan janda?""Menikah dengan anda adalah salah satu tanggungjawab saya atas anda dan juga anak yang ada di perut anda," ungkap Galen dengan nada tenang dan ekspresi penuh keyakinan. "Dan janji saya adalah menunggu anda sampai anda mau menerima saya."Nayya menghela nafas. Tatapannya masih tertuju ke arah Galen. "Berapa lama kamu bakal nunggu? Aku yakin itu gak bakal berlangsung lama kan?""Mau taruhan?" tantang Galen. Melihat perubahan ekspresi Nayya yang semakin cemberut, ia pun berkata, "jangan bahas itu lagi, Nona. Lebih baik anda masuk sekarang dan coba pilih kamar mana yang ingin anda tempati."Nayya hendak mengatakan sesuatu, tapi lagi-lagi Galen menyela ucapannya dan menariknya masuk ke dalam.Begitu masuk, Galen berjalan lebih dulu menyusuri dalam apartemen yang mengarah ke beberapa pintu. Tangannya menunjuk satu per satu sambil menjelaskan dengan santai.“Yang ini kam

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 116

    Pagi datang perlahan, membawa sinar matahari yang menyusup malu-malu lewat sela-sela tirai butik. Aroma kain dan lavender masih menyelimuti ruangan, tapi kini bercampur dengan hawa pagi yang sedikit lebih hangat.Nayya membuka mata dengan pelan. Lehernya terasa kaku karena tidur di posisi yang salah. Ia duduk sambil mengusap perutnya, mengeluh pelan saat nyeri ringan menyapa punggungnya.Saat ia melirik ke bawah, ia sadar Galen sudah tidak ada di tempatnya. Jaket yang tadi malam ia berikan pun terlipat rapi di sisi karpet. Nayya sempat menatap kosong ke tempat itu beberapa detik, lalu menghela napas.“Mungkin dia pulang,” gumamnya pelan.Tapi Nayya tidak terlalu ambil pusing. Ia bangkit dari sofa, lalu berjalan pelan menuju kamar mandi kecil di pojok butik untuk membersihkan diri.Baru beberapa menit setelah ia keluar dari kamar mandi, pintu samping butik terbuka. Galen muncul dengan bungkusan kertas dan satu botol susu di tangan.“Pagi, Nona,” sapanya sambil sedikit terengah. “Saya b

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 115

    Mobil melaju pelan di jalanan kompleks elit yang mulai sepi. Di dalamnya, hanya suara mesin dan desahan napas berat Nayya yang terdengar. Galen melirik ke kaca spion, memperhatikan wanita yang duduk diam di kursi belakang dengan mata sembab dan wajah lelah.Setelah beberapa menit dalam keheningan, Galen akhirnya bertanya pelan, “Nona mau saya antar ke mana?”Nayya mengusap pipinya, mencoba merapikan suara yang masih basah oleh tangis. “Ke butik aja, Galen.”Galen melirik ke arah spion tengah dengan kening berkerut. “Ke butik? Tapi—""Hm. Aku istirahat di sana aja malam ini," potong Nayya cepat. “Lagipula di sana tempatnya sepi dan tenang. Jadi aku mau istirahat di sana aja malam ini."Galen menghela napas. “Saya ngerti Nona butuh ketenangan. Tapi di sana Nona gak bisa istirahat dengan layak. Setidaknya ikut saya ke apartemen, atau saya bookingin hotel... yang penting Nona bisa istirahat dengan nyaman. Apalagi Nona sedang hamil."

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 114

    Nayya menatapnya sebentar. Mata mereka bertemu—mata yang dulu penuh cinta, kini hanya menyisakan luka dan kecewa. “Kesempatan itu udah aku kasih bertahun-tahun, Mas. Dan kamu buang semuanya.”Liam menggenggam tepi pintu mobil, nadanya mulai putus asa. “Aku bisa buktiin! Apa pun yang kamu mau, Nay... aku lakuin! Jangan pergi kayak gini... tolong.”Nayya menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu cepat karena campuran marah, sedih, dan iba. Tapi ia tahu, kali ini bukan saatnya goyah.“Keputusanku udah bulat Mas!" ucapnya pelan. “aku gak mau terus hidup sama orang yang udah buat kedua orang tuaku meninggal!"Pintu mobil ditutup perlahan oleh Galen, tapi suara klik-nya terdengar seperti tembakan di dada Liam. Ia berdiri terpaku saat mobil mulai berjalan mundur, lalu melaju perlahan melewati gerbang rumah yang dulu mereka bangun bersama.“Nayyaaa!!”Liam berteriak memanggil nama istrinya, tapi yang ia

