Share

Hasrat di Depan Kemudi
Hasrat di Depan Kemudi
Author: Richy

Bab 1

Author: Richy
Namaku Andreas Sunanto. Tahun lalu, aku berselisih dengan Pak Leo, pimpinan sekolah mengemudi, dan dipecat.

Tahun ini, aku melamar di sekolah mengemudi dekat kampus Diploma. Tempat itu penuh dengan mahasiswi muda.

Siswa sekarang diawasi sangat ketat ketika SMA. Karena itu mereka masih polos.

Mereka sedikit banyak memahami nafsu, tetapi belum sepenuhnya memahami batasan. Mereka hanya mengikuti intuisi dan sering kali berpakaian terbuka, tindakannya sangat berani.

Karena itu, aku sering dimanjakan dengan pemandangan yang memanjakan mata. Namun, begitu teringat dengan pengalaman pahitku yang pernah dipecat karena berselisih dengan pimpinan, aku sangat menghargai pekerjaan ini. Aku menahan diri dari godaan dan mengajar mereka dengan serius.

Namun, tetap saja tidak bisa menghindari kontak fisik dengan mereka.

Mereka semua berusia sekitar 20 tahunan. Masa di mana hasrat mereka sedang memuncak.

Pada waktu SMA belum pernah pacaran dan belum pernah disentuh oleh pria, jadi tubuh mereka sangat sensitif.

Terutama adik yang mengambil jurusan tari itu. Dia mahasiswi tahun pertama. Perkembangan tubuhnya sangat sempurna. Payudaranya montok dan bokongnya ramping. Setiap melangkah keduanya bergoyang.

Adik kecil itu sepertinya sangat suka dekat-dekat denganku. Setiap kali, dia selalu meminta bimbingan pribadi dariku.

Terkadang payudaranya yang besar menempel di lenganku. Terkadang, kakinya yang mulus menyentuh celanaku.

Setelah setiap sesi bimbingan dengannya, aku harus menghabiskan waktu yang cukup lama untuk melampiaskan hasratku.

Kejadian semacam ini makin sering terjadi. Tatapannya padaku makin berani.

Sore itu, Liana berlari kecil dengan tergesa-gesa datang untuk belajar mengemudi.

Liana mengenakan pakaian dansa, sebuah gaun pendek yang hampir tidak menutupi pantatnya. Lekuk tubuhnya terlihat begitu sempurna.

Liana membungkuk dan mengetuk jendela mobil.

"Pak. Maaf terlambat. Barusan aku baru ikut kelas menari."

Baju menari dengan kerah V sekilas memperlihatkan payudaranya yang montok setiap kali dia membungkuk.

Aku membuka pintu penumpang dan menyambutnya sambil tersenyum.

"Aku sudah menunggumu lama sekali. Cepat naik."

Liana duduk di kursi depan, memegang lenganku, dan memohon dengan manja.

"Pak. Aku sudah gagal empat kali di ujian tahap kedua. Kalau aku gagal lagi, aku harus ujian ulang. Bapak harus membantuku."

Aku menghela napas ketika melihat tatapan memohon Liana.

"Oke, kalau begitu kita mulai dengan … "

Liana tiba-tiba mendekat. Napasnya begitu hangat di telingaku.

"Nggak. Pak. Aku nggak bisa belajar seperti ini."

Jari-jarinya meluncur menuruni tanganku dan berhenti di pahaku.

"Gimana kalau aku duduk di pangkuanmu dan kamu ajari aku selangkah demi selangkah?"

Aku membeku di tempat. Aroma manis gadis itu begitu dekat.

Aku pun mengangguk setelah merasakan godaan aneh.

"Terima kasih, Pak. Aku duduk di pangkuan Bapak. Bapak nggak boleh mengeluh."

Liana merangkak ke pangkuanku dari kursi penumpang. Pantatnya terangkat tinggi ketika dia perlahan-lahan mengubah posisinya.

Liana baru saja selesai menari, di badannya masih ada aroma keringat. Stoking putih yang transparan membuat Liana sangat menggoda.

Aku tidak bisa menahan diri untuk menciumnya. Aroma memabukkan gadis muda itu langsung membuat darahku berdesir.

Tidak tahu apakah Liana sengaja atau tidak, tangannya menekan bagian sensitifku!

Pada saat itu, tubuhku seolah-olah tersengat listrik. Sensasi kesemutan membuatku gemetar luar biasa.

Melihat hal itu, Liana meminta maaf berulang kali.

