Home / Romansa / Hasrat Terpendam Papa Tiriku / Bab 48. Begitu Dekat Tapi Tak Terasa.

Share

Bab 48. Begitu Dekat Tapi Tak Terasa.

Author: eslesta
last update Last Updated: 2025-11-23 23:45:27

Sudah hampir dua jam sejak Bik Surti dilarikan ke IGD First Hospital. Aroma antiseptik yang kuat, suara monitor yang berbunyi ritmis, dan langkah cepat para perawat menjadi latar dari waktu yang berjalan lambat bagi Adrian dan Olivia. Mereka masih duduk di sisi bed nomor 06, menyaksikan warna di wajah Bik Surti yang perlahan kembali.

Perempuan paruh baya itu mengusap peluh di pelipisnya, bibirnya menipis dalam senyum lemah. “Pak Adrian, Non Olivia… kalau lapar, kalian makan dulu aja. Bibik nggak papa ditinggal,” ujarnya, mencoba membuat suaranya terdengar tegar meski masih ada gemetar tipis.

Adrian melirik arlojinya. Jarum panjang sudah melewati angka dua belas. “Iya, sudah jam makan siang.” Ia menoleh pada Olivia. “Kita makan dulu, ya?”

Olivia mengangguk. “Boleh, Mas.” Lalu ia mencondongkan badan sedikit. “Bibik mau titip apa? Nggak usah malu. Dokter juga bilang nggak ada pantangan, kan?”

“Ndak usah repot, Non. Bibik minum air putih aja.” Tatapannya jatuh pada botol air mineral seten
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
NING
Sudah ada hilal nih Oliv mau ketemu bapaknya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hasrat Terpendam Papa Tiriku   Bab 73. Panik.

    Lampu di depan ruang ICU tetap menyala tanpa kompromi, putih dan dingin, seolah tak peduli pada siapa pun yang berdiri terlalu lama di bawahnya. Di balik kaca tebal itu, tubuh kecil Nevan terbaring dengan selang dan kabel yang menjulur dari berbagai sisi, naik turun mengikuti ritme mesin.Gista berdiri paling dekat dengan pintu. Hari ini kondisinya jauh lebih baik dibanding dua hari lalu. Luka-luka ringan di lengannya dan memar di wajahnya mulai memudar. Secara fisik, ia dinyatakan aman. Namun, jiwanya belum.Sejak pagi, tangisnya tak pernah benar-benar berhenti. Gista menempelkan telapak tangannya ke kaca, bahunya terguncang. Bibirnya bergerak cepat, melafalkan kalimat-kalimat putus yang lebih mirip doa panik daripada permohonan teratur.“Tuhan ... Kenapa bukan aku saja yang terbaring di sana … Tolong, Tuhan,” suaranya serak, nyaris tak terdengar. “Aku nggak apa-apa kalau harus terluka. Jangan Nevan, Tuhan. Jangan dia…”Ia menunduk, dahinya hampir menyentuh kaca. Air matanya jatuh ta

  • Hasrat Terpendam Papa Tiriku   Bab 72. Tubuh Yang Lelah.

    Lampu ruang tunggu ICU masih menyala terang, membiaskan bayangan Nevan yang terbaring lemah di balik kaca tebal. Erika melangkah pelan, matanya tak pernah lepas dari sosok Nevan yang nyaris tak bergerak. Dia mendekati Adrian, yang sejak setengah jam lalu berdiri kaku di depan ruang itu, wajahnya penuh kecemasan.“Adrian...” suara Erika lembut, hampir seperti bisikan yang berusaha menenangkan.Adrian menoleh sekilas, lalu segera menatap kembali ke Nevan, seolah takut jika dia mengalihkan pandang, nyawa putranya bisa saja hilang.“Kalian sebaiknya pergi dulu. Cari hotel yang dekat sini, mandi, lalu tidur sebentar. Mama akan jaga di sini,” Erika merapikan selendang yang tergelantung di bahunya dengan gerakan halus.Adrian menggeleng cepat, suaranya serak, “Ma, aku—”“Adrian,” potong Erika dengan lembut tapi tegas, menatap tajam mata anaknya, seperti dulu saat menenangkannya dari mimpi buruk. “Nevan masih dijaga alat dan dokter. Tapi ayahnya juga manusia. Kamu perlu istirahat supaya bisa

  • Hasrat Terpendam Papa Tiriku   Bab 71. Harapan Itu Selalu Ada.

