Selesai berurusan dengan kamar mandi, Antonio berjalan ke kamarnya. Dalam sekejap saja pria itu telah berpenampilan rapi.Tiba-tiba Antonio menepuk keningnya. "Astaga, aku kan sudah tidak ke kantor papa lagi. Ngapain juga aku pakai baju rapi seperti ini? Aku hanya menggantikan papa sehari saja."Kemudian Antonio berbalik hendak berganti pakaian, namun ponselnya tiba-tiba berdering. Pria itu menatap layar ponselnya, "Jhulie? Mau apa dia?""Halo, sayang, ada apa pagi-pagi menelpon?"[Sayang, aku kangen, kita ketemu yuk, aku ke rumahmu ya.]"Maaf, sayang, sepertinya tidak bisa karna hari ini papa menyuruhku bantu-bantu di kantor," bohong Antonio.[Gitu, ya? Oke deh.]"Iya, sayang, besok saja ya?"[Oke, oke.]Panggilan pun terputus ....Antonio terpaksa berbohong, entah mengapa pria itu sedang enggan bertemu dengan Jhulie.Kriiing ....Lagi-lagi ponsel Antonio berdering, kali ini ayahnya yang menelpon."Papa? Ada apa, ya?" gumamnya."Halo, Pa?"[Halo, Nio, sekarang kamu ke kantor papa. Ad
"Acara ulang tahun saya, oh iya bisakah anda menemaniku berdansa?" ujar Mitha.Rochman terkesiap, dia pun menoleh ke arah Puput, dan Puput pun mengangguk seolah memberi kode untuk mengiyakan ajakan Mitha. Rochman pun tersenyum manis, kemudian mengangguk.Mitha mengambil secangkir gelas berisi sirup kemudian memberikannya kepada Rochman. Dengan bibir tersenyum pula, Rochman menerima minuman itu, dan mengucapkan terimakasih kepada Mitha."Kalian kalau mau berdansa, silahkan. Saya tunggu di sini," celetuk Puput.Spontan saja Rochman dan Mitha menoleh ke arah Puput ...."Kamu juga ikut dong, Put," sahut Mitha."Hehe, tidak, Mbak. Saya tidak ada pasangan dansa. Masa iya, saya dansa sendiri," kekeh Puput.Seketika Rochman merasa tak enak hati. "Saya bisa menemani Mbak dansa, setelah saya dansa dengan Mbak Mitha."Eh, tidak perlu, Mas. Lagian saya kurang pandai dansa. Kalian saja, aku tidak apa-apa," kata Puput."Beneran?" Mitha mencoba memastikan.Puput mengangguk pelan."Ya sudah, ayo kita
Tak terasa, satu jam sudah kedua insan itu berdansa. Rochman pun mulai merasa jenuh."Maaf, Mbak, apa kita bisa jeda sebentar? Saya capek," ujar Rochman."Em baiklah, kita langsung makan saja yuk, anda pasti lapar, kan?" sahut Mitha."Baiklah, saya akan ajak Mbak Puput," kata Rochman.Mitha mengangguk, kemudian mereka berdua berjalan masuk ke rumah. Kini mereka bertiga makan bersama.Mitha tak henti-hentinya mencuri pandang terhadap Rochman. Sementara Puput yang menyadari hal itu, pun tersenyum ditahan.Selesai makan ...."Mbak, kita pulang dulu ya. Karna saya sudah antar barang-barang pesanan Mbak," pamit Puput."Oh silahkan, uangnya sudah saya transfer," ucap Mitha tersenyum ramah."Okey, sudah masuk, Mbak," angguk Puput.Kemudian Mitha beralih menatap Rochman. "Mas, bisa saya minta nomer telpon anda?"Rochman pun memberikan nomor ponselnya kepada Mitha. Kemudian dia berpamitan kepada Mitha, dan berjalan menuju mobil diikuti Puput mengekor di belakang.Kini kedua insan sudah berada
Ternyata Roki, kakak dari suami Puput ...."Mas Roki? Ada apa, ya?" heran Puput."Sudah kuduga, kalian sedang berduaan. Cari kesempatan dalam kesempitan ya?" ujar Roki dengan nada menyindir."Mas, kita baru saja sampai, dan Mas Rochman kan lagi istiahat sebentar, sambil minum-minum dia juga haus. Apa salahnya sih," ujar Puput."Kamu ini apa-apaan, hei kamu itu sudah punya suami, jadi harus jaga jarak dengan laki-laki lain," ketus Roki.Kemudian Roki beralih menatap Rochman. "Dan kamu, apa kamu tahu perempuan yang sedang bersamamu ini adalah istri orang lain? Apa pantas, kamu yang bukan siapa-siapanya, menurut saja saat dia menyuruhmu datang ke rumah?"Suara Roki terdengar dingin, namun tegas mengucapkan kalimat tersebut kepada Rochman.Rochman hanya diam, dia enggan berdebat dengan pria arogan itu. Rochman pun masih kesal dengan kejadian beberapa jam lalu."Mas, dia itu supir pribadi, jadi wajar kalau dia datang kesini. Mas ini gimana sih pikirannya?" Puput merasa geram.Wanita itu be