"Maaf, Pak. Aku nggak sengaja. Bapak nggak sakit, 'kan?"

Liana benar-benar orang yang sangat baik hati. Dalam situasi dimana aku jelas-jelas diuntungkan, dia malah meminta maaf.

Aku melambaikan tangan dan berkata sambil tersenyum, "Nggak apa-apa. Kamu duduk yang benar. Aku akan mengajarimu cara mengemudi selangkah demi selangkah."

Liana menyesuaikan posisinya dan duduk dengan stabil di pangkuanku.

Tepat sasaran. Mendarat di bagian sensitifku!

Liana mengenakan rok pendek dipadukan dengan stoking putih.

Begitu Liana duduk, aku merasa sesuatu menekan titik sensitifku. Ada perasaan halus seperti diselimuti.

Lebih parahnya lagi, Liana menggerakkan tubuhnya agar bisa duduk lebih nyaman.

Gesek itu memberikan gelombang kenikmatan pada tubuhku. Aku langsung ereksi. Bagian sensitifku langsung berdiri tegak dan menempel di tubuh Liana.

Liana menyadari tekanan yang tidak biasa. Dia pun memiringkan kepala dan bertanya,

"Pak, apa benda keras yang menekan bagian intimku?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hasrat di Depan Kemudi   Bab 7

    Begitu melihatku. Liana langsung marah dan bersiap untuk pergi.Aku segera menghentikannya."Liana. Liana, kamu jangan pergi. Aku perlu bicara sama kamu."Liana berkata dengan lirih, "Kamu jangan datang ganggu aku boleh nggak? Aku sudah cukup sengsara karenamu. Sekarang semua orang di kampus sudah lihat videoku. Gimana aku bisa menghadapi orang-orang?"Aku pun terdiam begitu Liana mengatakan hal itu.Lagi pula, masalah ini bermula dariku.Aku berkata dengan suara pelan, "Aku memang salah atas hal ini. Tapi, aku punya cara untuk menenangkan situasi. Kamu bilang kalau kita ini sepasang kekasih. Di masyarakat sekarang ini, sangat wajar om-om berpacaran dengan mahasiswi.""Selain itu, setelah kamu bilang hal ini, suruh orang-orang yang sebarkan video untuk menghapusnya. Kalau nggak, itu melanggar privasi."Namun Liana tidak bergerak dan menolaknya."Kamu nggak ajari aku ujian tahap ketiga. Aku pasti nggak lolos. Sekarang kamu mau aku bantu kamu? Jangan mimpi!"Usai mengatakan itu, Liana be

  • Hasrat di Depan Kemudi   Bab 6

    Begitu sampai di kampus, aku menurunkan Liana, dan menyuruhnya pulang ke asrama terlebih dahulu.Aku langsung menuju kantor sekolah mengemudi, mencari pimpinan sekolah mengemudi, dan berkata dengan sigap, "Pak. Aku mau melaporkan sesuatu pada Bapak. Tadi di jalan, aku … "Sebelum aku menyelesaikan perkataanku, pimpinan langsung memotongnya. Dia melambaikan tangan dan berkata dengan nada kesal, "Andreas, polisi lalu lintas baru saja memberi tahu tindakanmu.""Kamu biarkan murid cewek di pangkuanmu saat latihan mengemudi. Ini sungguh keterlaluan!"Aku seperti tersedak. Aku ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak bisa mengatakannya."Pak, bapak nggak tahu. Murid itu yang minta duduk di pangkuanku, supaya aku bisa ajari dia selangkah demi selangkah."Pimpinan mengerutkan kening dan menatapku dengan penuh arti."Oh, ya? Benarkah?""Aku dengar kamu melakukan hal yang nggak seharusnya di dalam mobil sama murid itu?"Begitu pimpinan melontarkan kalimat itu, ekspresiku langsung suram. Hatiku pu

  • Hasrat di Depan Kemudi   Bab 5

    Namun, ujian tahap ketiga jelas-jelas berbeda dengan ujian tahap kedua. Ujian tahap ketiga harus benar-benar di jalanan.Jangankan kena kecelakaan, apabila sampai ketahuan sedang melakukan itu oleh polisi lalu lintas, hukumannya tidak sesederhana membayar denda, lebih parah lagi, mungkin bisa masuk penjara.Jadi, ketika Liana meminta duduk di pangkuanku lagi, aku tanpa ragu menolaknya.Liana merengek dan berkata dengan manja, "Huh. Bapak pasti nggak suka aku, jadi nggak biarkan aku duduk di pangkuan Bapak."Aku segera menjelaskan, "Aku mana mungkin nggak suka kamu. Aku juga ingin memintamu duduk di pangkuanku, mana mungkin aku menolaknya?""Hanya saja, ujian tahap kedua berbeda dengan ujian tahap ketiga. Ujian tahap kedua bisa latihan di lahan kecil, nggak akan ada orang yang memperhatikan. Tapi, ujian tahap ketiga harus di jalan. Ada polisi yang mengawasi."Liana meletakkan kedua tangannya di pahaku dan terus memelas."Pak. Aku sudah gagal pada ujian tahap kedua sebanyak empat kali. U