    Suara alarm itu kembali terdengar, kali ini lebih panjang dan tajam. Adrian sudah berdiri di depan pintu ICU bahkan sebelum bunyi itu benar-benar mereda. Tangannya refleks menekan kaca, seolah jarak tipis itu bisa ditembus hanya dengan satu dorongan. “Kenapa? Ada apa? Apa yang terjadi sama Nevan?! Suster!” Suaranya meninggi, kehilangan kendali yang sejak tadi ia coba pertahankan. Seorang perawat muncul tergesa-gesa, wajahnya serius dan langkahnya cepat. Tanpa berhenti, ia berkata, “Mohon tunggu di luar, Pak.” “Anak saya—” Adrian melangkah maju setengah langkah, namun seorang petugas keamanan segera berdiri di sampingnya, memberi batas yang tak perlu diucapkan. Olivia ikut berdiri, meraih lengan Adrian dengan erat kali ini. “Mas, tolong… jangan buat mereka makin susah.” Di balik kaca, bayangan tubuh-tubuh bergerak cepat. Monitor menyala, angka-angka berubah terlalu cepat untuk dipahami. Adrian menelan napas, dadanya naik turun tak beraturan. “Kenapa selalu begini? Kenapa aku sela

  • Hasrat Terpendam Papa Tiriku   Bab 70. Adrian Yang Rapuh.

    Adrian baru melangkah beberapa meter dari bed sepuluh ketika pandangannya menangkap sosok pria muda di depan nurse station IGD. Usianya mungkin sekitar dua puluh lima, rambutnya tertata rapi, jaket motornya tampak mahal. Pria itu mendekati suster jaga dan nama Gista keluar dari bibirnya meskipun terdengar pelan, tapi cukup jelas. Dengan sengaja, Adrian melambatkan langkah, pura-pura sibuk merapikan ponsel di tangannya, diam-diam mengamati gerak-gerik pria itu. Saat suster menjelaskan arah bed, pria itu mengangguk pelan, kemudian menarik napas panjang, seolah menguatkan diri untuk sesuatu. Tatkala pria itu berbalik, Adrian maju selangkah, suaranya dingin dan datar. “Halo, Mas,” sapanya. “Mas nyari Gista?” Langkah pria itu langsung terhenti. Dahinya berkerut, matanya tiba-tiba mengeras, penuh waspada. “Iya,” jawabnya singkat. Adrian mengamati, lalu bertanya lagi, “Mas siapa?” “Bayu,” jawab pria itu dengan nada defensif. “Hubungannya sama Gista apa?” tanya Adrian, menahan rasa p

  • Hasrat Terpendam Papa Tiriku   Bab 69. Doa Dan Harapan Untuk Nevan.

    Dua langkah kaki terdengar pelan dari belakang. Tirai hijau bergeser sedikit, disertai suara berdehem halus.“Selamat siang. Dengan keluarga pasien anak Nevan?”Adrian menoleh cepat. Seorang pria berkacamata dengan jas dokter berdiri di sana. Wajahnya tenang, matanya menyiratkan empati yang tulus. Di sebelahnya, seorang suster berseragam biru berdiri sambil memegang papan pemeriksaan.“Saya Hans, dokter yang menangani Nevan,” katanya lembut.Olivia spontan berdiri tegak. Adrian pun perlahan melepaskan jemari Nevan, meski berat, seolah ada bagian dari dirinya yang enggan menjauh sejengkal pun.“Saya Adrian, ayah Nevan. Dokter... bagaimana kondisi anak saya?” tanya Adrian dengan suara serak.Dokter Hans melangkah mendekat, berdiri di sisi ranjang. Matanya menatap monitor, lalu kembali ke wajah Adrian. Ia tidak langsung menjawab, bukan karena ragu, melainkan memilih kata yang paling manusiawi untuk diucapkan.“Pak Adrian, Nevan mengalami cedera kepala berat akibat benturan keras di bagia

  • Hasrat Terpendam Papa Tiriku   Bab 68. Tubuh Kecil Yang Terbaring Lemah.

    “Bu, pelan-pelan … Bu Rika di mana sekarang?” suara Adrian terdengar menegang, tangannya sudah mengepal tanpa sadar.Di seberang sana, napas Rika terdengar terputus-putus, seperti baru saja berlari. “Saya dan Ayahnya Gista sudah di IGD, Adrian. Dari tadi nunggu dokter keluar. Nevan… Nevan kondisinya parah. Masih belum sadar sejak dibawa ke sini.”Kata parah itu jatuh seperti palu, menghantam dada Adrian tanpa ampun.“Apa—apa yang terjadi, Bu? Kecelakaannya bagaimana?” suaranya bergetar, tak lagi terdengar seperti pria yang barusan tersenyum bahagia.“Mereka mau ke Taman Safari, Adrian. Waktu sampai di daerah Puncak, Gista coba menghindari motor yang menyalip dari arah berlawanan dari belokan. Dia banting setir, tapi justru nabrak pohon. Gista cuma luka-luka, tapi Nevan…” Rika terisak, suaranya menurun drastis. “Dia luka parah, Adrian. Tolong cepat ke sini. Dokter bilang kondisinya kritis.”Adrian memejamkan mata keras-keras. Napasnya memburu, seperti ada tangan tak kasatmata yang mene

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status