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 113

    Langkah kaki Liam terdengar semakin mendekat ke kamar. Pintu yang tak sepenuhnya tertutup pun akhirnya terdorong perlahan. Ia berdiri di ambang pintu, membisu selama beberapa detik saat melihat pemandangan di hadapannya.Nayya sedang membuka lemari, menarik satu per satu baju dan memasukkannya ke dalam koper besar berwarna hitam. Gerakannya cepat, tegas, tanpa ragu sedikit pun. Raut wajahnya dingin, matanya sembab tapi tegas.“Nay... kamu ngapain?” tanya Liam akhirnya, suaranya pelan tapi penuh tekanan.Nayya tak menjawab. Ia hanya melipat sehelai dress dan menekannya ke dasar koper.Liam masuk ke kamar, mendekat dengan hati-hati. “Kamu... kamu beneran mau ninggalin aku?”Nayya menoleh, menatapnya lurus. “Apa aku terlihat main-main, Mas?” suaranya dingin, nyaris tanpa emosi.Liam mengerutkan kening, seolah belum percaya dengan apa yang terjadi. “Terus anak kita gimana? Kasian dia Nay! Dia pasti butuh sosok ayah.”Nayya terkekeh pendek, getir. “Anak kita?” Ia menatap Liam tajam. “Mendi

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 112

    “Mas Liam benar-benar keterlaluan.""Tidak ada yang harus disesali Nona, atas semua yang sudah terjadi. Yang penting sekarang Nona harus bangkit dan melawan balik Tuan Liam. Karena saya yakin dia juga tidak akan diam saja, apalagi setelah mendengarkan ancaman anda kemarin.""Aku tau, makanya setelah ini aku akan bertemu pengacara. Aku—" Nayya menelan ludah. "Aku akan mengajukan permohonan cerai. Aku sudah muak dengan Mas Liam dan semua drama yang dia buat. Aku ingin lepas darinya, Galen."Galen tersenyum, tangannya terulur untuk membantu Nayya bangkit. "Apapun keputusannya. Saya akan selalu mendukung anda, Nona."Nayya bangkit dan berdiri berhadapan langsung dengan Galen. Ia menghapus air matanya dan tersenyum tipis ke arah pria itu. Nayya juga tidak lupa mengucapkan terimakasih sebelum mengajak Galen pergi dari sana.Tujuan mereka selanjutnya adalah mencari solusi agar dia dan Liam bisa segera bercerai.***Kantor hukum itu terletak di sebuah bangunan tua namun elegan di pusat kota.

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 111

    "Galen..." bisiknya.Pria itu berdiri perlahan dari kursinya, lalu berlutut di depan Nayya. Tangannya masih menggenggam tangan perempuan itu. “Saya tahu ini bukan waktu yang tepat... Tapi saya akan tetap di sini. Menjaga Nona. Menemani. Apapun yang terjadi.”Tanpa sadar, air mata menetes dari sudut mata Nayya. Tapi kali ini bukan karena luka. Melainkan karena kehangatan—sesuatu yang sudah lama tidak ia rasakan.Dan ketika Galen dengan hati-hati menyentuh pipinya, menyeka air mata itu dengan jari-jarinya yang hangat, Nayya membiarkan dirinya tenggelam sejenak dalam sentuhan itu.“Terima kasih,” ucapnya pelan. “Terima kasih karena tetap di sini.”Galen hanya mengangguk, lalu mengecup punggung tangan Nayya penuh hormat dan kelembutan."Galen...""Iya Nona?""Setelah keluar dari rumah sakit, tolong temanin aku ya!"Galen menatap perempuan itu penuh tanya. "Nona mau ke mana?"Nayya hanya diam tanpa

  • Hasrat Terlarang Sang Bodyguard   Bab 110

    "Apa maksud kamu?" tanya Cintya dengan nada dingin.Liam menghela napas berat, tangannya mengepal di atas lutut. "Nayya ngasih dua pilihan... cerai dan kasih semua asetku ke dia, atau dia bawa semua ini ke polisi."Cintya tercengang. "Apa?! Dia gila?!""Dia serius, Cintya. Dia kasih aku waktu sebulan buat mikir," kata Liam dengan nada getir.Cintya berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Heelsnya berdetak keras di lantai kayu. Wajahnya penuh kecemasan dan kemarahan."Mas... kamu gak boleh nurutin dia," katanya akhirnya, berhenti tepat di depan Liam. "Kalau kamu kasih semua itu ke Nayya, kita gak punya apa-apa lagi! Semua yang udah kita rencanain bakal sia-sia."Liam mendongak, matanya sayu. "Terus aku harus gimana, hah? Kalau dia bawa kasus ini ke polisi, aku bisa dipenjara, Cintya! Sia-sia pengorbananku selama ini."Cintya merapatkan bibirnya. Wajahnya berpikir keras, matanya berkilat penuh perhitungan. "Siapa tau itu han

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status