  • Hasrat di Depan Kemudi   Bab 4

    Aku mendarat di atas tubuhnya dan mendorong masuk dengan sekuat tenaga.Kali ini cairannya sangat banyak. Masuk dengan mudah dan lancar.Mobil mulai berguncang hebat, kali ini tidak ada seorang pun di sekitar yang mengganggu.Aku segera mengakhiri pertarungan itu dan terkulai lemas di kursi pengemudi.Liana juga berbaring dengan puas. Kedua kakinya menggantung ke samping.Liana berkata dengan nada manja, "Pak, nggak disangka, kamu hebat juga. Kamu bisa membuatku merasa nyaman. Waktu di rumah dulu, aku belum pernah merasa senikmat ini."Begitu mendengar perkataan Liana, aku pun merasa penasaran."Di rumah kamu gimana melakukannya?"Liana memalingkan kepala dan mengingat."Dulu di rumah, aku pakai tangan kalau gatal. Lalu, aku merasa tanganku terlalu pendek, jadi aku pakai timun.""Tapi, nggak pernah sampai puncak. Selalu mau coba sama cowok. Tapi, orang tuaku sangat ketat. Aku nggak berani pacaran.""Sekarang sudah masuk kuliah. Aku mau bersenang-senang sedikit. Kebetulan ketemu sama Ba

  • Hasrat di Depan Kemudi   Bab 3

    Liana mengangguk dan menundukkan kepalanya ke arah setir. Pinggulnya sudah siap.Aku menggeser kursi ke belakang. Kebetulan menyisakan ruang untuk aku bergerak.Aku membuka pantatnya yang lembut, menjulurkan lidah, dan menelusuri celah itu dengan lembut.Liana tidak bisa menahan diri. Suara erangannya naik turun.Suara itu membuat tulangku bergetar. Bagian sensitifku juga mengembang.Lalu, Liana mengerang kesakitan."Pak. Kenapa rasanya semakin gatal? Nggak nyaman banget.""Pak, cepat kasih aku. Tolong penuhi diriku. Oke?"Melihat Liana memohon dengan putus asa, aku menurunkan celanaku hingga pergelangan kaki dan duduk kembali di kursi.Bagian itu berdiri tegak dan kaku.Aku menggenggam tangannya dan berkata, "Duduklah. Aku janji akan bantu kamu menghilangkan rasa gatalmu."Liana duduk dengan gugup. Aku memegang pantatnya dan mengarahkan ke posisi sensitifnya.Suara gemercik pun terdengar bagaikan aliran air.Liana sudah duduk di atas bagianku. Dia mendesah nikmat."Ah … "Aku merasa s

  • Hasrat di Depan Kemudi   Bab 2

    Aku tidak tahu harus menjawab apa ketika ditanya seperti ini olehnya.Aku asal menjawab, "Itu tumor di pahaku. Kamu tahan saja dan fokus mengemudi."Setelah Liana duduk dengan stabil, aku menggenggam tangannya di setir.Lalu, mengajarinya dengan sabar."Genggam setir dengan erat. Mata lurus ke depan!""Kaki kiri di kopling, kaki kanan di rem. Lepaskan kopling perlahan hingga sampai ke posisi setengah gigi."Liana mengemudi dengan hati-hati. Setelah empat kali mogok, dia tidak berani membuat kesalahan lagi.Saat kopling sampai di posisi setengah, mobil mulai bergetar hebat.Tubuh Liana membentur tubuhku dengan keras. Gelombang gesekan itu menyebar ke seluruh tubuhku.Pantat Liana yang lembut dan lentur bergetar intens di kulitku. Sensasi nikmat pun menyebar ke seluruh tubuhku. Setiap pori-pori seolah-olah terbuka dan menyerap sensasi kelembutan dengan serakah.Aku meraih dan memegang pinggang Liana dengan erat. Aku pun meniru posisi gitu. Sensasi psikologis yang memuncak membuat adrenal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status