"Apa kamu tidak takut, nama baik kamu tercemar jika orang-orang tahu, bahwa kakak dari suami Mbak Puput, membuat kegaduhan di sini?" lirih Rochman sambil membetulkan kerah bajunya.Brakkk!!!Roki menggebrak pintu belakang rumah Puput, rupanya kemarahan Roki mulai memuncak."Ada apa ini?" Kini puput telah berdiri di hadapan kedua pria tersebut.Puput yang semula berada di dalam kamar setelah jenuh duduk sendiri di ruang tamu, pun bergegas ke belakang lantaran mendengar suara gaduh."Maaf, Mbak kakak ipar Mbak menyerang saya terus," kata Rochman tenang."Itu karna ka ...."Cukup, Mas, silahkan pergi dari rumah saya, atau saya panggilkan ketua desa, biar dia yang mengusir paksa Mas Roki," geram Puput menyela ucapan Roki.Roki mengepalkan tangannya menatap Rochman dengan tatapan penuh kebencian, dia pun segera berlalu meninggalkan rumah Puput.Kemudian Puput menyuruh Rochman untuk masuk ke dalam rumahnya. Mereka berdua pun duduk bersebelahan."Maafkan sikap kakak ipar saya," lirih Puput m
Baru saja Rochman hendak melajukan mobilnya kembali, dia berasa ingin buang air."Duh, pakai kebelet segala lagi, hem ...." Rochman pun menggerakkan stang bundarnya mencari toilet. Tak lama dia menemukan toilet umum.Sementara di dalam toilet ....Beberapa saat kemudian, Rochman telah selesai menuntaskan hajatnya. Dia menatap sebuah cermin di depan toilet.'Kok perasaanku tidak enak, kenapa ya?' gumamnya bertanya dalam hati.Rochman terus menatap pantulan wajahnya pada cermin. Kemudian dia membalikkan tubuhnya.'Ah sudahlah, mungkin karna aku terlalu pikiran,' batinnya lagi sambil melangkahkan kaki panjangnya.Rochman mengendarai mobilnya perlahan. Dia berencana ingin menemui Sidney.Baru berapa kilometer saja mobil Rochman menempuh jarak ....Kriiing ... drrrttt ....Ponselnya berbunyi sekali lagi."Duh, siapa lagi sih?" lirihnya.Rochman pun mengambil ponselnya kemudian melihat pada layar, siapa yang menghubunginya."Mama? Tumben telpon, ada apa ya?" gumam Rochman.Akhirnya Rochman p
"Papa?" Rochman merasa heran, dia seolah tidak lagi mendengar deru napas sang ayah. Begitu pun dengan Ibunda Rochman.Karena panik, Rochman berlari keluar memanggil sang dokter. Tak lama, dokter masuk dan segera memeriksa kondisi Ayah Rochman.Selang beberapa menit, dokter menatap Rochman dan ibunya, kemudian menggelengkan kepala."Maaf, Mas, ayah anda sudah meninggal dunia akibat gegar otak yang dialaminya dan jantungnya juga bengkak." Dokter berbicara kepada Rochman.Rochman terbelalak, seketika sekujur tubuhnya lemas dan gemetar. "Tidak, Dok. Dokter becanda, kan?"Belum sempat dokter berbicara, Ibunda Rochman ikut terkejut, wanita itu mendadak pingsan. Dokter dan Rochman pun menggotong wanita itu, dan membaringkannya di atas brankar."Pa, bangun!" seru Rochman.Sang dokter merasa prihatin dengan Rochman. Dokter tahu, bahwa pria tersebut pasti tidak siap menerima kematian ayahnya."Maaf, Mas, saya juga sudah berusaha semaksimal mungkin menangani ayah anda, tapi Tuhan berkehendak lain
Rochman pun terkesiap, 'eh, tidak apa-apa, Ma.""Man, kamu tidur di sini saja. Atau kamu mau pulang dulu? Terus besok mama ke rumah kamu, mama ingin sekali bertemu dengan Jhulie," kata Ibunda Rochman.Rochman terkesiap mendengar ucapan ibundanya, 'duh, gimana ya ... apa aku bilang saja yang sebenarnya. Kalau ditunda, nanti malah mama tambah syok,' batinnya."Man!" Ibunda Rochman berseru memanggil anaknya, membuat lamunan Rochman buyar."Eh, i-iya, Ma. Aku ingin bicara, tapi Mama janji jangan marah, ya?" lirih Rochman."Lho, kok marah? Kenapa harus marah?" heran Ibunda Rochman.Rochman pun meringis, dia mulai bercerita tentang permasalahan rumah tangganya kepada sang ibunda.****Di tempat lain ....Antonio baru saja pulang dari sebuah perusahaan, membahas bisnisnya. Dia duduk di ruang tamu, kemudian menghidupkan televisi.Kriiing ....Tak lama ponselnya berdering, ada panggilan masuk dari Nayla. Pria itu pun mengeluarkan ponselnya dari saku celananya."Nayla ... ada apa, ya?" gumamnya